Dark Mode Light Mode

Aktivis kembali menyerukan pertanggungjawaban Belanda atas kekejaman kolonial – Eropa

Indonesia: Kapan Belanda Akhirnya Minta Maaf yang Beneran?

Indonesia, sebentar lagi 80 tahun merdeka! Udah kayak kakek nenek, ya. Tapi, eh, tunggu dulu, kok rasanya masih ada yang kurang? Kayak mantan yang belum minta maaf setelah bikin kita nangis semalaman. Ya, betul! Kita ngomongin Belanda. Negara kincir angin itu kayaknya masih agak susah move on dari masa lalu, dan kita juga jadi ikutan susah move on.

Dari dulu sampai sekarang, hubungan Indonesia dan Belanda itu kayak sinetron. Ada cinta, ada benci, ada rebutan warisan (baca: wilayah). Kita merdeka tahun 1945, tapi Belanda kayaknya masih ngotot 1949. Kenapa, sih? Emang susah ya ngucapin "selamat ulang tahun" tepat waktu?

Sejarah memang kompleks, kayak kode Wi-Fi tetangga yang panjangnya minta ampun. Tapi, beberapa hal jelas banget: Indonesia dijajah, Indonesia berjuang, Indonesia merdeka. Titik. Jadi, kenapa masih ada drama?

Mengungkit Luka Lama: Perlukah?

Sebagian orang mungkin mikir, "Udahlah, lupakan masa lalu, fokus ke masa depan." Kayak ngelupain utang ke teman. Tapi, tunggu dulu, melupakan sejarah itu sama kayak lupa password penting. Kita jadi nggak tau ke mana arahnya.

Jeffry Pondaag, aktivis dari KUKB (Komite Utang Kehormatan Belanda), terus menyuarakan keadilan. Beliau mempertanyakan kenapa Indonesia harus bayar 4,5 miliar guilder untuk perang yang bahkan bukan kita yang mulai. Logikanya, kan, nggak masuk akal. Sama kayak kita disuruh bayar biaya nikahan mantan. Nggak relate!

Masalahnya, Belanda kayaknya masih setengah hati mengakui kemerdekaan Indonesia. Dulu Perdana Menteri Mark Rutte sempat bilang Belanda mengakui 1945 sebagai tahun kemerdekaan, tapi langsung ditarik lagi ucapannya. Double standards, nih!

Belanda, Antara Mengakui dan Mengelak

Pengakuan Belanda itu penting, bukan cuma soal tanggal, tapi juga soal legacy. Pengakuan yang tulus bisa jadi langkah awal rekonsiliasi yang sebenarnya. Kayak ngasih bunga ke pacar setelah berantem hebat.

Bayangin aja, selama 80 tahun kita merayakan kemerdekaan, tapi masih ada negara yang kayaknya belum ikhlas. Rasanya kayak ulang tahun tapi nggak dapet ucapan dari gebetan. Nyesek!

Uang Ganti Rugi: Lebih dari Sekadar Angka

Tuntutan ganti rugi bukan cuma soal uang. Ini soal keadilan dan pengakuan atas penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan. Sama kayak kita minta ganti rugi ke developer apartemen karena fasilitasnya nggak sesuai janji.

Kita nggak minta Lamborghini, kok. Cuma pengakuan tulus dan komitmen untuk memperbaiki hubungan di masa depan. Misalnya, Belanda bisa lebih aktif dalam kerja sama pendidikan atau lingkungan. Itu jauh lebih berarti daripada sekadar cek kosong.

Memori Kolektif: Warisan untuk Generasi Z dan Millennial

Kenapa isu ini masih relevan buat Gen Z dan Millennial? Karena sejarah itu membentuk identitas kita. Kita harus tau dari mana kita berasal supaya kita bisa menentukan ke mana kita akan pergi. Kayak nonton film dokumenter sebelum bikin review yang keren.

Generasi muda punya kekuatan untuk mengubah narasi sejarah. Kita bisa menggunakan media sosial, seni, dan budaya untuk menyuarakan kebenaran dan mendorong rekonsiliasi. It's our time to shine!

Belajar dari Sejarah: Hindari Mengulangi Kesalahan

Sejarah mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Penjajahan itu kejam dan merusak. Kita harus belajar dari masa lalu supaya kita bisa membangun masa depan yang lebih adil dan inklusif. Kayak belajar dari kesalahan mantan biar nggak salah pilih lagi.

Jadi, kapan Belanda akhirnya minta maaf yang beneran? Mungkin kita harus bikin petisi online atau bikin challenge di TikTok. Yang jelas, kita nggak akan berhenti sampai keadilan ditegakkan. Karena Indonesia berhak mendapatkan pengakuan dan penghormatan yang layak.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

BIFF BYFORD Tentang Relevansi Saxon yang Berkelanjutan: Teruslah Mencoba Menciptakan Lagu-Lagu Hebat

Next Post

Jade Raymond Tinggalkan Kursi CEO di Studio Pengembangan Fairgame