Katanya sih, Battlefield 6 ini bakal jadi obat kangen buat kita yang udah lama nggak ngerasain serunya perang-perangan ala AAA. Tapi, eh, kok malah dapet kabar burung kalau mode single-player-nya kayak kurang gizi? Apakah ini pertanda kiamat bagi para solo player, atau cuma sekadar drama sebelum update datang menyelamatkan?
Battlefield 6: Antara Harapan dan Kenyataan Pahit
Buat yang udah khatam sama seri Battlefield, pasti tau lah ya, mode single-player-nya emang sering jadi anak tiri. Nggak jelek-jelek amat, tapi ya nggak bikin nagih juga. Nah, Battlefield 6 ini tadinya digadang-gadang bakal jadi titik balik. Ceritanya sih menarik, premisnya juga oke. Tapi, begitu diicip sama para playtester, kok ya malah banyak yang geleng-geleng kepala?
Katanya, AI-nya itu lho, ampun-ampunan deh. Musuhnya kayak nggak niat perang, temen setim juga nggak ada gunanya. Kayak lagi main petak umpet sama badut, bukan lagi berjuang demi negara. Ini sih jelas indikasi kalau pengerjaannya buru-buru, kayak dikejar deadline setan.
Padahal, pas open beta, banyak yang kesengsem sama pertempuran skala besar yang rusuh dan seru abis. Tapi, ya namanya juga Battlefield, daya tariknya emang di multiplayer. Mode single-player ini kayak pelengkap doang, biar ada alasan buat beli gamenya. Tapi, kalau pelengkapnya nggak enak, kan jadi males juga ya?
Tom Henderson Ikut Bersuara: “Butuh Banyak Polesan!”
Tom Henderson dari Insider Gaming, yang udah malang melintang di dunia game, juga ikut nimbrung. Katanya, Battlefield 6 ini butuh banyak polesan. Kalau nggak, bisa-bisa Metacritic-nya jeblok, dari yang tadinya optimis dapet 80-90an, eh malah nyungsep ke 70an. Waduh, ngeri juga ya?
Henderson bilang, masalah utamanya ada di AI yang kurang cerdas, cerita yang generik, dan gameplay yang repetitif. Kayak lagi nonton film action kelas B, yang adegannya bisa ditebak semua. Nggak ada kejutan, nggak ada tantangan, cuma ada rasa bosan yang mendera.
BigfryTV: “Bagian Terlemah dari Game!”
YouTuber BigfryTV juga nggak mau ketinggalan. Dia udah nyobain tiga misi di mode single-player, dan hasilnya… mengecewakan. Dengan berat hati, dia bilang kalau kampanye ini adalah “bagian terlemah dari game sejauh ini”. Pedih banget ya? Kayak dikasih harapan palsu sama gebetan.
Dia juga nyorotin masalah AI yang sama. Temen setim nggak membantu, musuh gampang dibodohi, animasinya juga ketinggalan jaman. Kayak lagi main game indie yang salah masuk studio AAA. Padahal, kita kan berharapnya dapat yang next-gen, bukan malah balik ke masa lalu.
Ada Secercah Harapan di Misi Kedelapan?
Tapi, tenang dulu, guys! Di tengah kabar buruk ini, ternyata masih ada secercah harapan. BigfryTV bilang, misi kedelapan itu lumayan oke. Di misi ini, kita dikasih kebebasan buat nyelesaiin objektif dengan berbagai cara, di area yang luas dan terbuka. Nah, ini baru kerasa Battlefield banget!
Dia berharap, misi-misi selanjutnya bakal ngikutin formula yang sama, bukan cuma scripted gameplay yang bikin ngantuk. Soalnya, Battlefield itu kan identik sama kebebasan, sama kekacauan yang bisa kita ciptain sendiri. Kalau itu dihilangin, ya bukan Battlefield namanya.
Mungkinkah Pengembangan yang Terburu-buru?
Menurut laporan dari Windows Central, pergantian tim pengembang bisa jadi penyebab utama kenapa mode single-player Battlefield 6 ini kayak dikebut pengerjaannya. Mungkin aja, ada masalah internal yang bikin mereka nggak punya cukup waktu buat ngerjainnya dengan maksimal.
Tapi, ya sudahlah ya. Nasi udah jadi bubur. Kita sebagai gamer cuma bisa berharap, semoga aja masalah ini bisa segera diatasi, dan mode single-player-nya bisa diperbaiki di update selanjutnya. Kalau nggak, ya terpaksa gigit jari deh, main multiplayer aja.
Tanggal Rilis dan Harapan Terakhir
Battlefield 6 dijadwalkan rilis pada 10 Oktober mendatang, di Xbox, PS5, dan PC. Kita masih punya waktu buat berharap, semoga aja EA dan DICE dengerin keluhan para playtester, dan ngasih kita pengalaman single-player yang nggak mengecewakan.
Atau, jangan-jangan, mode single-player ini emang sengaja dibikin jelek, biar kita fokus main multiplayer dan beli skin sebanyak-banyaknya? Ah, sudahlah, teori konspirasi ini terlalu rumit buat dipikirin. Mending kita siapin mental aja buat perang beneran di bulan Oktober nanti.
Intinya sih, jangan terlalu berharap sama mode single-player-nya. Anggap aja itu bonus, bukan hidangan utama. Tapi, kalau ternyata enak, ya syukur alhamdulillah. Kalau nggak, ya nggak rugi-rugi amat. Toh, Battlefield emang bukan tentang cerita, tapi tentang ledakan, tembakan, dan kekacauan yang nggak ada habisnya.