Dark Mode Light Mode

Akhir Kerja Sama Presenter Radio Terkenal dengan Lesedi FM

Dunia radio memang penuh drama, ya? Kadang lebih seru dari sinetron. Tapi kali ini, drama bukan dari acara radionya, melainkan dari balik layar sebuah stasiun radio populer.

Lesedi FM Bergolak: Presenter Cabut, Ada Apa?

Motseki Mabuya, presenter Lesedi FM yang award-winning itu, memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan stasiun radio tersebut. Kabarnya sih, beberapa bulan terakhir sangat tidak mengenakkan, sampai-sampai dia dilarang siaran di dua acara terakhirnya. Waduh!

Mabuya mengungkapkan bahwa lingkungan di Lesedi FM tidak kondusif bagi para presenter. Dia merasa talenta on-air diperlakukan dengan buruk. Dia sendiri merasa seperti “orang mati berjalan” sejak membela rekan-rekannya. Ibaratnya, berani bersuara, siap-siap dapat masalah.

Semua bermula saat sesi team building, di mana Mabuya bertanya apakah para manajer percaya bahwa presenter merasa didukung. Setelah itu, dia dipanggil ke rapat yang ternyata negosiasi kontrak. Terdengar familiar? Mirip kantor-kantor lain, ya.

Dalam rapat tersebut, dia hanya ditawari slot “kuburan” di akhir pekan. Istilahnya, take it or leave it. Sepertinya, Mabuya memilih untuk leave it. Keputusan yang berani, mengingat popularitasnya. Tapi mungkin lebih baik daripada terus makan hati.

Ketika Kejujuran Berbuah Kekalahan?

Menurut Mabuya, pergeserannya ke time slot yang kurang populer bukan hanya menurunkan rating acaranya, tetapi juga memangkas gajinya, padahal acaranya berkinerja baik. Semacam, “Kerja bagus, tapi maaf ya, gaji dipotong.” Ironis!

Dia menduga, pertanyaannya saat team building menjadi penyebab pergeserannya. Sepertinya, menanyakan pertanyaan yang jujur di tempat kerja bisa jadi pedang bermata dua. Kadang malah bikin kita jadi sasaran empuk. Think before you speak, kata orang bijak.

Mabuya merasa bahwa Lesedi FM tidak terbuka untuk negosiasi. Dia juga mengungkapkan bahwa dia menghadapi ketidakadilan dan bullying secara langsung, yang membuatnya menjadi target. Mungkin, terlalu jujur dan vokal di lingkungan yang kurang transparan memang bukan ide bagus.

Daftar Panjang Konflik Internal di Lesedi FM

Mabuya menyebutkan sejumlah nama populer di Lesedi FM, seperti Seipati “Twasa” Soke, Thabo “Bundle of Joy” Mokone, dan lain-lain. Dia juga menyinggung adanya konflik antara manajer program, Mannini Nyokong, dengan beberapa presenter, serta pemecatan beberapa DJ.

Seolah manajemen hanya peduli selama ada presenter yang siaran. Yang penting on air, urusan internal mah belakangan. Yang penting program jalan, meski presenter makan hati. Mungkin ini yang disebut “bisnis di atas segalanya”?

Mabuya menegaskan bahwa dia satu-satunya yang di-reshuffle, padahal acaranya berjalan dengan baik. Mungkin ini semacam restructuring yang tidak melibatkan peningkatan gaji. Atau mungkin, memang ada faktor lain yang tidak diungkapkan.

Pengalaman Pahit di Dunia Radio

Bagi Mabuya, Lesedi FM adalah pengalaman buruk dalam dunia radio. Dia merasa tidak lagi dibutuhkan dan tidak tahu bagaimana menanganinya. Ibaratnya, dia terlalu “pedas” untuk selera manajemen.

Dia mengakhiri ceritanya dengan sedikit ironi. Dari diperkenalkan sebagai penyiar peraih penghargaan hingga direduksi menjadi slot graveyard akhir pekan. Cukup untuk menggambarkan perjalanannya di Lesedi FM. Tapi setidaknya, dia memiliki pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran.

Belajar dari Kisah Mabuya: Pentingnya Lingkungan Kerja yang Sehat

Kisah Motseki Mabuya ini bisa jadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa lingkungan kerja yang sehat, transparan, dan saling mendukung itu penting. Jangan sampai kita terjebak dalam lingkungan yang toxic, di mana kejujuran malah jadi bumerang. Mungkin, inilah saatnya para pemimpin perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan mental para karyawan. Bukan hanya mengejar target dan profit semata. Karena, karyawan yang bahagia adalah aset perusahaan yang paling berharga. Ingat itu!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Introvert Sukses di Kantor: Bangun Personal Brand, Raih Promosi

Next Post

Bendera Bajak Laut Berkibar: Ancaman di Balik Perayaan 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia