Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Aerodinamika Mercedes-Benz CLA Listrik: Jangkauan Lebih Jauh, Kabin Lebih Senyap untuk Gen Z

Mobil listrik. Dulu, bayangannya futuristik kayak mobil terbang di film kartun. Sekarang? Udah jadi pemandangan sehari-hari di jalanan. Tapi, ada satu hal yang seringkali terlupakan di tengah euforia teknologi ini: aerodinamika. Iya, beneran. Bentuk bodi mobil itu nggak cuma soal gaya-gayaan, tapi juga soal efisiensi. Dan Mercedes-Benz, si raksasa otomotif Jerman, nggak main-main soal ini. Mereka bahkan rela masuk ke terowongan angin demi bikin mobil listrik yang irit batre dan nggak berisik.

Mercedes-Benz percaya bahwa setiap penurunan koefisien drag (Cd) sebesar 0,01 bisa menambah jarak tempuh mobil sekitar 2,5 persen. Buat yang nyetir sekitar 15.000 kilometer setahun, itu bisa berarti tambahan jarak sekitar 370 kilometer. Lumayan kan, buat mudik atau sekadar jalan-jalan ke luar kota? Dari W124 tahun 1984 (Cd 0.29) sampai EQS (Cd 0.20), mereka terus berupaya menekan angka drag. Bahkan, CLA terbaru dengan teknologi EQ berhasil mencapai angka 0.21, berkat desain ulang roda, panel bawah bodi yang lebih halus, dan seal yang lebih rapat. Gila, detail banget!

Tapi, kenapa sih aerodinamika ini penting banget? Oke, bayangin lo lagi main game balap. Mobil lo udah kenceng banget, tapi tetiba berasa kayak ngerem mendadak. Itu bisa jadi karena aerodinamika mobil lo nggak oke. Angin yang menerpa bodi mobil itu kayak tembok yang harus lo terjang. Semakin besar temboknya, semakin boros tenaga (baca: batre) mobil lo. Makanya, para insinyur Mercedes-Benz ini berusaha sekeras mungkin buat “melicinkan” mobil mereka, biar anginnya nggak ngasih perlawanan berarti.

Sejarah Panjang Mengejar Angka Drag: Dari 1930-an Sampai Era Listrik

Ternyata, Mercedes-Benz udah lama banget berkutat dengan aerodinamika. Dimulai dari desain “Kammback” Wunibald Kamm di tahun 1930-an, sampai membangun terowongan angin pertama mereka di tahun 1943. Terowongan itu bahkan masih dipake sampai sekarang buat ngetes aliran udara dan wiper mobil. Bayangin, udah hampir 100 tahun mereka mikirin gimana caranya bikin mobil se-efisien mungkin. Ini kayak lo udah main game dari jaman konsol jadul sampe sekarang, dan masih semangat ngejar high score.

Krisis minyak tahun 1979 jadi titik balik. Efisiensi bahan bakar (dan sekarang, efisiensi batre) jadi prioritas utama. Lahirlah mobil-mobil ikonik kayak S-Class W126 (Cd 0.36) dan E-Class W124, mobil produksi pertama yang berhasil menembus angka Cd di bawah 0.30. Terus, muncul juga mobil-mobil pemecah rekor kayak W125 “Streamliner” tahun 1938 yang mencapai Cd 0.16 dan kecepatan 431 km/jam, atau C111-III diesel tahun 1978 yang mencetak sembilan rekor dunia dengan Cd 0.18. Goks!

Konsep-konsep mobil masa depan juga terus bermunculan, kayak IAA tahun 2015 yang bisa berubah bentuk (Cd 0.19), VISION EQXX (Cd 0.17), dan AMG GT XX dengan sistem plasma “aerodynamics by wire”. Ini kayak para modder yang nggak pernah puas ngoprek PC gaming mereka, selalu nyari cara buat ningkatin performa. Intinya, Mercedes-Benz ini nggak pernah berhenti berinovasi buat bikin mobil yang aerodinamis.

Fokus ke Detail: Roda Aerodinamis dan Penutup Bawah Bodi

Buat CLA listrik terbaru, para insinyur fokus ke aliran udara di semua varian. Mereka pake roda aerodinamis dengan penutup dua warna yang bisa mengurangi drag lebih banyak dari roda standar. Penutup bawah bodi juga terinspirasi dari desain EQS dan EQE, dengan cakupan yang hampir lengkap dan lengan suspensi yang terlindungi. Ini kayak lo masang armor tambahan di karakter game lo, biar makin kuat dan tahan banting.

Mercedes-Benz nggak cuma fokus ke angka drag, tapi juga ke kenyamanan kabin. Mereka sadar, mobil listrik itu harusnya senyap dan nyaman, bukan malah berisik karena suara angin. Makanya, mereka juga ngembangin teknologi aeroakustik.

Aeroakustik: Bikin Kabin Senyap Kayak di Ruang Meditasi

Mereka pake simulasi CFD (Computational Fluid Dynamics) dan model skala penuh di terowongan aeroakustik Sindelfingen, yang dilengkapi dengan 350 mikrofon buat ngidentifikasi suara angin di sekitar pilar A dan spion. Selain itu, mereka juga ngukur persepsi manusia terhadap suara, pake metrik psikoakustik kayak loudness dan sharpness. Caranya? Pake kepala artifisial binaural yang mereplikasi posisi telinga manusia. Ini kayak lo lagi nyari headset gaming yang paling nyaman dan bisa ngasih kualitas suara terbaik.

Aerodinamika juga berperan penting dalam keselamatan dan visibilitas. Di terowongan angin Untertürkheim, mereka pake cairan fluoresen buat ngelacak pergerakan air hujan atau cipratan air di jalan. Hasilnya? Mereka bisa ngatur desain pilar, spion, dan seal biar pandangan pengemudi tetap jelas. Ini kayak lo masang kaca film anti air di helm lo, biar tetep bisa fokus nyetir pas hujan deras.

Terowongan aeroakustik Sindelfingen, yang udah beroperasi sejak 2013, dipake buat ngetes aliran udara dan performa kecepatan tinggi. Terowongan ini bisa mensimulasikan kecepatan sampai 265 km/jam dan pake treadmill-balance buat ngukur gaya dengan akurat. Selain itu, ada juga probe yang mencakup area pengujian yang luas dan blower kuat yang mensirkulasikan udara dengan efisien.

Terowongan Angin: Dari Bobsled Sampai Atap Stadion

Dua terowongan ber-AC bisa mereplikasi suhu dari -40°C sampai 60°C buat pengujian prototipe. “Terowongan Angin Besar” Untertürkheim juga dipake buat proyek lain, dari bobsled sampai atap stadion. Dengan bantuan alat kayak boneka “Tanja” dan 64-mikrofon array, fasilitas ini ngebantu Mercedes-Benz buat ningkatin efisiensi dan kenyamanan kabin. Ini kayak lo punya lab super lengkap yang bisa ngetes segala macem hal, dari mobil sampe peralatan olahraga.

Intinya, Mercedes-Benz ini nggak cuma jualan mobil, tapi juga jualan teknologi dan inovasi. Mereka paham, di era mobil listrik ini, aerodinamika itu sama pentingnya dengan kapasitas batre atau tenaga motor. Makanya, mereka rela ngeluarin duit banyak buat riset dan pengembangan, demi bikin mobil yang se-efisien dan senyaman mungkin.

Mercedes-Benz dan Obsesi Aerodinamika: Sebuah Simbol Perfeksionisme Jerman?

Tapi, ada satu pertanyaan yang menggelitik: apakah obsesi Mercedes-Benz terhadap aerodinamika ini udah kelewatan? Apakah mereka terlalu fokus ke detail-detail kecil yang sebenarnya nggak terlalu berpengaruh buat pengalaman berkendara sehari-hari? Mungkin iya, mungkin juga nggak. Tapi, satu hal yang pasti: Mercedes-Benz ini adalah simbol perfeksionisme Jerman. Mereka nggak mau setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Kalo bisa lebih baik, kenapa nggak?

Dan di dunia yang serba cepat dan instan ini, mungkin kita butuh sedikit perfeksionisme. Kita butuh orang-orang yang nggak gampang puas dan selalu berusaha buat ningkatin kualitas. Karena, pada akhirnya, detail-detail kecil inilah yang bikin perbedaan besar.

Previous Post

Sure Stop Sementara! Layanan Online Mati 3 Hari, Ada Apa?

Next Post

FIBA 3×3 U23: Tim Putri AS Tersingkir, Peluang dan Tantangan ke Depan!

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *