Pernah nggak sih kepikiran, baterai hape kita itu sebenarnya lagi curhat? Iya, curhat! Bayangin aja, tiap kali di-charge atau dipakai nge-game maraton, dia itu sebenarnya lagi ngerapihin emosi dalam bentuk suara-suara halus. Nah, ilmuwan MIT ini ternyata punya alat penerjemah curhatan baterai. Nggak percaya? Sama!
Peneliti MIT baru-baru ini bikin geger dunia per-baterai-an. Mereka berhasil nemuin cara buat dengerin suara-suara tersembunyi dari baterai lithium-ion. Bukan sulap, bukan sihir, tapi sains! Konon, suara-suara ini bisa jadi petunjuk penting soal kondisi kesehatan baterai. Jadi, kayak dokter spesialis baterai gitu deh.
Intinya, riset ini menghubungkan pola suara tertentu dengan proses degradasi internal baterai. Dengan kata lain, kita bisa tahu kapan baterai mobil listrik atau sistem penyimpanan energi skala besar mulai rewel, cuma dengan dengerin suaranya. Kedengerannya kayak film fiksi ilmiah, tapi ini beneran lho!
Menguping Degradasi Baterai: Metode Ala Detektif
Tim dari MIT ini nggak main-main. Mereka menganalisis suara-suara halus yang dihasilkan baterai saat di-charge dan dipakai. Hasilnya? Ada korelasi jelas antara suara-suara itu dengan masalah-masalah kayak munculnya gas atau retaknya material elektroda. Jadi, tiap masalah punya nada dering sendiri gitu deh.
Menurut Profesor Martin Z. Bazant, timnya berhasil “menerjemahkan” emisi akustik ini jadi informasi berharga. Mereka bisa bedain mana suara gelembung gas hasil reaksi sampingan, mana suara retakan akibat pemuaian dan penyusutan material aktif. Bahkan, mereka bisa nemuin “signature” suara-suara ini di tengah data yang berisik.
Yash Samantaray, seorang mahasiswa pascasarjana, nambahin kalo pendekatan ini memungkinkan kita buat ngintip mekanisme internal baterai tanpa harus ngerusak selnya. Jadi, kayak periksa kesehatan tanpa harus operasi gitu deh. Keren, kan?
Dari Lab ke Jalanan: Monitoring Ala James Bond
Peneliti MIT ini nggak cuma dengerin suara baterai di lab. Mereka juga ngerekam suara baterai dalam kondisi dunia nyata sambil ngelakuin pengujian elektrokimia. Dengan nyocokin data tegangan dan arus dengan pola suara, mereka bisa tahu kapan emisi tertentu terjadi. Setelah itu, mereka mastiin hasilnya dengan ngamatin sel baterai di bawah mikroskop elektron.
Dulu, orang-orang cuma ngandelin ambang batas kasar buat ngedeteksi masalah baterai. Kalo suara naik di atas titik tertentu, baru deh dicatat. Tapi tim MIT ini lebih canggih. Mereka pakai wavelet transform buat misahin sinyal-sinyal penting dari suara bising. Kata Profesor Bazant, belum ada yang ngelakuin ini sebelumnya.
Metode ini mirip sama cara insinyur ngelacak kesehatan struktur jembatan. Jadi, selain tegangan dan arus, kita punya “jendela” tambahan buat ngeliat kondisi baterai. Profesor Bazant juga nyebutin kalo metode ini bisa ngebantu kita buat tahu sisa umur baterai dan potensi risiko keamanannya. Wah, kayak punya cenayang pribadi buat baterai!
Aplikasi Nyata: Masa Depan Baterai Ada di Telinga Kita?
Samantaray ngeliat kalo metode ini bisa langsung diterapin buat riset material. Laboratorium bisa ngedeteksi munculnya gas atau retaknya partikel tanpa harus bongkar sel baterai. Profesor Bazant juga nunjukkin kalo metode ini bisa bermanfaat di bidang manufaktur. Dengan ngedeteksi sel baterai yang cacat sejak awal, kita bisa ngurangin biaya selama proses pembentukan.
Baterai Bersuara: Teknologi Detektif yang Siap Mengubah Industri?
“Dengan ngedengerin suara baterai, kita bisa misahin sel yang terbentuk dengan baik dari sel yang terbentuk buruk sejak awal, bahkan sebelum masa pakai baterai itu sendiri,” kata Profesor Bazant. Kebayang nggak sih, betapa efisiennya proses produksi baterai di masa depan?
Tim MIT ini juga lagi kerja sama dengan Tata Motors buat bikin sistem monitoring buat mobil listrik. Mereka yakin kalo pengetahuan ini bisa ngebantu industri buat bikin alat diagnostik yang lebih murah dan aman. Jadi, nggak lama lagi kita mungkin bakal ngobrol sama mobil listrik kita kayak di film Knight Rider!
Studi ini, yang diterbitin di jurnal Joule, dipimpin sama Samantaray dan Alexander Cohen, bareng sama mantan ilmuwan riset MIT, Daniel Cogswell, dan Profesor Bazant. Riset ini didukung sama Toyota Research Institute, Center for Battery Sustainability, National Science Foundation, dan Department of Defense.
Dengan kata lain, riset ini bukan cuma omong kosong belaka. Ada dukungan dana dan kolaborasi dari berbagai pihak yang kredibel. Jadi, kita bisa berharap kalo teknologi ini bakal segera hadir di mobil listrik dan sistem penyimpanan energi di masa depan.
Siap-Siap Jadi Dokter Baterai Dadakan
Jadi, kesimpulannya, baterai itu kayak manusia. Punya suara hati yang perlu didengerin. Bedanya, kita nggak bisa dengerin langsung suara hati baterai tanpa alat bantu. Tapi, berkat ilmuwan MIT, sekarang kita punya alat penerjemah curhatan baterai. Tinggal tunggu aja sampe teknologi ini jadi mainstream. Siapa tahu, nanti kita bisa jadi dokter baterai dadakan di rumah.