Siap-siap, dunia musik lagi rame banget nih! Dari remaja yang nongol di chart sampai jadi salah satu nama yang diperhitungkan, perjalanan Jessie Murph emang nggak main-main. Dengan album terbarunya yang langsung nangkring di Top 10 Billboard 200, kayaknya kita perlu tahu nih, apa aja sih yang bikin dia se-booming ini?
Jessie Murph: Dari TikTok ke Top Chart, Kok Bisa?
Jessie Murph bukan nama baru di dunia musik. Debutnya di Billboard dimulai saat usianya masih belasan tahun dengan single “Always Been You”. Tapi, jangan salah, dia nggak cuma numpang lewat. Kolaborasi demi kolaborasi dilakukan, mulai dari Diplo dan Polo G (“Heartbroken”), Jelly Roll (“Wild Ones”), sampai Koe Wetzel (“High Road”). Semua ini jadi paving road menuju kesuksesan album debutnya, That Ain’t No Man That’s the Devil, yang langsung debut di No. 24 Billboard 200. Ini bukan sulap, ini kerja keras!
Sekarang di usia 20 tahun, Murph makin menunjukkan tajinya. Single “Blue Strips” berhasil mencapai No. 15 di Hot 100, jadi top 20 hit pertamanya. Dan Sex Hysteria, album keduanya, langsung debut di No. 8 Billboard 200 dengan 44.000 equivalent album units. Album ini menampilkan kolaborasi dengan nama-nama besar seperti Gucci Mane dan Lil Baby.
Blending Genre: Resep Rahasia Kesuksesan Jessie Murph?
Sex Hysteria memang genre-bending banget. Dari country, hip-hop, sampai dance music, semua digabung jadi satu kesatuan yang unik. Julie Leff, manager sekaligus Disruptor Management senior director, menyebutkan bahwa keaslian dan kebebasan berekspresi artistik tanpa mempedulikan batasan genre adalah kunci resonansi dengan penggemar. Campuran inspirasi inilah yang bikin Jessie Murph jadi beda dari yang lain.
Konsistensi adalah kunci. Sejak merilis lagu pertamanya, Jessie nggak pernah berhenti berkarya. Album demi album, single demi single, dirilis dengan jarak waktu yang nggak terlalu jauh. Dukungan dari Columbia Records juga berperan besar dalam menjaga produktivitasnya. Nggak cuma itu, Jessie juga aktif tur, menjangkau pasar-pasar utama, Eropa, Australia, pasar sekunder, sampai festival-festival besar. Dia benar-benar terhubung dengan penggemarnya.
“Blue Strips”: Momen Titik Balik
“Blue Strips” jadi top 20 hit pertama Jessie bukan tanpa alasan. Strateginya matang banget. Jessie udah teasing lagunya di media sosial beberapa bulan sebelum dirilis. Respon positif dari online jadi indikasi bahwa lagu ini punya potensi besar. Tapi, mereka nggak langsung terburu-buru merilisnya. Mereka memilih merilis “Gucci Mane” lebih dulu untuk memulai campaign, baru kemudian “Blue Strips” bersamaan dengan penampilannya di Coachella dan Stagecoach. Momentum yang tepat jadi kunci kesuksesan “Blue Strips”.
Kolaborasi Jessie dengan artis lain juga nggak kalah penting. Jelly Roll, Koe Wetzel, Diplo, dan Polo G membuka pintu ke fanbase yang lebih luas. Kolaborasi ini bukan cuma ada di digital streaming platforms (DSPs), tapi juga diwujudkan dalam penampilan langsung di berbagai acara besar. Ini memberikan dimensi tambahan dan membantu penggemar melihat sisi lain Jessie sebagai artis yang multi-faceted dan genre agnostic.
Menghancurkan Batasan Genre, Merangkul Kebebasan
Di era sekarang, batasan genre semakin kabur. Penggemar musik, terutama Gen Z, mendengarkan berbagai macam genre musik. Jessie juga begitu. Dari Lil Baby sampai Amy Winehouse, semua jadi inspirasinya. Ketika dia masuk studio, musik yang dia ciptakan merefleksikan berbagai macam genre yang dia dengarkan. Lebih authentic untuk mengaburkan batasan genre daripada memaksakan diri masuk ke dalam satu kotak tertentu.
Belajar dari Kedua Sisi: Manajemen dan Label
Pengalaman bekerja di sisi manajemen dan label memberikan perspektif yang berharga bagi Julie Leff. Dia belajar untuk memahami artis sebagai manusia terlebih dahulu. Salah satu hal yang paling berguna adalah tidak membiarkan naluri untuk melindungi klien menghalangi pengambilan risiko, baik secara kreatif maupun strategis. Terkadang, keputusan yang paling berani justru menghasilkan momen-momen yang paling career-building.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan Jessie Murph? Mungkin, it’s okay to be different. Nggak perlu takut untuk bereksperimen, mengaburkan batasan, dan menjadi diri sendiri. Karena pada akhirnya, keaslian itulah yang akan membawa kita menuju kesuksesan. Jangan lupa, konsistensi dan kerja keras juga jadi kunci utama. Siapa tahu, kamu selanjutnya yang bakal nangkring di puncak chart!