Kita semua pernah merasa seperti Bruce Springsteen di era 90-an: sedikit bingung, banyak perasaan, dan mungkin terlalu banyak waktu luang dengan keyboard. Album yang tersimpan rapat ini akhirnya muncul ke permukaan, membawa kita ke perjalanan sonik yang mungkin tidak pernah kita duga dari sang "Boss." Siap untuk kejutan?
Springsteen Era 90-an: Antara Keyboard, Drum Loops, dan Krisis Eksistensial
Dunia musik, sama seperti fashion, punya siklusnya sendiri. Dulu celana cutbray dianggap ketinggalan zaman, sekarang malah jadi statement. Begitu juga dengan musik Bruce Springsteen di era 90-an yang selama ini terpendam. Album ini bukan Born in the U.S.A. Part 2, tapi lebih ke Tunnel of Love versi lo-fi hip-hop. Ya, Anda tidak salah baca.
Album ini, yang berisi rekaman yang lebih dark dan experimental dari yang kita duga, memang tidak dirilis pada masanya. Springsteen merasa kurang yakin untuk merilis album dengan tema eksistensi dan krisis paruh baya, ditambah lagi eksplorasi sound yang berbeda dari karya-karya sebelumnya. Mungkin dia merasa ini terlalu "jujur" untuk pendengarnya saat itu.
Membayangkan Bruce Springsteen nongkrong di Bel Air sambil digging vinyl, mencari beat yang pas untuk lagunya, terdengar seperti adegan film komedi. Tapi itulah kenyataannya. Ia bereksperimen dengan drum loops generik, bahkan beberapa diambil dari sample pack hip-hop. Benar-benar out of the box, Boss!
Lagu "Between Heaven and Earth" bahkan menggunakan drum break dari "Theme From the Planets" milik Dexter Wansel, yang juga dipakai di "I Ain't No Joke"-nya Eric B. and Rakim. Springsteen bahkan mendahului The Chemical Brothers dalam menggunakan sample ini. Mind-blowing, kan?
Tapi jangan bayangkan album ini penuh dengan banger hip-hop. Springsteen menggunakan beat ini sebagai fondasi untuk merenungkan kegelisahan hidup. Tema perselingkuhan, keraguan, dan ketidakpastian mendominasi lirik-liriknya. Ini Tunnel of Love yang lebih raw dan apa adanya.
Versi awal dari "Secret Garden" juga hadir di album ini. Versi yang kemudian menjadi hit besar setelah menjadi soundtrack Jerry Maguire. Tapi versi ini terdengar lebih mentah dan polos, belum dipoles oleh aransemen band yang megah.
Mengapa Album Ini Ditahan Begitu Lama?
Salah satu alasan mengapa album ini lama disimpan adalah karena temanya yang berat. Springsteen sendiri mengakui bahwa dia dan Patti Scialfa (istrinya saat itu) sedang menikmati masa-masa indah di California saat lagu-lagu ini ditulis. Tetapi, terkadang ketika terjebak dalam satu lagu yang kelam, seperti "Blind Spot", sulit untuk keluar dari sana.
"Blind Spot" menggambarkan hubungan yang saling "menghuni" seperti penyakit. Metafora ini muncul berulang kali di album ini, memperkuat kesan kegelisahan dan ketidakpastian. Mungkin inilah yang membuat Springsteen ragu untuk merilisnya.
Springsteen mungkin merasa kurang pede untuk merilis album tentang kegalauan hidup di usia pertengahan. Apalagi setelah Tunnel of Love, Human Touch, dan Lucky Town, yang sudah membahas tema serupa. Mungkin dia khawatir penggemarnya akan bosan dengan keluh kesahnya.
Akhirnya, Springsteen memutuskan untuk menunda perilisan album ini. Dia kembali berkumpul dengan E Street Band untuk merekam lagu-lagu baru untuk album greatest hits, termasuk versi full-band dari "Secret Garden". Kemudian dia beralih ke The Ghost of Tom Joad, album yang lebih berorientasi sosial dan politik.
Warisan Tersembunyi Sang "Boss"
Album ini akhirnya menemukan jalannya ke pendengar modern yang lebih terbuka terhadap eksplorasi musik dan lirik yang jujur. Karya ini seakan mendahului zamannya, mengantisipasi tren musik lo-fi dan hip-hop yang populer saat ini.
Bahkan, vibes album ini sudah bisa kita rasakan dalam karya-karya musisi seperti Moby dan Amen Dunes. Ini membuktikan bahwa Springsteen selalu selangkah lebih maju, bahkan saat dia mencoba bereksperimen dengan sound yang berbeda.
Album ini adalah pengingat bahwa bahkan seorang legenda seperti Bruce Springsteen pun pernah merasa ragu dan tidak yakin dengan karyanya. Tapi justru keraguan inilah yang memicu kreativitas dan menghasilkan karya yang unik dan berani.
Jadi, lain kali Anda merasa stuck dalam rutinitas atau ragu dengan kemampuan diri sendiri, ingatlah Bruce Springsteen di era 90-an. Dia membuktikan bahwa tidak ada salahnya untuk bereksperimen, mencoba hal baru, dan jujur pada diri sendiri. Siapa tahu, karya terbaik Anda justru lahir dari ketidakpastian.