Dark Mode Light Mode

Aktivitas fisik dan waktu sedentari berkorelasi dengan komposisi tubuh

Jangan salah paham, asma bukan cuma soal sesak napas. Lebih dari itu, gaya hidup mager ternyata punya andil besar dalam memperburuk kondisi tubuhmu. Udah tahu kan, rebahan seharian sambil scrolling TikTok itu nggak baik?

Asma dan Gaya Hidup Sedenter: Apa Hubungannya?

Asma, si penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan, memang bikin kualitas hidup menurun. Tapi, jangan cuma bergantung pada obat. Aktivitas fisik itu kunci! Penelitian terbaru menunjukkan, kurang gerak dan terlalu banyak duduk (atau rebahan) bisa memperburuk kondisi asma.

Penelitian ini menyoroti hubungan antara aktivitas fisik, perilaku sedenter, dan komposisi tubuh pada pasien asma. Data menunjukkan bahwa pasien asma cenderung kurang aktif dibandingkan mereka yang sehat. Sedih, tapi nyata.

DEXA (Dual-Energy X-Ray Absorptiometry) dan CT Scan digunakan untuk menganalisis komposisi tubuh. Hasilnya? Peningkatan massa lemak dan penurunan massa otot berhubungan erat dengan penurunan fungsi paru-paru pada pasien asma. Jadi, jangan kaget kalau timbangan makin ke kanan dan napas makin pendek.

Penelitian ini melibatkan pasien asma dan kelompok kontrol sehat dari berbagai rumah sakit dan pusat pemeriksaan kesehatan di Jepang. Semua peserta memberikan informed consent sebelum berpartisipasi. Intinya, semuanya dilakukan secara etis dan bertanggung jawab.

Para peserta diminta memakai accelerometer (alat pengukur aktivitas) selama dua minggu, kecuali saat mandi. Mereka juga mencatat aktivitas harian dalam buku harian. Data ini digunakan untuk menghitung jumlah langkah per hari dan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedenter. Kalau datanya kurang valid (kurang dari 10 jam per hari), ya nggak dihitung. No tipu-tipu.

Efek Mager: Lebih dari Sekadar Nggak Sehat

Gaya hidup sedenter bukan cuma bikin badan lemas, tapi juga berdampak serius pada komposisi tubuh. Peningkatan massa lemak dan penurunan massa otot berhubungan dengan berbagai penyakit kronis dan prognosis yang buruk. Bahaya, kan?

Indeks Massa Lemak (FMI) yang tinggi dan Indeks Massa Otot (LMI) yang rendah adalah indikator penting. Penelitian menunjukkan bahwa pasien asma dengan langkah kaki yang lebih sedikit cenderung memiliki FMI yang lebih tinggi. Sebaliknya, mereka yang lebih banyak duduk memiliki LMI yang lebih rendah. Ini bukan cuma soal estetika, tapi soal kesehatan!

Bahkan, Erector Spinae Muscle Cross-Sectional Area (ESMCSA), alias luas penampang otot erektor spina (otot punggung bawah) yang diukur melalui CT scan, juga berkurang pada mereka yang kurang gerak. Otot punggung yang kuat penting untuk postur tubuh dan fungsi pernapasan. Jadi, jangan remehkan otot punggung!

Pekerjaan ternyata juga berpengaruh. Pasien asma yang bekerja cenderung memiliki jumlah langkah yang lebih tinggi. Faktor lain seperti jenis kelamin, status tempat tinggal, kepemilikan hewan peliharaan, dan riwayat asma masa kecil, ternyata nggak terlalu berpengaruh pada jumlah langkah atau waktu sedenter. Siapa tahu, peliharaanmu malah jadi excuse untuk mager*.

Asma Tidak Terkontrol: Lingkaran Setan

Kontrol asma yang buruk, diukur dengan Asthma Control Questionnaire (ACQ), dan tingkat eosinofil darah yang tinggi berhubungan dengan waktu sedenter yang lebih lama dan jumlah langkah yang lebih sedikit. Semakin parah asmanya, semakin malas gerak. Ini lingkaran setan yang harus diputus!

Skor modified Medical Research Council (mMRC), yang mengukur sesak napas, juga berkorelasi dengan jumlah langkah yang rendah. Artinya, semakin sesak napas, semakin malas jalan. Padahal, jalan kaki justru bisa membantu memperkuat paru-paru.

Analisis regresi menunjukkan bahwa ada korelasi terbalik antara jumlah langkah dan FMI, serta antara waktu sedenter dan LMI, terlepas dari faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan penggunaan kortikosteroid oral. Artinya, gaya hidup sedenter punya dampak independen pada komposisi tubuh.

Penggunaan kortikosteroid memang dikaitkan dengan LMI yang rendah, tapi nggak ada hubungan signifikan dengan FMI. Pasien asma yang berjalan kurang dari 7000 langkah memiliki FMI yang lebih tinggi, sementara mereka yang duduk kurang dari 6 jam memiliki LMI yang lebih tinggi. Angka 7000 langkah dan 6 jam ini jadi benchmark yang menarik, kan?

Saatnya Bergerak!

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sedenter dan kurangnya aktivitas fisik berkontribusi pada penurunan LMI dan ESMCSA, serta peningkatan FMI pada pasien asma. Intervensi yang dirancang untuk mengurangi perilaku sedenter dan meningkatkan aktivitas fisik sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pasien asma.

Penelitian ini menemukan bahwa waktu sedenter yang lama berhubungan dengan LMI yang rendah dan ESMCSA yang rendah, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor risiko lain. LMI dan ESMCSA yang rendah bisa jadi indikator sarkopenia (hilangnya massa otot) dan faktor prognosis buruk untuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Serem!

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko masalah metabolik dan kardiovaskular melalui peningkatan massa lemak, dan memengaruhi tingkat keparahan asma. Jadi, jangan kaget kalau selain sesak napas, kolesterol juga ikutan naik. Double kill!

Manajemen farmakologis yang tepat, ditambah dengan panduan untuk meningkatkan aktivitas fisik, penting untuk meningkatkan tingkat aktivitas fisik pada pasien asma. Jangan cuma minum obat, tapi juga gerakin badan!

Kesimpulan: Asma Bukan Alasan untuk Mager

Penelitian ini cross-sectional, jadi nggak bisa membuktikan hubungan sebab-akibat. Tapi, hasilnya jelas: gaya hidup sedenter berhubungan erat dengan komposisi tubuh yang buruk pada pasien asma. Aktivitas fisik itu investasi jangka panjang untuk kesehatanmu.

Intinya, asma bukanlah alasan untuk mager. Temukan aktivitas fisik yang kamu nikmati, konsultasikan dengan dokter, dan gerakin badanmu! Paru-paru sehat, badan kuat, hidup berkualitas!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

<p><strong>Shinobi: Dendam Membara, Trailer Ungkap Kisah Kelam yang Menanti</strong></p>

Next Post

Iron Maiden Guncang Indonesia: Inilah Daftar Lagu Pembuka Tur 'Run For Your Lives'