Dark Mode Light Mode

Apakah industri video game Inggris menghadapi masalah kelas

Pernah merasa video game itu cuma buat kalangan tertentu? Atau mungkin kamu punya mimpi bikin game tapi merasa kesempatan itu kayak legendary item yang susah banget didapetin? Jangan khawatir, kamu nggak sendirian! Industri game, yang nilainya udah kayak gold mine, ternyata punya isu yang jarang dibahas: kurangnya social mobility.

Industri game memang terlihat glamour dari luar, tapi faktanya nggak semua orang punya akses yang sama. Kita sering lihat game developer sukses dengan ide-ide brilian, tapi berapa banyak dari mereka yang bener-bener datang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah? Ini bukan cuma soal skill, tapi juga soal kesempatan.

Bayangkan, kamu punya bakat coding kayak ninja, ide cerita yang mind-blowing, tapi nggak punya network yang tepat atau dana yang cukup. Gimana mau bersaing dengan mereka yang punya privilese lebih? Ini adalah masalah serius yang bisa bikin industri game kehilangan potensi-potensi terbaik.

Kenapa Social Mobility Penting Buat Industri Game?

Social mobility di industri game bukan cuma soal keadilan, tapi juga soal inovasi dan kreativitas. Kalau industri ini cuma diisi oleh orang-orang dari latar belakang yang sama, ide-ide yang muncul juga bakal seragam. Dengan keberagaman latar belakang, kita bisa dapat perspektif baru, cerita yang lebih kaya, dan karakter yang lebih relatable buat semua gamer.

Lebih jauh lagi, keberagaman ini bisa membantu game developer menciptakan game yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua orang. Bayangin game yang bener-bener merefleksikan realitas kehidupan, bukan cuma fantasi superhero atau dunia cyberpunk. Ini bukan cuma bikin game jadi lebih menarik, tapi juga lebih bermakna.

Selain itu, industri game yang inklusif juga bisa jadi mesin penggerak ekonomi. Dengan membuka kesempatan bagi semua orang, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi kesenjangan sosial. Ini bukan cuma soal bikin game, tapi juga soal membangun masa depan yang lebih baik.

Into Games: Pahlawan Kesiangan Industri Game?

Organisasi nirlaba Into Games melihat masalah ini dan memutuskan untuk bertindak. Mereka fokus membantu orang-orang dari kalangan ekonomi rendah untuk masuk ke industri game. Salah satu temuan mereka yang cukup mencengangkan adalah banyaknya orang dari kalangan pekerja yang gagal memasuki industri game setelah menyelesaikan pendidikan. Mereka gagal di rintangan terakhir.

CEO Into Games, Declan Cassidy, bilang bahwa mereka ingin meningkatkan jumlah orang dari kalangan pekerja di industri game Inggris sebesar 50% pada tahun 2030. Ambisius? Mungkin. Tapi kalau nggak ada yang mulai, kapan lagi? Mereka fokus pada enam wilayah: Birmingham, Brighton, Dundee, London, Manchester, dan Tees Valley.

Rencana mereka meliputi program outreach di sekolah-sekolah, paid internship, dan pelatihan yang didanai pemerintah. Lebih dari 100 studio game telah menyatakan komitmen untuk menerima talenta-talenta dari kalangan pekerja melalui program mereka pada tahun 2025 dan 2026. Ini adalah langkah yang sangat positif!

Apa Aja Sih Penghalangnya?

Laporan Into Games menemukan beberapa penghalang utama bagi orang-orang dari kalangan ekonomi rendah untuk masuk ke industri game. Diantaranya adalah lokasi, akses ke keuangan, modal kultural yang terbatas, dan kurangnya network. Kurangnya networking ini bikin orang-orang dari kalangan ekonomi rendah kesulitan mendapatkan informasi tentang lowongan kerja, mentorship, dan kesempatan lainnya.

Selain itu, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa 59% peserta merasa “diasingkan” di suatu titik dalam karir mereka. Diskriminasi kelas ternyata masih jadi masalah yang nyata. Will Luton, pendiri Village Studio Games, bahkan mengaku seringkali harus “menyamarkan” cara bicaranya agar tidak ketahuan asal usulnya. Sad but true, kan?

Kenapa Studio Game Harus Peduli?

Nick Poole, kepala badan industri game Ukie, percaya bahwa bakat itu ada, tapi opportunitynya yang kurang. Dia bilang, “Kalau kamu mau cerita kisah yang nyata, orang-orang muda, berbakat, dan bokek harus bisa masuk ke industri ini.” Ini adalah argumen yang kuat. Keberagaman latar belakang akan memperkaya cerita yang bisa diceritakan oleh game.

Declan Cassidy juga menekankan bahwa keberagaman ini bisa memberikan manfaat besar bagi studio game. Dengan merekrut orang-orang dari berbagai latar belakang, studio bisa mendapatkan perspektif baru, ide-ide segar, dan pemahaman yang lebih baik tentang target pasar mereka. Ini bisa bikin game jadi lebih sukses dan relevan.

Bukan Sekadar Aksi Sosial, Tapi Investasi Masa Depan

Jadi, mendukung social mobility di industri game bukan cuma soal aksi sosial, tapi juga soal investasi masa depan. Dengan membuka pintu bagi semua orang, kita bisa menciptakan industri yang lebih inovatif, kreatif, dan inklusif. Ini bukan cuma soal bikin game, tapi juga soal membangun masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Saatnya Industri Game Lebih Inklusif dan Beragam

Industri game Indonesia juga punya potensi yang sangat besar, tapi tantangannya juga nggak kalah besar. Kita perlu lebih banyak inisiatif seperti Into Games yang fokus membantu orang-orang dari kalangan ekonomi rendah untuk masuk ke industri ini. Pemerintah, perusahaan game, dan komunitas juga perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

Kita bisa mulai dengan memberikan beasiswa, program mentorship, dan pelatihan yang terjangkau. Kita juga perlu menghilangkan diskriminasi kelas dan menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa semua orang punya kesempatan yang sama untuk meraih mimpi mereka di industri game. Ingat, every hero deserves a chance to shine!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Setelah 60 Tahun, TV Anak Ciptakan Citra Anak Laki-laki Aktif, Perempuan Pasif

Next Post

Injeksi Awal Hentikan Program Pilihan Sekolah Wyoming: Dampak bagi Radio Pedesaan