Siap-siap, para virtual racer! Setelah beberapa tahun terakhir game Formula 1 resmi seperti roller coaster, dengan ada yang asik banget dan ada juga yang bikin garuk-garuk kepala, akhirnya ada secercah harapan di ujung terowongan. F1 25 hadir dengan janji perbaikan yang cukup signifikan. Apakah kali ini EA SPORTS dan Codemasters berhasil merebut kembali hati para gamer yang sempat kecewa? Mari kita ulas tuntas!
Dari sofa unlockable sampai handling mobil yang bikin frustrasi, perjalanan game F1 memang penuh liku. Tapi kali ini, tampaknya mereka benar-benar mendengarkan keluhan para pemain. Kabarnya, F1 25 membawa sejumlah peningkatan yang patut diacungi jempol. Tapi, apakah ini cukup untuk membuatnya menjadi game F1 terbaik dalam beberapa tahun terakhir?
Laser-Scanned Circuit: Detail yang Bikin Nagih
Salah satu peningkatan paling signifikan di F1 25 adalah penggunaan teknologi laser-scanning untuk beberapa sirkuit. Teknologi ini, yang biasanya dipakai di sim racing kelas berat seperti iRacing, memastikan detail sirkuit direplikasi dengan sangat akurat. Bayangkan, tikungan Imola yang lebih realistis dengan kerb yang presisi dan gravel trap yang lebih menantang. Begitu pula dengan kompleks Turn 14-16 di Miami yang kini terasa lebih hidup.
Sayangnya, upgrade ini baru diterapkan di lima sirkuit saja: Bahrain, Suzuka, Melbourne, dan dua yang sudah disebutkan di atas. Ini berarti sirkuit lain seperti Hungaroring jadi kelihatan "cupu" dibandingkan yang sudah di-upgrade. Tapi, setidaknya ini adalah langkah awal yang menjanjikan. Semoga saja di game selanjutnya, semua sirkuit bisa merasakan sentuhan teknologi canggih ini.
Dalam hal handling, F1 25 juga menawarkan peningkatan yang signifikan. Mobil terasa lebih responsif dan realistis. Kerb yang besar akan membuat mobil Anda tidak stabil, dan oversteer yang terprediksi akan muncul jika Anda terlalu cepat membuka gas dengan 1000 bhp. Handling mobil ini terasa lebih forgiving dibandingkan F1 24, sehingga lebih mudah dikendalikan dan dinikmati, terutama bagi gamer yang menggunakan gamepad.
My Team: Jadi Bos, Bukan Cuma Pembalap
Mode My Team, yang pertama kali diperkenalkan di F1 2020, mendapat makeover besar-besaran. Dulu, Anda cuma jadi pembalap yang bergabung dengan tim fiksi ke-11 di grid. Sekarang, Anda berperan sebagai team principal alias bos tim! Tugas Anda tidak hanya balapan, tapi juga mengelola dua pembalap sekaligus, negosiasi sponsor, dan upgrade mobil agar tetap kompetitif. Serasa jadi Christian Horner, tapi tanpa drama off-track!
Mode ini akan terasa familiar bagi mereka yang pernah memainkan game F1 Manager. Sayangnya, seri manajemen dari Frontier itu sudah dibatalkan tahun lalu. Jadi, My Team di F1 25 bisa menjadi alternatif yang lebih accessible. Perbedaan besar lainnya adalah cara upgrade mobil dilakukan. Riset dan pengembangan kini ditangani secara terpisah.
Setelah menghabiskan resource points untuk riset aero, chassis, atau powertrain, Anda masih harus mengeluarkan uang untuk mengembangkannya. Selain itu, Anda hanya bisa mengembangkan komponen untuk satu mobil saja sampai Anda meng-upgrade fasilitas tim. Keputusan yang Anda ambil akan berdampak besar.
Anda bisa saja memberikan semua upgrade terbaru ke pembalap favorit Anda agar dia punya peluang lebih besar untuk menang. Atau, Anda bisa menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk melatih staf agar tim Anda semakin kuat dalam jangka panjang. Tampilan visual juga ditingkatkan. Fasilitas tim sekarang berubah seiring dengan upgrade yang Anda lakukan, dan kepala departemen juga dianimasikan. Meskipun, facial animations-nya masih perlu banyak polesan.
Secara keseluruhan, perubahan di My Team ini memberikan angin segar bagi mode ini. Sensasi kemajuan saat Anda meng-upgrade fasilitas, merekrut pembalap dari tim rival, dan membangun mobil yang kompetitif cukup membuat Anda ketagihan untuk terus bermain.
Reaching Braking Point: Drama di Luar Lintasan
Buat yang kangen sama drama, Braking Point kembali hadir! Mode cerita fantasi ini terakhir kali kita lihat dua tahun lalu. Kali ini, Aiden Jackson, Devon Butler, dan Callie Mayer kembali dengan tim Konnersport mereka. Di installment ketiga ini, Konnersport berjuang untuk meraih gelar juara. Tanpa spoiler, sebuah kejadian tak terduga memicu ketegangan di dalam keluarga Butler. Dijamin seru untuk disaksikan!
Drama Braking Point ini memang lebay ala-ala Drive to Survive, tapi justru itu yang membuatnya menarik. Akting para karakternya mungkin tidak akan memenangkan Oscar, tapi narasi ceritanya tetap menjadi hiburan yang menyenangkan di luar mode Driver Career dan My Team. Di antara cutscene yang dianimasikan dengan baik, Anda harus menyelesaikan skenario yang berkaitan dengan plot cerita.
Misalnya, mengejar pembalap tertentu atau mencetak waktu putaran tertentu. Beberapa chapter juga memberi Anda pilihan untuk bermain sebagai pembalap yang berbeda. Meskipun ada ending alternatif dan tujuan yang berbeda tergantung pada pilihan Anda, cerita Braking Point ini sebagian besar bersifat linear.
Superfluous Oddities: Hal-Hal Aneh yang Kurang Penting
Selain hal-hal positif di atas, ada juga beberapa tambahan di F1 25 yang terasa kurang penting. Salah satunya adalah penambahan tata letak trek terbalik untuk Silverstone, Zandvoort, dan Red Bull Ring. Memang seru sih menaklukkan tikungan miring Zandvoort secara terbalik, tapi dengan hanya tiga tata letak trek, inovasi ini cepat membosankan.
Fitur ini mungkin berguna bagi mereka yang sering ikut liga multiplayer atau membuat konten, tetapi bagi sebagian besar pemain, ini terasa kurang authentic. Akan lebih baik jika Codemasters menambahkan daftar sirkuit dari sejarah F1. Selain itu, ada juga tie-in dengan film F1: The Movie yang akan datang, yang dibintangi oleh Brad Pitt.
Di sini, Anda bisa mengendarai mobil APXGP dalam test run di Silverstone. Namun, pengalaman ini akan diperluas lebih lanjut pada 30 Juni sebagai bonus pre-order Iconic Edition atau DLC standalone. Mode F1 World juga masih terasa membingungkan dengan menu di dalam menu di dalam unlockables di dalam menu lain. Mode ini seharusnya menjadi tempat untuk balapan cepat dan merasakan sense of progression, tetapi malah terasa seperti kesempatan yang terlewatkan.
Untungnya, mode My Team, Driver Career, dan Braking Point begitu menarik sehingga Anda bisa mengabaikan fitur-fitur frippery ini sepenuhnya. Asalkan Anda tidak keberatan dengan narasi yang mirip dengan docufiction Netflix. Apakah F1 25 sepadan dengan harga yang lumayan? Jika Anda sudah memiliki F1 24, mungkin masih bisa dipikirkan lagi.
Namun, dengan My Team yang diperbarui, handling yang lebih baik, dan kembalinya Braking Point, F1 25 merupakan langkah maju yang solid. Apalagi, dengan adanya perubahan regulasi yang signifikan di Formula 1 pada tahun 2026, mungkin inilah saat yang tepat bagi game selanjutnya untuk dibuat ulang dari awal.
Jadi, apakah F1 25 ini game yang wajib dibeli? Itu tergantung. Kalau Anda memang hardcore fans F1 yang selalu ingin update dengan game terbaru, atau kalau Anda belum punya game F1 dalam beberapa tahun terakhir, F1 25 bisa jadi pilihan yang tepat. Tapi, kalau Anda sudah punya F1 24 dan merasa cukup puas, mungkin lebih baik menunggu game selanjutnya yang diharapkan membawa inovasi yang lebih besar. Intinya, F1 25 ini adalah game yang solid, tapi bukan revolusioner.