Blur: Ketika Mario Kart Ngebut di Dunia Nyata
Pernahkah kamu membayangkan Mario Kart dengan mobil-mobil keren seperti BMW dan Ford? Kedengarannya absurd, tapi itulah yang ditawarkan Blur, sebuah game balap arcade yang sayangnya kurang diapresiasi saat dirilis. Game ini adalah bukti bahwa ide gila sekalipun, jika dieksekusi dengan baik, bisa menghasilkan karya yang luar biasa.
Balap kart racer memang punya daya tarik tersendiri. Grafisnya yang lucu, gameplay yang sederhana, dan keseruannya yang adiktif membuat siapa saja bisa ikut bermain. Bayangkan, kakekmu mungkin tidak akan main Forza, tapi dia pasti bisa diajak main Mario Kart – atau, dalam kasus ini, Blur.
Blur, yang dikembangkan oleh Bizarre Creations (studio di balik seri Project Gotham Racing yang sukses), adalah kejutan yang menyenangkan. Setelah diakuisisi Activision, banyak yang mengira mereka akan terus membuat game balap yang lebih realistis. Tapi, alih-alih itu, mereka malah menciptakan sebuah masterpiece balap arcade yang inovatif dan seru.
Sekilas, Blur tampak seperti game balap biasa di era 2000-an. Mobil-mobilnya nyata, settingnya di jalanan yang penuh neon, dan nuansanya terinspirasi dari film Fast and Furious. Tapi, jangan terkecoh dengan penampilannya. Di balik itu semua, Blur menyimpan formula yang unik dan adiktif.
Inti dari Blur terletak pada power-up yang bertebaran di sepanjang lintasan. Fungsinya sangat mirip dengan item di Mario Kart. Shunt merah? Itu adalah red shell yang mengejar musuh di depan. Mine kuning? Sama seperti kulit pisang yang bikin tergelincir. Bahkan Nitrous hijau pun terasa seperti jamur yang menambah kecepatan.
Keseruan Blur semakin terasa saat dimainkan bersama teman-teman secara online. Tahu kan, bagaimana semua orang sudah otomatis paham dengan istilah "red shell" saat membahas strategi? Bizarre Creations berhasil membuat Mario Kart versi dewasa yang lebih kompetitif dan seru.
Power-Up Pintar: Bukan Sekadar Keberuntungan
Salah satu perbedaan Blur dengan Mario Kart adalah sistem power-up-nya. Alih-alih diberikan secara acak, power-up di Blur jelas-jelas dilabeli. Pemain juga bisa menyimpan hingga tiga power-up sekaligus dan memilih mana yang akan digunakan. Ini membuka peluang untuk strategi yang lebih kompleks, misalnya bekerja sama dengan tim untuk melancarkan serangan yang terkoordinasi.
Meskipun begitu, bukan berarti Blur jadi membosankan. Justru sebaliknya, dengan 20 pemain yang saling berebut posisi dan power-up, balapan di Blur selalu penuh dengan kekacauan yang seru. Bayangkan serunya bermain Call of Duty atau Battlefield, tapi di jalanan dengan mobil-mobil keren. Activision bahkan sempat menyebut Blur sebagai Call of Duty versi balap!
Lalu, apa yang salah? Kenapa Blur tidak sesukses yang diharapkan? Ada dua kemungkinan yang menurutku paling masuk akal. Pertama, Blur dirilis hanya seminggu setelah Split Second, game balap yang menawarkan aksi ledakan ala film Michael Bay. Split Second mungkin lebih menarik bagi calon pembeli karena gimmick-nya yang lebih eye-catching.
Untuk mengimbanginya, Blur merilis demo multiplayer gratis yang bisa dimainkan selama beberapa minggu. Tapi, sayangnya, demo tersebut tidak cukup untuk meyakinkan orang untuk membeli game lengkapnya. Padahal, demo-nya saja sudah seru banget!
Kedua, Blur harus bersaing dengan Red Dead Redemption, game open-world yang sangat fenomenal saat itu. Jujur saja, meskipun aku suka Blur, uangku lebih banyak dihabiskan untuk menjelajahi dunia Wild West di Red Dead Redemption. Aku yakin banyak pemain lain yang merasakan hal yang sama. Bulan Mei 2010 memang menjadi bulan yang "kelam" bagi banyak game, termasuk Modnation Racers, Alan Wake, Prince of Persia: The Forgotten Sands, dan bahkan Split Second.
Nasib Tragis: Diabaikan di Tengah Gemerlap Rockstar
Meskipun mendapat pujian dari para kritikus, penjualan awal Blur sangat mengecewakan. Activision, yang saat itu sedang fokus "memerah" Guitar Hero dan Call of Duty, menganggap Blur sebagai kegagalan. Game ini kemudian ditarik dari platform digital dalam waktu tiga tahun karena biaya perpanjangan lisensi mobil-mobilnya terlalu mahal. Sungguh ironis.
Padahal, di dunia yang ideal, kita sudah melihat Blur 5 atau setidaknya Blur HD. Tapi, kenyataannya, Blur hanya menjadi kenangan manis bagi mereka yang beruntung pernah memainkannya. Bizarre Creations sendiri akhirnya ditutup pada akhir tahun 2010. Tapi, setidaknya, mereka meninggalkan warisan yang tak terlupakan: Blur, salah satu game balap arcade terbaik yang pernah dibuat.
Jangan Lupakan Inovasi: Warisan Balap yang Tak Lekang Waktu
Blur mengajarkan kita bahwa inovasi itu penting, bahkan dalam genre yang sudah mapan sekalipun. Game ini berani menggabungkan elemen balap realistis dengan gameplay arcade yang seru, menghasilkan pengalaman yang unik dan adiktif. Walaupun kurang diapresiasi saat dirilis, Blur tetap menjadi inspirasi bagi banyak game balap arcade modern. Jadi, lain kali kalau kamu lagi bosan dengan game balap yang itu-itu saja, coba deh cari Blur. Siapa tahu kamu juga akan jatuh cinta dengan perpaduan Mario Kart dan Need for Speed ini.