Siapa bilang musik alternative rock sudah mati? Band legendaris seperti Pixies masih membuktikan sebaliknya. Dengan hits abadi seperti "Where Is My Mind?" yang sudah melampaui 1 miliar streams di Spotify – iya, miliaran, bukan typo – mereka sukses mencuri perhatian Gen Z yang haus akan indie vibe klasik. Bayangkan, lagu yang dirilis sebelum kamu lahir bisa jadi soundtrack kegalauanmu sekarang. Keren, kan?
Dari Boston ke Dunia: Kilas Balik Singkat Pixies
Pixies, band yang terbentuk di Boston pada pertengahan 80-an, memang bukan band biasa. Mereka datang dengan formula unik: campuran punk, surf rock, dan sentuhan sci-fi yang nyeleneh. Jangan lupakan konsep loud/soft songwriting mereka yang kemudian diadaptasi Nirvana hingga mendunia. Jadi, kalau kamu suka dinamika musik yang tiba-tiba meledak lalu mereda, berterima kasihlah pada Pixies.
Album "Doolittle" (1989) menjadi titik balik yang mengukuhkan identitas musik mereka. Album ini groundbreaking tanpa celah. Coba dengarkan, pasti kamu akan mengangguk setuju. Kalau Kurt Cobain saja sampai khawatir "Smells Like Teen Spirit" terlalu mirip lagu Pixies, itu tandanya mereka memang influence banget.
Perjalanan Pixies tidak selalu mulus. Sempat bubar di tahun 1993, mereka comeback dengan gemilang di Coachella 2004. Reuni ini bukan sekadar nostalgia; Pixies terus berkarya dan merilis musik baru, membuktikan bahwa mereka bukan sekadar band kenangan.
Kepergian Kim Deal, bassist sekaligus vokalis, di tahun 2013 tentu menjadi pukulan tersendiri. Setelah bertahun-tahun perbedaan kreatif, Kim memilih fokus pada bandnya sendiri, The Breeders. Well, setiap orang punya jalannya masing-masing, kan?
Saat ini, Pixies sedang menjalani tur dunia, termasuk rangkaian konser di Amerika Serikat. Black Francis, frontman visioner yang juga dikenal sebagai Charles Thompson IV, berbagi sedikit cerita tentang mythos Pixies.
Resep Rahasia Pixies: Authenticity dan Kebebasan Berekspresi
Black Francis mengungkapkan bahwa tujuan mereka adalah menciptakan sesuatu yang authentik. Di tengah dominasi hair metal dan musik pop yang mainstream di era 80-an, Pixies hadir sebagai antitesis. Mereka tidak punya pesan khusus, tapi tahu apa yang tidak mereka sukai.
Musik Pixies dan Industri: Sebuah Hubungan yang Unik
Pixies selalu memegang kendali penuh atas karya mereka. Mereka tidak mau orang lain mendikte nama album, lagu yang akan direkam, atau hal-hal kreatif lainnya. Simple, tapi esensial.
Loud-Quiet Dynamics: Warisan Musikal Pixies yang Menginspirasi
Pixies diakui sebagai pionir dalam penggunaan dinamika loud-quiet. Teknik ini melibatkan transisi tiba-tiba antara bagian yang tenang dan keras dalam sebuah lagu, menciptakan efek dramatis dan emosional. Penggunaan dynamic contrast yang intens ini telah menjadi ciri khas banyak band alternative rock setelah mereka. Nirvana secara khusus menyebut Pixies sebagai influence utama dalam penggunaan dinamika ini.
Lebih dari Sekadar Grunge: Eksplorasi Genre Tanpa Batas
"Here Comes Your Man" mungkin terdengar seperti lagu The Beach Boys, sementara lagu lain terdengar seperti death metal. Keberagaman ini mungkin membuat sebagian orang bingung, tapi bagi Pixies, itu adalah bagian dari vocabulary mereka. Mereka tidak takut bereksperimen dan mencampuradukkan berbagai genre.
Black Francis mencontohkan The Beatles sebagai band yang juga memiliki rentang vocabulary yang luas. Mereka tidak terpaku pada satu genre dan berani mencoba hal-hal baru. Bahkan penggunaan repetisi sederhana pun bisa menjadi kekuatan, seperti dalam lagu "Why Don't We Do It in the Road?"
Scream Therapy Ala Pixies: Dari Thailand ke Panggung Dunia
Lalu, bagaimana dengan teriakan khas Black Francis? Ternyata, inspirasinya datang dari tetangganya, Bob, seorang musisi asal Thailand. Bob mengajak Black Francis muda untuk merekam lagu "Oh! Darling" dan memintanya untuk bernyanyi dengan penuh emosi, seolah-olah membenci seseorang.
Pengalaman ini, ditambah dengan latihan vokal dengan guru opera, membantu Black Francis mengembangkan teknik vokalnya yang unik. Hasilnya adalah teriakan yang primal, penuh energi, dan tentunya, memorable.
Reuni dan Evolusi: Pixies di Era Modern
Sejak reuni di tahun 2004, Pixies terus berkarya dengan formasi yang berubah-ubah. Setelah kepergian Kim Deal, mereka beberapa kali berganti bassist. Saat ini, posisi tersebut diisi oleh Emma Richardson, seorang seniman asal Inggris yang sempat vakum dari dunia musik.
Emma membawa dimensi baru ke dalam musik Pixies. Black Francis menyebutnya sebagai "yin dan yang" dari Pixies, memberikan keseimbangan antara suara feminin dan maskulin. Kehadiran Emma membuktikan bahwa Pixies terus berevolusi dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
Kim Deal: Masa Lalu yang Tak Terlupakan
Bagaimana hubungan Black Francis dengan Kim Deal sekarang? Menurutnya, Kim mungkin tidak akan kembali bergabung dengan Pixies. Ia sudah pernah mencoba dan memutuskan untuk berhenti sebelum Pixies memasuki era musik baru. Kim lebih suka memimpin bandnya sendiri dan menjadi front person. Keputusan yang patut dihormati.
Los Angeles: Lebih dari Sekadar Tempat Tinggal
Black Francis memiliki hubungan yang unik dengan Los Angeles. Meskipun ia tidak menganggap Pixies sebagai band Los Angeles, ia pernah tinggal di sana selama beberapa periode dalam hidupnya. Bahkan, para personel Pixies lainnya juga sempat menyusulnya ke Los Angeles setelah band ini mulai populer.
Dari Video yang Aneh Hingga Pengaruh yang Mendunia
Di era awal 90-an, record label sangat terobsesi dengan music video. Mereka percaya bahwa video berkualitas tinggi bisa mengubah segalanya. Namun, Pixies selalu menambahkan sentuhan aneh ke dalam video mereka, membuat record label pusing tujuh keliling.
Meskipun begitu, Pixies tetap menjadi influence besar bagi banyak band, termasuk Nirvana. Kurt Cobain mengakui bahwa Pixies sangat memengaruhi musiknya. Sayangnya, Black Francis dan Kurt Cobain tidak pernah bertemu secara langsung.
Bicara soal music video, Black Francis merekomendasikan video "My Life" dari Talk Talk. Video tersebut sederhana, murni, dan memiliki sedikit humor. Menurutnya, video tersebut berhasil menyampaikan pesan tanpa berusaha terlalu keras.
Pesan dari Sang Legenda:
Pixies membuktikan bahwa authenticity, kebebasan berekspresi, dan keberanian untuk bereksperimen adalah kunci untuk menciptakan musik yang abadi. Jadi, jangan takut untuk menjadi diri sendiri dan mengejar passion-mu. Siapa tahu, kamu adalah the next big thing!