Dark Mode Light Mode

Bangkok Post – Perdamaian dalam persatuan: Implikasi bagi Indonesia

Vesak di Borobudur: Lebih dari Sekadar Ritual, Sebuah Simfoni Keharmonisan

Bayangkan ini: ribuan lentera menerangi langit malam Borobudur, membawa harapan dan doa dari berbagai penjuru dunia. Bukan sekadar pemandangan indah, tapi juga cerminan semangat toleransi dan persatuan yang menjadi identitas Indonesia. Ya, perayaan Waisak di Borobudur bukan hanya ritual keagamaan, tapi experience yang bikin kita merenung tentang arti kebersamaan.

Waisak, atau Vesak bagi sebagian besar dunia, adalah hari suci bagi umat Buddha. Memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha, semua peristiwa penting itu dipercaya terjadi pada bulan purnama keenam kalender lunar Buddhis. Jadi, ini semacam triple threat spiritualitas. Di Indonesia, Waisak bukan hanya milik umat Buddha, melainkan dirayakan sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.

Penting untuk dicatat, Waisak diakui secara internasional oleh PBB pada tahun 1999, menegaskan signifikansinya di panggung global. Resolusi 54/115 PBB secara resmi mengakui Waisak sebagai hari libur internasional. Ini membuktikan bahwa ajaran Buddha tentang kedamaian dan kebijaksanaan relevan di seluruh dunia.

Indonesia, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dalam keberagaman. Semboyan ini bukan sekadar slogan kosong, tapi prinsip hidup yang tercermin dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari Sabang sampai Merauke, perbedaan menjadi kekuatan yang menyatukan.

Borobudur, sebagai salah satu candi Buddha terbesar di dunia, menjadi simbol penting bagi harmoni antarumat beragama. Lokasinya yang megah dan sejarahnya yang kaya menjadikannya tempat yang ideal untuk merayakan Waisak dan mempromosikan toleransi. Perayaan Waisak di Borobudur menjadi bukti bahwa Indonesia adalah tempat di mana berbagai keyakinan dapat hidup berdampingan secara damai.

Waisak di Borobudur 2025 mengusung tema "Enlightened In Harmony," menekankan pentingnya pencerahan dalam keharmonisan. Serangkaian kegiatan inklusif dan sarat makna spiritual digelar untuk merayakan momen penting ini. Dari prosesi sakral hingga pertunjukan budaya, setiap elemen acara dirancang untuk menginspirasi dan mempererat tali persaudaraan.

Borobudur: Warisan Bersama, Tanggung Jawab Bersama

Menariknya, sebagian besar petugas yang merawat Borobudur adalah Muslim. Febrina Intan, Direktur Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), mengungkapkan bahwa sekitar 90% caretaker candi adalah Muslim. Mereka percaya bahwa Borobudur bukan milik satu agama saja, melainkan warisan yang menjadi milik seluruh bangsa Indonesia. Ini membuktikan bahwa semangat gotong royong dan toleransi sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari.

Thudong International 2025, bagian penting dari perayaan Waisak, menampilkan perjalanan spiritual yang luar biasa. 36 Bhikkhu (biksu) dari Thailand berjalan kaki dari Bangkok menuju Borobudur, melintasi Malaysia dan Singapura. Sebuah perjalanan panjang yang menunjukkan dedikasi dan ketekunan.

Perjalanan thudong ini bukan hanya tentang menempuh jarak ribuan kilometer, tetapi juga tentang membangun jembatan persahabatan antarnegara. Para Bhikkhu diundang untuk beristirahat di masjid, gereja, dan vihara sepanjang perjalanan mereka. Sebuah gambaran nyata tentang bagaimana berbagai komunitas agama saling mendukung dan menghormati.

Phra Kru Wichai, seorang Bhikkhu dari Thailand, terharu dengan keragaman dan keharmonisan masyarakat Indonesia. Ia menceritakan pengalamannya berdiskusi dengan seorang pastor tentang bagaimana agama Kristen dan Buddha dapat bekerja sama untuk mencapai perdamaian. Kisah-kisah seperti ini menjadi inspirasi bagi kita semua.

Keajaiban Lentera dan Drone: Teknologi Bertemu Spiritualitas

Perayaan Waisak tahun ini dihadiri oleh lebih dari 100.000 pengunjung dari berbagai negara dan latar belakang. Puncak perayaan pada tanggal 12 Mei mencatat rekor pengunjung tertinggi, dengan lebih dari 45.000 orang hadir. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Salah satu daya tarik utama perayaan Waisak adalah pelepasan 2.569 lentera ke langit malam. Jumlah lentera ini merepresentasikan tahun Buddhis. Lentera-lentera tersebut membawa pesan perdamaian, harapan, dan pencerahan.

Tema lentera tahun ini, "Light Of Peace", mencerminkan harapan bersama akan perdamaian dan harmoni global. Melepas lentera melambangkan melepaskan beban pribadi dan menerangi jalan menuju pencerahan. Terbuat dari bahan biodegradable, lentera-lentera ini juga ramah lingkungan. Keren kan?

Pertunjukan cahaya drone dengan 450 drone yang disinkronkan juga menjadi daya tarik utama. Pertunjukan ini menggambarkan kisah hidup Buddha dan ajaran-ajarannya. Kombinasi teknologi modern dan spiritualitas kuno menciptakan pengalaman yang tak terlupakan. Jadi, bukan cuma old school, Waisak juga up to date!

Waisak di Borobudur: Lebih dari Sekadar Perayaan

Perayaan Waisak di Borobudur bukan hanya tentang ritual dan tradisi, tetapi juga tentang nilai-nilai universal seperti perdamaian, toleransi, dan persatuan. Ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk merenungkan makna hidup, mempererat tali persaudaraan, dan berkontribusi pada terciptanya dunia yang lebih baik. Ingat, keharmonisan adalah kunci. Jadi, mari kita jaga keharmonisan ini, bukan hanya saat Waisak, tapi setiap hari.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Cardi B Dianugerahi Penghargaan 'Suara Budaya' ASCAP: Pengakuan Pengaruh Globalnya

Next Post

Kabar Burung Half-Life 3 Mungkin Mengecewakan Penggemar Lama