Siapa yang bilang fitness tracker itu akurat buat semua orang? Buat sebagian orang, alat ini udah jadi sahabat karib untuk ngitung kalori yang terbakar setiap hari. Tapi, buat mereka yang punya berat badan berlebih, ceritanya bisa beda. Ternyata, fitness tracker seringkali kurang akurat dalam ngukur aktivitas mereka. Nah, ini dia solusinya!
Algoritma Baru: Terobosan untuk Akurasi Fitness Tracker
Para ilmuwan di Northwestern University baru aja ngembangin algoritma baru yang bikin smartwatch lebih akurat dalam ngukur kalori yang dibakar sama orang-orang dengan obesitas selama berbagai aktivitas fisik. Keren, kan?
Ini penting banget karena algoritma yang dipake fitness tracker sekarang itu sebenernya dirancang buat orang yang nggak punya obesitas. Alat yang dipasang di pinggul sering salah baca pembakaran energi gara-gara perubahan gaya jalan dan kemiringan alat pada orang dengan berat badan yang lebih tinggi. Sementara, model yang dipasang di pergelangan tangan emang lebih nyaman, tapi belum ada yang ngetes atau kalibrasi secara khusus buat kelompok ini.
Nabil Alshurafa, seorang profesor di Northwestern University Feinberg School of Medicine, bilang kalo tanpa algoritma yang valid buat alat di pergelangan tangan, kita masih gelap gulita soal seberapa banyak aktivitas dan energi yang orang dengan obesitas beneran dapet tiap hari. Ini ngalangin kemampuan kita buat nyusun intervensi dan ningkatin hasil kesehatan mereka. Gak lucu kan kalo gitu?
Tim Alshurafa udah ngetes algoritma mereka sama 11 algoritma canggih lainnya yang dirancang sama peneliti pake alat kelas penelitian. Mereka bahkan pake kamera yang dipasang di badan buat ngerekam setiap momen waktu sensor di pergelangan tangan salah ngitung pembakaran kalori.
Kisah Inspiratif di Balik Algoritma: Dari Kelas Olahraga ke Laboratorium
Inspirasi buat bikin algoritma ini dateng pas Alshurafa ikut kelas olahraga sama ibu mertuanya yang punya obesitas. Ibu mertuanya udah berusaha sekeras mungkin, tapi pas ngelirik leaderboard, angkanya hampir nggak keliatan. Dari situ Alshurafa sadar kalo fitness seharusnya nggak jadi jebakan buat orang yang paling butuh.
Algoritma baru ini pake data dari fitness tracker komersial dan bisa nyaingin metode gold-standard dalam ngukur pembakaran energi. Algoritma ini bisa ngestimasi seberapa banyak energi yang dipake seseorang dengan obesitas setiap menitnya, dengan akurasi di atas 95% di situasi dunia nyata. Bayangin, sekarang orang dengan obesitas bisa lebih gampang ngelacak aktivitas dan penggunaan energi mereka sehari-hari.
Cara Kerja Studi: Mengukur Energi yang Terbakar
Dalam satu kelompok, 27 peserta studi make fitness tracker dan metabolic cart – yaitu masker yang ngukur volume oksigen yang dihirup dan volume karbon dioksida yang dihembuskan buat ngitung pembakaran energi (dalam kilokalori/kCal) dan tingkat metabolisme istirahat mereka. Peserta studi ngelakuin serangkaian aktivitas fisik buat ngukur pembakaran energi mereka selama setiap tugas. Para ilmuwan terus ngebandingin hasil fitness tracker sama hasil metabolic cart.
Di kelompok lain, 25 peserta studi make fitness tracker dan kamera badan sambil ngejalanin aktivitas sehari-hari mereka. Kamera badan ini ngebantu para ilmuwan buat mastiin kapan algoritma itu ngelebihin atau ngekurangin estimasi kCal.
Alshurafa juga nantangin peserta studi buat ngelakuin push-up sebanyak mungkin dalam lima menit. Banyak yang nggak bisa push-up standar, tapi mereka tetep semangat ngelakuin wall-push-up.
Menyambut Era Baru Pengukuran Aktivitas yang Inklusif
- Inklusivitas: Algoritma ini dirancang khusus untuk orang dengan obesitas, nggak kaya algoritma yang ada sekarang.
- Akurasi Tinggi: Tingkat akurasinya mencapai 95% dalam situasi dunia nyata.
- Aplikasi yang Akan Datang: Tim Alshurafa bakal ngerilis aplikasi pemantau aktivitas akhir tahun ini, tersedia buat iOS dan Android.
Rethinking Definisi Sukses dalam Kebugaran
Pengalaman Alshurafa nunjukkin kalo kita harus mikir ulang gimana gym, tracker, dan program olahraga ngukur kesuksesan. Jangan sampe kerja keras seseorang jadi nggak keliatan cuma karena standar yang ada nggak inklusif. Standar itu jangan kaku-kaku amat lah, ya?
Algoritma yang Lebih Pintar, Lebih Adil, dan Lebih Inklusif
Jadi, intinya, algoritma baru ini bukan cuma tentang akurasi. Ini tentang ngasih kesempatan yang sama buat semua orang buat ngukur dan ningkatin kesehatan mereka. Ini tentang memastikan kalo fitness tracker itu beneran jadi tracker yang fit buat semua orang. Dengan algoritma yang lebih smart, lebih adil, dan lebih inklusif, kita bisa bantu lebih banyak orang buat meraih tujuan kesehatan mereka.