Dark Mode Light Mode

Alasan Tersembunyi David Ellefson Memotong Rambutnya di Era 90-an

Siapa sangka potongan rambut bisa jadi drama? Bayangkan, kamu seorang rock star, terkenal dengan rambut gondrong yang sudah jadi identitas, tiba-tiba memutuskan untuk memangkas habis. Bukan karena ikut-ikutan tren, tapi karena… merasa seperti pengendara motor tua yang lusuh. Itulah yang terjadi pada David Ellefson, mantan bassist Megadeth. Kisah ini bukan sekadar soal rambut, tapi juga tentang image, identitas, dan sedikit penyesalan.

Megadeth, band thrash metal legendaris, dikenal dengan musik agresif dan penampilan yang powerful. Rambut gondrong adalah bagian tak terpisahkan dari image mereka. Lalu, bagaimana ceritanya seorang personel band sekelas Megadeth bisa merasa tidak percaya diri dengan rambutnya?

Perjalanan karier seorang musisi memang penuh lika-liku. Kadang, perubahan kecil seperti potongan rambut bisa jadi momen penting, bahkan mengubah arah perjalanan karier mereka. Mari kita telusuri lebih dalam alasan di balik keputusan Ellefson dan bagaimana reaksi rekan-rekannya, terutama sang frontman, Dave Mustaine.

Potong Rambut Ala David Ellefson: Bukan Ikut-Ikutan Metallica!

Banyak yang menduga keputusan Ellefson memotong rambut di era 90-an terinspirasi oleh Metallica, yang juga melakukan hal serupa. Namun, Ellefson dengan tegas membantah dugaan tersebut. Alasannya ternyata lebih personal dan… agak kocak. “Aku merasa seperti biker tua yang sudah usang,” ujarnya.

Kala itu, Ellefson sedang syuting video klip “Trust” di Los Angeles. Ia mengenakan celana kulit Chrome Hearts seharga $4,000, tapi rambutnya justru membuatnya merasa tidak nyaman. Tinggal di Arizona yang kering membuat rambutnya terlihat kusam dan berantakan. Kombinasi celana mahal dan rambut “buruk” itu membuatnya merasa aneh.

Selain itu, Ellefson baru saja menjadi seorang ayah. Ia merasa sudah waktunya untuk mengubah penampilannya. “Aku tidak ingin terlihat seperti ini. Aku merasa lelah dan tua,” kenangnya. Baginya, memotong rambut adalah cara untuk memulai kembali dan menyegarkan penampilannya. Fresh start, istilah kerennya.

Ia juga menyebut beberapa musisi lain yang saat itu berambut pendek, seperti Sully Erna (Godsmack) dan Tommy Lee. Namun, ia menekankan bahwa keputusannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan Metallica. Jadi, lupakan teori konspirasi haircut antar band thrash metal ya!

Reaksi Dave Mustaine: “Hmm…” yang Membingungkan

Tentu saja, Ellefson tidak serta merta memangkas rambutnya tanpa diskusi. Ia terlebih dahulu berbicara dengan Dave Mustaine. “Itu salah satu hal yang penting. Kamu tidak bisa seenaknya melakukan apapun, setidaknya tidak di band kami,” jelasnya.

Meskipun sudah meminta izin, reaksi Mustaine ternyata tidak terlalu antusias. Ellefson menggambarkan reaksi Mustaine dengan singkat, “Dia melihatku seperti, ‘Hmm…’ Semacam, ‘Oke…'”. Mungkin Mustaine bingung, kenapa tiba-tiba bassist kesayangannya ingin tampil beda padahal album baru akan dirilis dengan image rambut gondrong.

Reaksi Mustaine yang ambigu itu bisa jadi dimaklumi. Perubahan penampilan yang drastis memang bisa mempengaruhi branding dan image band. Namun, Ellefson tetap pada keputusannya dan memangkas rambutnya. No turning back.

Efek Samping Potongan Rambut: Jadi “Anak Baik dari Desa”

Setelah memangkas rambutnya, Ellefson menyadari ada beberapa elemen penting yang hilang dari penampilannya. “Aku tidak punya tato dan anting-anting besar,” ujarnya. “Dengan rambut pendek, aku terlihat seperti anggota pramuka. Aku terlihat seperti anak baik dari desa, seperti anak paduan suara.”

Ia merasa penampilannya tidak “cool” seperti Riki Rachtman (host MTV Headbanger’s Ball) yang penuh tato. Ellefson menyadari bahwa potongan rambut pendek saja tidak cukup. Butuh elemen lain untuk menunjang image seorang rocker.

Pengalaman ini mengajarkan Ellefson bahwa penampilan bukan hanya soal potongan rambut, tapi juga soal attitude dan style. Ia menyadari bahwa dirinya belum siap untuk image rambut pendek tanpa tato dan anting-anting. Lesson learned!

Potongan Rambut “Sialan” di Album Risk

Ironisnya, setelah bersusah payah menumbuhkan rambutnya kembali, Ellefson justru mendapat “potongan rambut sialan” saat pemotretan promosi album Risk (1999). “Saat pemotretan, makeup artist berkata, ‘Sepertinya kamu harus memotong rambutmu’,” kenangnya.

Dan hasilnya? “Itu bukan potongan rambut sama sekali. Itu potongan rambut yang buruk!” keluhnya. Ellefson merasa sangat kesal karena sudah menghabiskan waktu untuk menumbuhkan rambutnya, tapi justru mendapat potongan rambut yang mengecewakan tepat saat pemotretan.

Album Risk sendiri mendapat banyak kritikan dari penggemar dan kritikus karena sound alt-rock yang berbeda dari gaya Megadeth sebelumnya. Album ini juga menjadi album terakhir Megadeth yang menampilkan gitaris Marty Friedman. Apakah “potongan rambut sialan” Ellefson ada hubungannya dengan kegagalan album Risk? Tentu saja tidak. Tapi, ceritanya tetap menarik untuk disimak.

Pada akhirnya, Megadeth kembali ke akar thrash metal mereka di album The World Needs a Hero (2001). Kisah rambut Ellefson menjadi pengingat bahwa perubahan, bahkan yang sekecil apapun, bisa jadi pengalaman berharga dalam perjalanan karier seorang musisi. Walaupun kadang, perubahan itu berakhir dengan potongan rambut yang “sialan”.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Dua dari Tiga Panggilan Darurat eCall di Indonesia Ternyata Alarm Palsu

Next Post

Indonesia Berencana Bangun Replika Istana Balla Lompoa di Afrika Selatan: Penguatan Diplomasi Budaya