Let’s be honest, siapa yang nggak deg-degan kalau dengar kata “erupsi”? Langsung kebayang film bencana ala Hollywood, kan? Tapi tenang, kita nggak akan bahas skenario kiamat di sini. Kita akan bedah fenomena Gunung Dukono yang belakangan ini agak batuk-batuk manja.
Dukono Menyapa: Abu Vulkanik dan Penerbangan, Gimana Dong?
Gunung Dukono, si “raksasa” di Halmahera Utara, Maluku Utara ini, memang dikenal aktif. Aktivitas vulkaniknya seringkali menghasilkan abu vulkanik yang bisa jadi sedikit merepotkan, terutama buat penerbangan. Bayangkan saja, lagi asyik-asyiknya nonton film di pesawat, tiba-tiba turbulensi gara-gara abu vulkanik? No thanks!
Abu vulkanik itu sendiri bukan sekadar debu biasa. Partikelnya sangat kecil, abrasif (bisa mengikis), dan konduktif (bisa menghantarkan listrik). Kalau masuk ke mesin pesawat, efeknya bisa fatal. Itulah kenapa peringatan abu vulkanik (Volcanic Ash Advisory atau VAA) jadi penting banget bagi keselamatan penerbangan.
Bagaimana VAA Bekerja?
VAA dikeluarkan oleh Volcanic Ash Advisory Center (VAAC). Mereka memantau aktivitas gunung berapi, memodelkan pergerakan abu vulkanik, dan mengeluarkan peringatan ke maskapai penerbangan dan otoritas penerbangan terkait. Tujuannya jelas: menghindari pesawat terbang di area yang berpotensi terpapar abu vulkanik.
VAAC menggunakan berbagai data, mulai dari pengamatan visual, data satelit, hingga laporan dari pilot, untuk menyusun VAA. Informasi yang tercantum biasanya meliputi ketinggian kolom abu, arah pergerakan, dan area yang diperkirakan terdampak. Nah, maskapai penerbangan kemudian akan menyesuaikan rute penerbangan mereka berdasarkan VAA ini.
Beberapa waktu lalu, tepatnya di bulan Juli 2025, Gunung Dukono menunjukkan peningkatan aktivitas. Kolom abu dilaporkan mencapai ketinggian hingga 4000 meter (sekitar 13.000 kaki) dan meluas ke arah timur laut. Kondisi ini tentu saja memicu keluarnya VAA untuk memastikan keselamatan penerbangan.
Efek Abu Vulkanik Dukono: Lebih dari Sekadar “Debu Nakal”
Kita mungkin mikir, “Ah, abu vulkanik doang, paling cuma bikin kotor.” Padahal, efeknya bisa jauh lebih luas, lho. Selain mengganggu penerbangan, abu vulkanik juga bisa mempengaruhi:
- Kualitas Udara: Partikel abu vulkanik yang halus bisa menyebabkan gangguan pernapasan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah paru-paru. Jadi, kalau ada erupsi, jangan lupa pakai masker!
- Infrastruktur: Abu vulkanik bisa merusak bangunan, mencemari sumber air, dan mengganggu sistem komunikasi. Bisa bikin repot banget, kan?
- Pertanian: Abu vulkanik bisa menyuburkan tanah, tapi dalam jumlah berlebihan bisa merusak tanaman. Ibaratnya, kebanyakan pupuk malah bikin tanaman overdosis.
Laporan aktivitas vulkanik mingguan dari Smithsonian/USGS juga terus memantau Dukono, mencatat aktivitas yang terus berlangsung. Ini menunjukkan bahwa kita perlu aware dan siap menghadapi kemungkinan dampaknya.
Siaga Dukono: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Lalu, sebagai warga negara yang baik (dan keren), apa yang bisa kita lakukan saat Gunung Dukono lagi “ngamuk”?
- Pantau Informasi: Selalu ikuti perkembangan informasi resmi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Jangan percaya hoaks yang berseliweran di media sosial. Saring sebelum sharing!
- Siapkan Diri: Jika tinggal di dekat gunung berapi, siapkan tas siaga bencana yang berisi air minum, makanan ringan, obat-obatan, masker, senter, dan dokumen penting. Lebih baik sedia payung sebelum hujan, kan?
- Ikuti Arahan: Patuhi arahan dari petugas berwenang. Jangan nekat mendekati zona bahaya hanya karena penasaran atau ingin bikin konten Instagram. Safety first, guys!
Intinya, menghadapi aktivitas vulkanik Gunung Dukono ini butuh awareness, kesiapsiagaan, dan kerjasama. Jangan panik, tetap tenang, dan ikuti informasi yang valid. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya, dan semoga Dukono segera “sembuh” dari batuk-batuk manjanya! Stay safe, everyone!