Bayangkan kamu lagi asyik main game, udah level dewa, eh tiba-tiba listrik mati. Gelap gulita. Itulah kira-kira yang dirasakan Bonfire Studios selama sembilan tahun terakhir. Bedanya, mereka bukan cuma mati lampu, tapi juga harus meramu ulang resep game biar nggak basi di tengah jalan. Hasilnya? Arkheron, sebuah game yang katanya sih, “Ascension Royale” ala Diablo ketemu PUBG, plus bumbu Dark Souls biar makin pedas.
Sembilan Tahun Menggodok: Lahir Sebuah Mahakarya atau Sekadar Kelamaan Masak?
Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah studio game merilis karya perdana. Apalagi di industri yang berubah secepat kilat, kayak pacar yang ganti taste tiap bulan. Rob Pardo, pentolan Bonfire Studios, mengakui bahwa perjalanan ini lebih panjang dari dugaan. Tapi, ya namanya juga bikin sesuatu yang baru, pasti ada aja drama dan intriknya. Ibarat bikin kopi, kadang harus eksperimen berbagai jenis biji dan suhu air biar nemu rasa yang pas.
Arkheron sendiri lahir dari perpaduan tiga elemen yang terdengar agak absurd: Diablo, PUBG, dan Dark Souls. Diablo dengan loot dan skill-nya, PUBG dengan tensi tinggi ala battle royale, dan Dark Souls dengan tingkat kesulitan yang bikin emosi jiwa. Campuran ini menghasilkan sebuah game isometric, twitchy, PvP yang katanya sih, bakal bikin nagih. Tapi, apakah ramuan ini benar-benar lezat, atau malah bikin mules?
Industri Berubah, Selera Pasar Juga Ikutan Geser
Sembilan tahun lalu, industri game masih didominasi model bisnis yang itu-itu aja. Sekarang? Jangan kaget kalau ada studio yang banting setir, ganti genre, atau bahkan tutup lapak karena nggak kuat bersaing. Investasi seret, jadwal rilis makin padat, dan persaingan makin ganas. Bonfire Studios, untungnya, masih bisa bernapas lega berkat kucuran dana dari investor. Tapi, bukan berarti mereka bisa santai-santai kayak di pantai. Mereka tetap harus putar otak biar Arkheron laku di pasaran.
Rob Pardo sendiri nggak terlalu khawatir dengan perubahan industri. Baginya, perubahan itu adalah konstanta. Dulu, perubahan dipicu oleh teknologi. Sekarang, platform dan tools distribusi yang jadi motornya. Yang penting, kata Pardo, adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi. Jangan cuma bikin game yang itu-itu aja, tapi coba sesuatu yang baru. Walaupun, ya, kadang butuh sembilan tahun buat nemuin resep yang pas.
“Ascension Royale”: Antara Ambisi dan Ekspektasi
Arkheron disebut sebagai “Ascension Royale” karena mekanismenya yang unik. Tim-tim pemain akan saling sikut dan bantai saat menaiki sebuah menara raksasa. Semakin tinggi, semakin sedikit tim yang tersisa. Konsep ini terdengar menarik, tapi juga punya potensi jadi bumerang. Kalau nggak dieksekusi dengan baik, bisa-bisa malah jadi game yang membosankan dan repetitif.
Salah satu tantangan terbesar Bonfire adalah menyeimbangkan antara kedalaman dan aksesibilitas. Pardo ingin Arkheron jadi game yang bisa dimainkan ratusan bahkan ribuan jam. Artinya, game ini harus punya depth yang cukup untuk memuaskan pemain hardcore. Tapi, di sisi lain, game ini juga harus mudah dipahami dan dinikmati oleh pemain kasual. Mencari titik tengah antara dua kutub ini bukan perkara mudah.
Dari Unity DOTS Hingga Kamera yang Bikin Pusing
Proses pembuatan Arkheron nggak selalu mulus. Bonfire sempat bereksperimen dengan Unity DOTS, sebuah teknologi yang ambisius tapi juga kompleks. Mereka juga kesulitan mewujudkan sistem aiming ala game shooter dalam perspektif isometrik. Alhasil, mereka harus membangun ulang lapisan jaringan game, yang tentu saja memakan waktu dan biaya.
Titik balik Arkheron terjadi saat pandemi COVID-19. Saat itu, Bonfire memutuskan untuk merombak kamera dan sistem combat game. Mereka juga beralih dari game hero ala Overwatch menjadi game item ala Diablo. Perubahan ini ternyata membawa angin segar. Pardo bilang, saat itulah timnya merasa menemukan “hati dan jiwa” dari Arkheron.
Manajemen Aset: Rahasia Bertahan di Industri yang Kejam
Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul di benak banyak orang adalah: bagaimana Bonfire Studios bisa bertahan selama sembilan tahun tanpa merilis satu game pun? Jawabannya adalah manajemen aset yang cermat. Bonfire nggak langsung menghambur-hamburkan uang investasi yang mereka terima. Mereka berinvestasi secara bertahap dan hati-hati, sehingga dana yang ada bisa bertahan lebih lama.
Selain itu, Bonfire juga baru-baru ini menerima investasi seri B yang cukup besar. Pardo nggak menyebutkan angka pastinya, tapi dia memastikan bahwa dana tersebut cukup untuk membiayai peluncuran Arkheron. Tentu saja, ini bukan jaminan bahwa game ini akan sukses. Tapi, setidaknya Bonfire punya modal yang cukup untuk bersaing di pasar yang semakin ramai.
Incar Pasar Korea Selatan: Strategi Jitu atau Sekadar Coba-coba?
Salah satu langkah strategis Bonfire adalah bekerja sama dengan Drimage, sebuah publisher asal Korea Selatan. Pardo bilang, banyak perusahaan Barat yang meremehkan pasar Korea Selatan. Padahal, menurutnya, Arkheron punya potensi besar untuk sukses di sana. Apalagi, Bonfire punya pengalaman manis dengan StarCraft, yang ternyata sangat populer di Korea Selatan.
Keputusan ini tentu saja punya risiko. Pasar Korea Selatan sangat kompetitif dan punya selera yang unik. Belum tentu Arkheron bisa diterima dengan baik di sana. Tapi, kalau berhasil, Bonfire bisa meraup keuntungan yang besar. Ibaratnya, main judi, tapi modalnya bukan duit sendiri, melainkan duit investor.
Pasar Multiplayer yang Sesak: Masih Ada Tempat untuk Arkheron?
Pertanyaan terakhir yang perlu dijawab adalah: apakah Arkheron punya peluang untuk sukses di pasar multiplayer yang sudah sangat sesak? Fans game multiplayer biasanya setia dengan satu atau dua judul yang sudah mereka kuasai. Sulit untuk menarik mereka ke game baru, apalagi kalau game tersebut punya genre yang mirip.
Pardo percaya bahwa Arkheron punya keunikan yang bisa membuatnya menonjol di antara game-game lain. Game ini nggak cuma menyasar fans MOBA, tapi juga fans battle royale dan ARPG. Yang penting, kata Pardo, adalah orang-orang mau mencoba Arkheron dan memasukkannya ke dalam rotasi game mereka. Kalau nggak dicoba, ya nggak bakal tahu, kan?
Dengan tim yang terdiri dari 70 orang, Bonfire nggak butuh Arkheron jadi sensasi global untuk bisa sukses. Yang penting, game ini bisa meraih kesuksesan yang cukup untuk membiayai pengembangan dan dukungan jangka panjang. Ibaratnya, cukup laku buat makan, nggak perlu sampai bisa beli Ferrari.
Jadi, apakah Arkheron bakal jadi next big thing di dunia game, atau cuma jadi game yang terlupakan? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, Bonfire Studios sudah berjuang keras selama sembilan tahun untuk mewujudkan visi mereka. Sekarang, tinggal kita sebagai pemain yang menentukan nasib game ini.