Siap-siap buat binge-listening karena Bruce Springsteen baru aja ngeluarin harta karun terpendamnya! Bayangin aja, udah kayak nemuin dompet ketinggalan di sofa, eh isinya bukan cuma recehan, tapi berlian!
"Tracks II: The Lost Albums" adalah jawaban buat semua doa para penggemar berat (dan juga yang baru mau kenalan) sama sang Boss. Ini bukan sekadar kumpulan B-sides atau demo yang kurang oke, tapi album-album utuh yang entah kenapa dulu disimpen rapat-rapat. Pertanyaannya sekarang, kenapa baru dirilis sekarang? Apa karena Bruce lagi bosan atau emang materinya se-epic itu?
Perjalanan musik Springsteen emang kayak rollercoaster. Dari masa kejayaan bareng E Street Band, sempet ada fase solo yang eksperimental, sampe akhirnya balik lagi ke akar rock ‘n’ roll-nya. Nah, "Tracks II" ini ngasih kita insight ke setiap belokan di jalan itu.
Kita semua inget "Streets Of Philadelphia," kan? Soundtrack film yang bikin mewek sejagat raya itu ternyata punya side story yang menarik. Setelah kesuksesan besar itu, Bruce ternyata udah punya album yang moody dan eksperimental, penuh dengan drum loops dan synthesizer. Tapi, album itu justru disimpen dan gak pernah dirilis. Alasannya? Mungkin Bruce khawatir penggemarnya bakal kaget.
Menggali Harta Karun yang Terpendam: Kenapa Baru Sekarang?
Bayangin deh, punya resep rahasia keluarga yang diturunin dari generasi ke generasi, tapi baru sekarang berani dipamerin ke dunia. Kayak gitu lah kira-kira "Tracks II." Album ini bukan cuma sekadar koleksi lagu, tapi jendela ke proses kreatif seorang Bruce Springsteen di berbagai fase karirnya.
Album "Streets of Philadelphia Sessions" adalah salah satu highlight utama. Album ini menunjukkan sisi lain Bruce yang bereksperimen dengan genre di luar zona nyamannya. Padahal, materi di album ini kualitasnya gak kaleng-kaleng, bahkan beberapa lagu bisa dibilang setara dengan karya-karya terbaiknya di album Tunnel of Love.
Lagu "Blind Spot," misalnya, dibangun di atas sample hip-hop. Terus ada juga "Waiting On The End Of The World," yang menggabungkan elemen doom dan pop yang epik. Intinya, album ini adalah bukti bahwa Bruce Springsteen gak cuma jago ngerock, tapi juga berani keluar dari comfort zone.
LA Garage Sessions ’83: Antara Nebraska dan Born in the USA
Pernah kebayang gimana jadinya kalau setelah "Nebraska" yang dark dan minimalis, Bruce gak langsung ngerilis "Born In The USA" yang anthemic? Nah, "LA Garage Sessions ’83" ini ngasih kita gambaran soal itu. Album ini direkam secara solo di atas garasi rumahnya di Hollywood Hills, dengan sound yang bleak tapi powerful.
Lagu-lagu di "LA Garage Sessions" ini punya nuansa yang gelap dan kontemplatif, dengan lirik yang menyentuh isu-isu sosial dan pribadi. Beberapa lagu mungkin udah familiar buat penggemar berat, kayak "Johnny Bye Bye" atau "Shut Out The Light," tapi dengan aransemen yang berbeda. Yang paling bikin penasaran adalah "The Klansman," lagu tentang seorang anak yang nemuin ayahnya adalah anggota KKK.
Secara musikalitas, "LA Garage" punya vibe yang sama dengan lagu "Downbound Train" dari album "Born In The USA." Ada rasa melankolis dan keputusasaan yang kental. Bahkan, beberapa lirik di lagu-lagu "LA Garage" nyambung sama lirik di "Downbound Train." Deep banget, kan?
Eksplorasi Genre: Dari Nashville Sampai Harry Potter?
"Tracks II" gak cuma ngasih kita insight ke proses kreatif Bruce Springsteen, tapi juga nunjukkin betapa luasnya range musiknya. Ada album "Somewhere North Of Nashville" yang isinya lagu-lagu country yang fun dan catchy. Album ini direkam sebagai selingan dari album "The Ghost Of Tom Joad" yang lebih serius.
Terus ada juga album "Twilight Hours," yang eksplorasi genre easy listening ala Burt Bacharach. Bruce khawatir album ini bakal bikin bingung penggemarnya, tapi ternyata lagu-lagu di "Twilight Hours" punya kualitas yang gak kalah sama "Western Stars." Bahkan, ada lagu yang ditulis buat film Harry Potter pertama, yaitu "I’ll Stand By You Always."
Inyo dan Faithless: Sentuhan Western yang Spiritual
Dua album terakhir, "Inyo" dan "Faithless," ngasih sentuhan yang berbeda. "Inyo" adalah kompilasi lagu-lagu dengan tema imigrasi dan kehidupan di perbatasan Amerika-Meksiko, mirip dengan album "The Ghost Of Tom Joad" dan "Devils & Dust." Sementara "Faithless" adalah soundtrack untuk film Western yang gak jadi dibuat, dengan nuansa spiritual yang kental.
Secara keseluruhan, "Tracks II" adalah package yang komplit dan memuaskan buat para penggemar Bruce Springsteen. Album ini gak cuma ngasih kita lagu-lagu baru, tapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang perjalanan musik dan pemikiran seorang legenda.
Jadi, tunggu apa lagi? Siapin headphone kesayangan, atur volume, dan nikmatin harta karun yang satu ini. Siapa tahu, di antara lagu-lagu "hilang" ini, ada yang jadi soundtrack hidup lo!
Kesimpulan: Lebih Dari Sekadar Koleksi Lagu
"Tracks II: The Lost Albums" bukan cuma sekadar dump lagu-lagu yang gak kepake. Ini adalah narasi utuh tentang seorang seniman yang gak pernah berhenti bereksplorasi, berinovasi, dan berbagi cerita. Dari rock ‘n’ roll yang menggelegar sampai balada yang menyayat hati, semua ada di sini. Jadi, don’t miss out! Karena siapa tahu, album ini bisa jadi soundtrack perjalanan hidup lo selanjutnya.