Siapa bilang Indonesia gak bisa punya Las Vegas sendiri? Bayangkan, turis asing berbondong-bondong datang, devisa negara mengalir deras. Ide ini memang agak liar, tapi tunggu dulu, mari kita bedah lebih dalam. Mungkinkah kasino khusus turis asing menjadi solusi ekonomis tanpa mengganggu kearifan lokal? Mari kita kupas tuntas!
Judi Legal: Mimpi Basah Devisa Negara?
Wacana legalisasi kasino di Indonesia, khususnya yang diperuntukkan bagi warga negara asing (WNA), kembali mencuat. Vidya Ramadhan, seorang fund manager sekaligus dosen di STIE Ekuitas Bandung, berpendapat bahwa langkah ini berpotensi memberikan dampak ekonomi positif dalam jangka pendek. Pendapat ini muncul setelah seorang anggota parlemen menyarankan agar Jakarta mencontoh negara seperti UEA, yang juga negara dengan mayoritas penduduk Muslim, yang baru-baru ini menyetujui pembukaan kasino pertama mereka.
Intinya, idenya adalah: kasino hanya untuk turis asing, warga lokal dilarang masuk. Tujuannya jelas, meningkatkan pendapatan negara melalui pajak perjudian tanpa merusak moralitas bangsa. Apakah semudah itu? Tentu tidak.
Kalau Bisa Untungkan, Kenapa Tidak?
Vidya Ramadhan menambahkan, sistem seperti ini kemungkinan besar tidak akan berdampak buruk pada masyarakat Indonesia, asalkan warga negara Indonesia dilarang masuk. Dia mencontohkan, kasino dapat dibuka di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), seperti di Bali atau Batam. Negara kemudian dapat memungut pajak dari transaksi perjudian dengan syarat semuanya diawasi secara langsung. Kita bisa belajar dari negara lain, seperti Korea Selatan, yang sebelumnya menerapkan aturan serupa.
Pemerintah juga disarankan untuk melakukan studi mendalam mengenai proposal ini dan membuat regulasi khusus untuk mengawasi kasino tersebut. Ini bukan soal pro atau kontra, tapi soal bagaimana mengatur dengan bijak. Legalitas kasino bisa jadi bukan sekadar menambah pundi-pundi negara, tapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan sektor pariwisata.
Jawa Jangan Dijamah: Kasino di Pulau Terpencil?
Hikmahanto Juwana, seorang ahli hukum internasional, juga sependapat bahwa kasino yang dikendalikan dengan hati-hati dapat membantu negara mengumpulkan dana dari pajak. Namun, ia menyarankan agar pembangunan kasino difokuskan di pulau-pulau yang jauh dari Jawa, untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Lokasi strategis seperti ini akan memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan, berbeda dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Kamboja dan Myanmar.
Pemerintah, menurut Hikmahanto, dapat terus fokus pada pemberantasan judi online sambil melanjutkan proyek kasino ini. Ia menekankan bahwa omzet kasino sangat besar, sehingga potensi pendapatan negara pun sangat signifikan. Pendekatan ini memungkinkan pemerintah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi sambil tetap menjaga komitmennya terhadap penegakan hukum dan ketertiban.
Judi Online vs. Kasino Offline: Fokus Mana?
Yang jadi pertanyaan sekarang, bisakah kita fokus berantas judi online sekaligus garap potensi kasino offline? Jawabannya, mungkin saja. Kasus penutupan ribuan rekening bank yang diduga terkait judi online menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memberantas praktik ilegal ini. Dana yang seharusnya berputar untuk kemajuan negara, malah lari ke kantong bandar judi. Kan nyesek.
Badan anti pencucian uang (PPATK) sendiri telah memblokir ribuan rekening yang dicurigai digunakan untuk memfasilitasi perjudian online. Jakarta meyakini bahwa para penjahat menggunakan rekening-rekening ini untuk mencuci hasil jaringan perjudian, penipuan, dan kelompok narkotika. Jika sumber daya dan perhatian yang sama diberikan pada regulasi dan pengawasan kasino, potensi penyalahgunaan bisa diminimalkan.
Kasino khusus turis asing di Indonesia? Ide yang dulu dianggap tabu, kini mulai dilirik sebagai potensi ekonomi. Asalkan diatur dengan ketat, transparan, dan jauh dari jangkauan warga lokal, siapa tahu, mimpi ini bisa jadi kenyataan. Intinya, jangan sampai kebablasan.