Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

428: Shibuya Scramble: Terobosan Visual Novel Berpotensi di Indonesia

Siap untuk menyelami dunia visual novel yang sedikit… challenging? Jangan khawatir, kita nggak akan membahas teori kuantum, tapi kita akan membahas bagaimana genre yang satu ini mencoba keluar dari zona nyamannya.

Genre visual novel, atau yang sering disebut game naratif petualangan di Jepang, memang punya daya tarik tersendiri. Tapi, seperti makanan yang sama setiap hari, lama-lama bisa bikin bosan. Nah, di sinilah para game designer seperti Jiro Ishii masuk dengan ide-ide segarnya. Mereka mencoba merombak formula lama dan menciptakan sesuatu yang fresh, kayak es kopi susu kekinian yang selalu punya varian baru.

Jiro Ishii, otak di balik cult-classic 428: Shibuya Scramble, baru saja menyelesaikan kampanye crowdfunding untuk game terbarunya, dan hasilnya… mind-blowing! Melebihi target awal hingga 1030%. Ini bukti bahwa orang-orang haus akan inovasi, bahkan di dunia visual novel. Ishii sendiri nggak main-main soal ini. Dalam wawancaranya, dia menekankan pentingnya inovasi dalam game, secara keseluruhan.

Intinya, Ishii merasa visual novel saat ini agak stagnan. Tapi, jangan khawatir, ada secercah harapan! Menurutnya, ada dua subgenre baru yang berpotensi mengguncang dunia visual novel. Kita sebut saja mereka “petualangan open-world” dan “petualangan roguelike“. Ingat, ini bukan open-world kayak GTA atau roguelike kayak Hades, ya. Ini lebih ke arah bagaimana cerita berkembang.

Petualangan Open-World: Memecah Puzzle Narasi

Ishii memberikan contoh 13 Sentinels: Aegis Rim dan seri Zero Escape sebagai contoh “petualangan open-world“. Konsep open-world di sini bukan berarti kamu bisa bebas menjelajahi dunia 3D. Melainkan, narasi non-linear, tidak terikat oleh waktu atau sebab akibat. Pemain bebas menjelajahi fragmen-fragmen cerita dalam urutan apa pun, dan pada akhirnya, mereka akan menyusun “gambaran besar” dan mengungkap kebenaran.

Dalam 13 Sentinels: Aegis Rim, kamu akan berganti-ganti perspektif dari 13 karakter yang berbeda. Tapi, cerita tetap akan terungkap, regardless urutan atau waktu yang kamu pilih. Bayangkan seperti membaca novel yang halamannya diacak, tapi kamu tetap bisa memahami alur ceritanya. Sedikit tricky, tapi justru itu yang bikin seru.

Petualangan Roguelike: Saat Takdir Bermain Dadu

Subgenre ini dipelopori oleh Gnosia. Yang membedakan “petualangan roguelike” dengan “petualangan open-world” adalah unsur keacakan dan bagaimana dunia game bercabang. Dalam “petualangan open-world“, cerita tidak berubah, meskipun urutan eksplorasinya berbeda. Tapi, dalam “petualangan roguelike“, cerita berubah secara acak setiap kali kamu memainkannya. Ibaratnya, setiap playthrough adalah parallel universe.

Gnosia memanfaatkan konsep ini sepenuhnya. Pemain akan terjebak dalam time loop dengan cerita dasar yang sama, tapi dengan hubungan dan peran yang berbeda secara acak. Misalnya, karakter yang membantumu di loop pertama, bisa jadi ingin membunuhmu di loop kedua. Mind-blowing, kan?

Kenapa Ini Penting?

Ishii menjelaskan bahwa “perasaan menjelajahi dunia di mana hukum sebab akibat tidak berlaku – itulah inti dari game petualangan roguelike, dan ini adalah wilayah baru yang belum banyak dijelajahi oleh game petualangan sampai sekarang.”

Ishii mengakui bahwa Gnosia adalah masterpiece dalam subgenre ini. Tapi, dia menyayangkan tidak banyak game lain yang mengikuti jejaknya. Dia sendiri sedang mencoba mengembangkan konsep ini dalam game-nya yang akan datang, Depth Loop (judul sementara).

Apakah Ini Cukup?

Meskipun ada inovasi-inovasi ini, Ishii masih ragu apakah game petualangan secara keseluruhan membuat terobosan baru. Dia merasa belum ada game yang mencapai tingkat popularitas yang bisa menggemparkan pasar game, seperti Higurashi atau Steins;Gategame yang mempopulerkan cerita time-loop.

Ishii menekankan bahwa penting bagi game untuk terus berinovasi dan berubah. “Desain game harus terus berkembang.” Sama seperti anime dan genre media lain yang mengambil inspirasi dari video game untuk menciptakan hits, game juga harus melakukan hal yang sama.

Dia khawatir jika tidak ada inovasi dalam medium game, budaya secara keseluruhan bisa stagnan. Selama 10 tahun terakhir, dia telah menjelajahi dunia di luar game. Dan sekarang, dengan semua pengalaman yang telah dia kumpulkan, dia ingin membawanya kembali ke dunia game.

Inovasi dalam game bukan hanya tentang grafis yang lebih keren atau mekanik gameplay yang lebih kompleks. Ini tentang bagaimana kita bercerita, bagaimana kita berinteraksi dengan cerita tersebut, dan bagaimana cerita tersebut memengaruhi kita.

Jadi, lain kali kamu memainkan visual novel, coba perhatikan apakah game tersebut mencoba melakukan sesuatu yang baru. Apakah game tersebut mencoba keluar dari zona nyaman dan menantang ekspektasimu? Karena, pada akhirnya, inovasi adalah kunci untuk menjaga genre ini tetap relevan dan menarik bagi generasi selanjutnya.

Previous Post

Bali Pererat Hubungan dengan Jepang: Target Turis 2025 Terlampaui, Dampak Ekonomi Meningkat

Next Post

Lewis Hamilton Pamer Jam Tangan Rp23 Miliar Terinspirasi Ferrari

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *