Jadi, Drake Masih Jadi Raja? Atau…
Setelah tahun 2024 yang penuh drama, Drake mencoba menstabilkan posisinya di paruh pertama 2025. Album kolaborasinya dengan PartyNextDoor, $ome $exy $ongs 4 U, berhasil menduduki puncak Billboard 200, dan hit “Nokia” mencapai posisi ke-2 di Billboard Hot 100. Sekarang, dengan album Iceman yang akan datang, ia berusaha merebut kembali tahtanya, dimulai dengan single “What Did I Miss?” dan “Which One”. Pertanyaannya, apakah Drake masih relevan di era musik yang fast-paced ini?
Apakah single ini akan booming? Dan seberapa penting bagi Drake untuk mendapatkan posisi No. 1 di Hot 100 dalam siklus album ini? Mari kita telaah lebih dalam. Kita semua tahu, menjadi yang nomor satu itu prestise, tapi apakah itu segalanya?
“What Did I Miss?”: Momen Refleksi Atau Kegagalan Start?
Lagu “What Did I Miss?” memulai debutnya di posisi ke-2 Hot 100 empat minggu lalu, tapi kemudian merosot keluar dari Top 30. Apakah performa ini sesuai ekspektasi, lebih baik, atau justru lebih buruk? Beberapa kritikus merasa lagu ini solid, menampilkan Drake yang nge-rap dengan baik. Tapi, kurang memiliki daya tarik yang seharusnya dimiliki lead single.
Hook-nya dianggap kurang kuat, dan video musiknya biasa saja. Jadi, wajar jika pendengar biasa kurang tertarik. Namun, beberapa berpendapat lagu ini adalah rekaman Drake yang aman, dengan baris-baris menarik yang dibalut dengan energinya yang khas. Penurunan tangga lagu ini mungkin mengejutkan, tapi belum waktunya panik.
Yang jelas, lagu ini lebih merupakan reaksi daripada upaya untuk menciptakan hit musim panas. Drake lebih banyak melontarkan baris-baris provokatif daripada hook yang menarik. “What Did I Miss?” dirancang untuk memicu streaming di malam rilisnya, bukan untuk bertahan di radio hip-hop selama berminggu-minggu.
Intinya, lagu ini memiliki intensi yang tepat, seperti Drake punya banyak hal untuk diungkapkan, dan ini adalah peluncuran yang tepat untuk era Iceman. Tapi, mungkin kurang greget untuk mempertahankan posisinya di puncak tangga lagu. Debutnya terasa tepat, tetapi diharapkan memiliki umur yang lebih panjang di Top 10 atau 20.
“Which One”: Duet Maut Atau Salah Strategi?
“Which One,” menampilkan Central Cee, memulai debutnya di No. 23 di Hot 100 minggu ini. Apakah Drake harus khawatir tentang debut di luar Top 20? Atau bisa dimaklumi mengingat posisinya dalam siklus album? Bagi yang belum tahu, Central Cee adalah salah satu rapper pendatang baru paling hot saat ini.
Beberapa kritikus merasa sulit memahami mengapa lagu Drake yang menampilkan rapper populer seperti Central Cee, tidak hanya debut di luar Top 20, tetapi juga di belakang beberapa lagu holdover dari tahun sebelumnya. Seharusnya, debut Top 10 sudah dijamin. Namun, debut di No. 23 menunjukkan bahwa tim Drake mungkin salah membaca potensi hit rekaman ini.
Ekspektasi terhadap Drake sangat tinggi. Apa pun yang kurang dari dominasinya di tahun 2018 terasa seperti kegagalan. Meskipun “Nokia” adalah banger secara chart dan budaya, single solo No. 1 terakhirnya adalah “What’s Next” di tahun 2021. Ini menjadi catatan penting bagi sang superstar.
Mengingat rekam jejaknya sebagai langganan Hot 100, Drake seharusnya tidak terlalu khawatir tentang debut tangga lagu apa pun. Lagu ini menampilkan Drake dengan Central Cee, saat rapper asal London itu terus membuat kemajuan di Amerika Utara. Tapi, lagunya sendiri terlalu lemah untuk menjadi kolaborasi yang blockbuster, dan tidak memenuhi kekuatan keduanya.
Daya Tahan Lagu: Apakah Akan Bertahan Lama?
Apakah salah satu dari kedua lagu ini akan bertahan di Hot 100 dan dalam budaya populer selama sisa musim panas? Manakah yang lebih mungkin memiliki daya tahan lebih lama? Mungkin “Which One” akan menjadi hit di akhir musim panas, terutama jika radio menyukainya. Tapi, “What Did I Miss?” mungkin akan terbukti menjadi lagu yang lebih penting dalam peluncuran Iceman dan narasi pasca-perseteruan Drake.
Namun, beberapa kritikus merasa bar terlalu tinggi. Drake tidak bisa hanya merilis lagu yang “solid” atau “keren.” Dia harus merilis anthem. Mungkin “Which One” akan masuk ke OVO Fest melalui video yang keren, tapi itu pun belum pasti. Dua lagu ini belum cukup untuk mengembalikan kejayaannya.
“What Did I Miss?” setidaknya menangkap Drake pada momen tertentu, yaitu setelah perseteruan publik dengan Kendrick Lamar. Lagu ini menarik sebagai dokumen sejarah dan penampilan langka dari kerentanannya. Namun, tidak satu pun dari kedua lagu ini akan mendefinisikan output musik Drake seperti “Nokia,” yang sudah mengamankan tempatnya di daftar smash hit yang bertahan selama berbulan-bulan.
Secara keseluruhan, tampaknya kedua lagu ini kurang memiliki daya tarik yang dibutuhkan untuk menjadi hit besar. Publik sudah berbicara, dan Drake mungkin akan segera berkumpul kembali dan move on dari keduanya. Jadi, jangan terlalu berharap banyak pada single ini.
No. 1 atau Tetap Relevan? Pilih Mana?
Meskipun debut No. 1 Hot 100 hampir otomatis untuk Drake selama sebagian besar tahun 2020-an, pencapaian terbaiknya tahun ini adalah No. 2 (untuk “Nokia” dan “What Did I Miss?”). Apakah penting baginya untuk mengakhiri tahun dengan setidaknya satu lagu No. 1, atau sudah cukup dengan beberapa No. 2 mengingat betapa rendahnya posisinya tahun lalu? Jawabannya kompleks.
Mengingat Drake pernah menyombongkan diri tentang “memiliki lebih banyak slap [hit Top 10 Hot 100] daripada The Beatles” dan merayakan karena menyamai Michael Jackson untuk chart-topper Hot 100 terbanyak di antara solois pria, No. 1 sebelum akhir 2025 sangat penting. Dalam dunia yang ideal, umur panjang “Nokia” saja sudah cukup untuk membungkam semua percakapan ini.
Namun, Drake secara sadar menyelaraskan brand-nya dengan kesuksesan komersial, khususnya single No. 1. Karena itu, dia akan selalu diukur dengan standar itu. Drake dengan jelas menyatakan ketidaksenangannya karena diblokir oleh Alex Warren untuk debut No. 1 dengan “What Did I Miss”. Dia tidak bermain untuk tempat kedua. Medali perak tidak berarti banyak bagi Drizzy Drake Rogers.
Kisah Drake dibangun di atas dominasi, yaitu memecahkan Billboard. Jika hanya puas dengan kurang dari No. 1, itu bukan hanya kerugian, tetapi juga di luar brand. “Nokia” mewakili pencapaian yang jauh lebih signifikan daripada lagu Drake acak yang memulai debutnya di No. 1 di Hot 100 dan kemudian dengan cepat memudar dari ingatan.
Formula Single Ketiga Yang Sempurna Ala Drake:
Bagaimana seharusnya single ketiga dari Iceman agar Drake kembali berjaya? Ada yang menyarankan Drake kembali ke genre yang membuatnya terkenal, yaitu lagu-lagu cinta yang mellow dengan sentuhan R&B. Kolaborasi dengan penyanyi R&B pendatang baru seperti Mariah the Scientist juga bisa menjadi pilihan yang menarik.
Yang lain menyarankan Drake berkolaborasi dengan Travis Scott. Ini bisa menjadi “Sicko Mode” edisi 2025 dan mengguncang dunia lagi. Ada juga yang berharap Drake akan merilis lagu yang lebih mirip dengan “Nokia”, yaitu lagu yang fun dan membuat orang ingin berdansa. “Motorola” atau “Blackberry” mungkin bisa menjadi judul yang menarik.
Intinya, single ketiga harus fokus. Satu rapper, satu produser, satu hook, satu subjek, dan yang terpenting, satu beat. Drake harus memberi kita lagu pop yang fokus, dan langit masih menjadi batasnya. Jangan lupa, momen yang tepat juga menentukan kesuksesan sebuah lagu.
Pada akhirnya, kesuksesan Iceman tidak hanya bergantung pada tangga lagu, tetapi juga pada bagaimana album ini terhubung dengan pendengar. Apakah Drake dapat menciptakan musik yang relevan, jujur, dan berkesan? Waktu yang akan menjawab. Namun yang pasti, persaingan di industri musik semakin ketat, dan Drake harus terus berinovasi untuk tetap relevan.