Dark Mode Light Mode

Album Hitam Metallica Setelah 34 Tahun: Masih Relevan? (Ranking 12 Lagunya)

Metallica, band metal legendaris yang sudah menemani kita selama lebih dari empat dekade, masih saja relevan hingga kini. Bayangkan, mereka sudah mengantongi 9 Grammy Awards dan dilantik ke Rock and Roll Hall of Fame pada tahun 2009. Tapi, mari kita fokus pada salah satu album mereka yang paling ikonik: The Black Album. Album ini bukan cuma sekadar kumpulan lagu, tapi juga sebuah fenomena budaya.

The Black Album, atau album self-titled kelima Metallica, baru-baru ini meraih sertifikasi 20x Platinum dari RIAA. Ini artinya, 20 juta kopi album ini sudah terjual! Wow banget, kan? Pertanyaannya sekarang, setelah 34 tahun dirilis, apakah album ini masih worth didengarkan? Mari kita urai satu per satu track-nya.

Mengupas Tuntas The Black Album: Masihkah Relevan di 2025?

Kita mulai dari urutan buncit. Tapi jangan salah paham, bahkan lagu yang "paling bawah" di album ini pun tetap punya daya tariknya sendiri.

12. "The Struggle Within": Penutup yang Cukup Gagah

"The Struggle Within" mungkin bukan lagu terbaik di album ini, tapi bukan berarti jelek. Riff yang upbeat di awal lagu memberikan energi yang pas untuk menutup album dengan semangat. Cocok buat kamu yang pengen headbanging di akhir sesi mendengarkan. Walaupun agak berbeda dari lagu-lagu lain, "The Struggle Within" tetap layak diapresiasi. Bisa dibilang, ini lagu yang asyik didengarkan sendiri, tapi kurang klop kalau dibandingkan dengan keseluruhan album.

11. "The God That Failed": Ungkapan Kekecewaan Mendalam

Dimulai dengan bass riff yang groovy, "The God That Failed" langsung memberikan nuansa yang unik. Liriknya membahas tema yang berat: pengalaman James Hetfield dengan ajaran Christian Scientist yang dianut keluarganya. Ibunya menolak pengobatan kanker karena kepercayaan ini, yang akhirnya berujung pada kematiannya. Lagu ini adalah ungkapan kesedihan dan kemarahan Hetfield atas kejadian tersebut. Agak dark, tapi justru itu yang bikin lagu ini kuat.

10. "My Friend Of Misery": Asal Mula Emo?

"My Friend of Misery" punya semua elemen yang bikin lagu metal jadi keren: gelap, eksistensial, dan emosional. Dengan durasi hampir tujuh menit, lagu ini menampilkan twin lead guitar solo oleh James Hetfield dan Kirk Hammett. Awalnya, lagu ini direncanakan sebagai instrumental track, tapi Hetfield memutuskan untuk menambahkan vokal. Hasilnya? Sebuah lagu yang powerful dan menyentuh. Mungkin ini cikal bakal musik emo? Just kidding!

9. "Holier Than Thou": Pemicu Mosh Pit

"Holier Than Thou" adalah lagu terpendek di album ini, tapi juga salah satu yang paling heavy. Dengan tempo yang cepat, lagu ini langsung memacu adrenalin dan siap memicu mosh pit. Metallica benar-benar habis-habisan di lagu ini, menghasilkan lagu yang agresif dan rage-fueled. Kalau kamu butuh lagu yang bikin semangat, "Holier Than Thou" adalah pilihan yang tepat. "Little whispers circle around your head / Why don't you worry about yourself instead?" – burn!

8. "Through The Never": Klasik untuk Two-Stepping

Riff cepat dan menghentak dari "Through the Never" pasti bikin jantungmu berdebar kencang. Nggak heran kalau lagu ini jadi favorit para headbangers, dengan drum beat yang enerjik dan guitar solo yang panjang. Secara lirik, "Through the Never" merenungkan tentang tempat manusia di alam semesta. Berat, tapi tetap asyik buat two-stepping.

7. "Of Wolf And Man": Ketika Fantasi Bertemu Metal

Alih-alih bercerita tentang pengalaman pribadi, "Of Wolf and Man" adalah interpretasi fantastis dalam bentuk lagu metal. Seringkali diabaikan, lagu ini mendorong batasan dalam bereksperimen, baik secara suara maupun lirik. Dengan guitar riff yang mencengkeram, lagu ini berkembang menjadi chorus yang meledak-ledak. Ditambah lagi, bass riff di lagu ini juga sangat catchy. "Of Wolf and Man" bisa dibilang, mendahului zamannya.

6. "Don't Tread On Me": Si Underdog yang Diremehkan

Terlepas dari namanya yang sempat memicu kontroversi, "Don't Tread on Me" adalah lagu yang sangat diremehkan. Dengan pesan yang sederhana namun kuat, Metallica menciptakan salah satu lagu paling unik di album ini. Liriknya memang lebih straightforward daripada lagu Metallica lainnya, tapi "Don't Tread on Me" punya melodi instrumental yang paling kreatif dalam diskografi Metallica. Lagu ini adalah anthem kekuatan yang underrated.

5. "Sad But True": Refleksi Sambil Headbanging

Lagu kedua di sebuah album selalu punya dampak besar, dan "Sad But True" memenuhi ekspektasi tersebut. Setelah intro seperti "Enter Sandman," lagu ini hadir dengan riff yang catchy dan lirik yang penuh renungan. "Sad But True" secara lirik mengeksplorasi konsep "bayangan diri" atau sisi gelap dari jiwa seseorang. Perkembangan lagu menggambarkan pertarungan internal antara kedua sisi diri, dan pada akhirnya, sisi gelap memenangkan kendali.

4. "The Unforgiven": Anthem yang Dibangun di Atas Riff

"The Unforgiven" adalah salah satu lagu Metallica yang paling terkenal, dan memang pantas mendapatkan pujian tersebut. Lagu ini ditulis bersama oleh James Hetfield, Kirk Hammett, dan Lars Ulrich, dan mengeksplorasi lebih lanjut perjuangan Hetfield dengan agama. Seperti halnya "The God That Failed," lagu ini secara lirik mengeksplorasi dampak kematian ibunya terhadap pandangan religiusnya. Dalam "The Unforgiven," dia mulai mempertanyakan apakah agama itu benar-benar nyata.

3. "Nothing Else Matters": Power Ballad Rock Sejati

Balada berdurasi enam menit, "Nothing Else Matters", adalah salah satu momen paling menyentuh di album kelima Metallica. Dengan tempo yang lambat, nada gitar yang melankolis langsung memikat. Lagu ini berdiri sebagai salah satu momen paling unik di album ini, sangat berbeda dari lagu-lagu upbeat dan energik sebelumnya. Banyak yang menjadikan "Nothing Else Matters" sebagai favorit dari The Black Album. Yang paling mengejutkan dari lagu ini adalah temanya. Ya, "Nothing Else Matters" adalah lagu cinta, dan dieksekusi dengan sangat baik.

Kesimpulan: Sebuah Album yang Tak Lekang Waktu

Jadi, apakah The Black Album masih relevan di 2025? Jawabannya jelas: iya! Walaupun ada beberapa lagu yang mungkin kurang menonjol, secara keseluruhan album ini tetap menjadi masterpiece yang layak didengarkan berkali-kali. The Black Album membuktikan bahwa musik yang bagus akan selalu relevan, tidak peduli berapa pun usianya. Metallica berhasil menciptakan album yang tidak hanya memuaskan para penggemar metal, tetapi juga menarik pendengar dari berbagai kalangan. Sebuah bukti bahwa musik bisa menjadi jembatan untuk menghubungkan perbedaan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Indonesia Redam Harapan Kaan, Tegaskan Komitmen KF-21

Next Post

Gears of War Reloaded Beta: Intip 17 Menit Gameplay dan Hasil Benchmark PC