Dark Mode Light Mode
Estafet Kepemimpinan Telah Beralih
‘Anthem’ Jadi Korban Terbaru: Bagaimana Seharusnya Game Diurus Sebelum Mati?
Erupsi Lewotobi Ancam Kesehatan, Penerbangan Terganggu

‘Anthem’ Jadi Korban Terbaru: Bagaimana Seharusnya Game Diurus Sebelum Mati?

Jadi, Anthem Akan Mati: Sebuah Tinjauan Mendalam (dan Sedikit Sarkasme)

Sejujurnya, siapa yang kaget dengan berita ini? Setelah perjalanan yang penuh liku, Anthem, ambisi besar dari BioWare dan Electronic Arts, akhirnya akan dimatikan. Servernya akan offline pada 12 Januari mendatang, yang berarti game yang dirancang online-only ini akan benar-benar unplayable. Seperti memelihara ikan mas yang tidak bisa berenang, sad but true.

Era game online-only semakin populer, dan dengan itu muncul pula kekhawatiran tentang masa depan game-game ini. Bayangkan, game yang sudah kamu investasikan waktu dan uangmu tiba-tiba lenyap begitu saja. Apa gunanya punya skin keren kalau character kamu nggak bisa dipamerin ke siapa-siapa?

Sejarah Singkat Anthem: Dari Harapan hingga Kebingungan

Pengembangan Anthem memakan waktu hampir tujuh tahun, sebuah siklus yang dipenuhi dengan perubahan arah dan visi. Peluncurannya di tahun 2019 disambut dengan kritik pedas, mulai dari eksekusi yang kurang matang, bug yang mengganggu, hingga gameplay yang membosankan. Sebenarnya ide awalnya menarik: dunia yang luas, kostum terbang keren, dan misi kooperatif yang menantang. Tapi ya, realitanya seringkali tidak seindah trailer.

BioWare dan EA sempat berencana untuk merombak total game ini melalui proyek Anthem Next. Namun, sayangnya, proyek ini dibatalkan pada tahun 2021 dengan alasan COVID-19 dan fokus sumber daya yang dialihkan ke proyek lain. Padahal, banyak yang berharap Anthem Next bisa memberikan nafas baru bagi game ini.

Kenapa Anthem Ditutup? Inilah Yang Sebenarnya Terjadi

Keputusan untuk mengakhiri dukungan server Anthem bukanlah hal yang tiba-tiba. Penjualan yang mengecewakan, bug yang persisten, dan gameplay yang kurang menarik menjadi faktor utama. Selain itu, biaya pemeliharaan server juga terus berjalan, sementara return yang dihasilkan tidak sebanding. Secara bisnis, keputusan ini mungkin masuk akal. Secara emosional, mungkin bikin beberapa pemain kecewa, terutama mereka yang masih setia.

Reaksi Pemain: Antara Pasrah dan Berharap Ada Keajaiban

Di forum-forum online, banyak pemain yang menyuarakan kekecewaannya. Beberapa meminta agar Anthem diberikan offline mode agar tetap bisa dimainkan meskipun server sudah mati. Permintaan ini didasari oleh kekhawatiran tentang investasi waktu dan uang yang telah dikeluarkan. Bayangkan, kamu sudah beli skin mahal-mahal, eh, gamenya malah nggak bisa dimainin lagi. Kan nyesek.

Salah satu komentar yang menohok adalah kekhawatiran bahwa penutupan Anthem memberikan pesan berbahaya: bahwa game live-service itu disposable, tidak peduli berapa banyak waktu dan uang yang diinvestasikan pemain. Ini menjadi isu penting bagi industri game secara keseluruhan.

Stop Killing Games: Sebuah Gerakan untuk Menyelamatkan Game yang Terlupakan

Munculnya gerakan seperti Stop Killing Games menunjukkan adanya kesadaran yang meningkat tentang pentingnya pelestarian game. Mereka berpendapat bahwa menghancurkan sebuah video game sama dengan menghancurkan karya budaya. Mereka menginginkan agar perusahaan game memiliki rencana cadangan yang memungkinkan game tetap hidup dalam format yang playable, bahkan jika harus offline.

Meskipun Stop Killing Games tidak bisa menyelamatkan Anthem kali ini, mereka tetap berjuang untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan. Tujuan mereka adalah untuk memutus siklus di mana game live-service dimatikan begitu saja, tanpa mempertimbangkan investasi pemain dan nilai budaya game itu sendiri.

Apa Artinya Bagi Masa Depan Game Live-Service?

Kasus Anthem menjadi pelajaran berharga bagi pengembang dan penerbit game. Ini menunjukkan pentingnya gameplay yang menarik, dukungan bug yang berkelanjutan, dan komunikasi yang transparan dengan pemain. Selain itu, ini juga menyoroti perlunya mempertimbangkan opsi offline mode atau rencana pelestarian lainnya untuk game live-service.

Tips Bertahan Hidup di Era Game yang Disposable

  • Pikirkan Dua Kali Sebelum Investasi Besar: Jangan terlalu FOMO (Fear of Missing Out) saat membeli skin atau item virtual. Ingat, game bisa saja dimatikan sewaktu-waktu.
  • Dukung Gerakan Pelestarian Game: Suarakan pendapatmu dan dukung organisasi yang berjuang untuk melindungi hak pemain dan melestarikan game.
  • Nikmati Selagi Ada: Jangan terlalu terpaku pada endgame atau completion. Nikmati momen bermain game dan bersosialisasi dengan pemain lain.

Pelajaran dari Anthem: Jangan Janji Kalau Nggak Bisa Nahan Beban

Anthem memang tidak berhasil mencapai potensi penuhnya. Namun, kisahnya memberikan pelajaran penting tentang tantangan dan peluang di era game live-service. Yang terpenting, ini mengingatkan kita bahwa game, seperti karya seni lainnya, memiliki nilai budaya yang patut dilestarikan. Jadi, sebelum kamu download game online-only yang baru, ingatlah kisah Anthem. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Intinya, bijaklah dalam bermain dan berinvestasi.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Estafet Kepemimpinan Telah Beralih

Next Post

Erupsi Lewotobi Ancam Kesehatan, Penerbangan Terganggu