Siapa bilang main kartu itu cuma buat nostalgia masa kecil? Di dunia Magic: The Gathering (MTG), kartu-kartu baru terus bermunculan, bikin kita bertanya-tanya: apakah Wizards of the Coast (WotC), sang empunya MTG, sedikit overpowered dalam mendesain kartunya? Jangan-jangan, kartu baru ini malah jadi semacam default setting di setiap deck Commander? Mari kita bahas lebih dalam!
Apa Kabar, The Soul Stone?
Baru-baru ini, dunia MTG kedatangan The Soul Stone. Sebagai pembuka dari seri Infinity Stones yang (kemungkinan besar) akan lengkap, kartu ini jelas bikin penasaran. Selain karena konsepnya yang keren, The Soul Stone ini juga mana rock yang efisien, punya upside pula! Tapi, di balik hype yang ada, banyak juga yang khawatir kalau kartu ini bakal jadi “wajib punya” di setiap deck Commander.
Commander: Format yang Semakin…Seragam?
Kalau kita perhatikan setiap set kartu MTG terbaru, makin ke sini makin banyak kartu yang powerful. Memang sih, kartu yang kuat itu seru, tapi lama-lama, deckbuilding jadi kurang menantang. Lebih banyak slot yang “terisi sendiri”, tanpa banyak pilihan. Dengan set baru yang rilis tiap tahun, mungkinkah WotC perlu meninjau ulang soal power creep? Atau mungkin, kita yang harus lebih kreatif?
Apakah The Soul Stone Layak Jadi Auto-Include?
Mari kita bedah The Soul Stone. Kartu ini punya Mana Value 1B (1 mana colorless, 1 mana black), tipe Legendary Artifact – Infinity Stone, Rarity Mythic Rare, dan kemampuan: Indestructible. Lalu, ada Tap: Add B (menghasilkan 1 mana black). Yang bikin ngeri: 6B, Tap, Exile a creature you control: Harness The Soul Stone. (Once harnessed, its ∞ ability is active.) ∞ — At the beginning of your upkeep, return target creature card from your graveyard to the battlefield. Gokil, kan?
Wajar kalau komunitas MTG langsung heboh. Di media sosial, banyak yang mengakui kekuatan dan fleksibilitas kartu ini. Ramp mana itu penting banget dalam deck Commander, dan mana rock adalah salah satu cara yang paling reliable. Hampir semua deck pakai Sol Ring dan Arcane Signet, bahkan Talisman dan Guild Signet juga sering dipakai. The Soul Stone menawarkan efek serupa, tapi dengan perlindungan Indestructible dan potensi late-game yang besar.
Bisa dibilang, hampir semua deck black bakal mempertimbangkan kartu ini. Ubiquitas potensial inilah yang bikin sebagian pemain khawatir. Mark Rosewater, Head Designer MTG, sempat ditanya soal ini. Rosewater membela The Soul Stone dengan mengatakan bahwa adanya black mana di cost kartu akan membatasi penggunaannya di luar Mono-Black decks. Tapi, mono black pip bukanlah halangan besar bagi multicolor lists modern.
Tekanan dari Segala Arah
Sendirinya, The Soul Stone jadi auto-include di Commander itu kurang ideal. Setiap ada kartu seperti ini, proses deckbuilding jadi kurang seru, pemain jadi nggak punya banyak pilihan. Efeknya juga terasa dalam gameplay, deck jadi makin mirip satu sama lain. Sayangnya, The Soul Stone bukan satu-satunya contoh terbaru dalam kategori ini.
Contoh lain ada Icetill Explorer dari Edge of Eternities. Kartu ini gabungan Exploration dan Crucible of Worlds, ditambah self-mill! Gila banget di Landfall decks dan graveyard decks, bahkan bisa dibilang bagus di green deck mana pun. Ada juga Sephiroth, Fabled SOLDIER (Aristocrats) dan Roaming Throne (Typal decks).
Ini baru contoh yang “ringan”. Ada juga kartu yang, seperti The Soul Stone, bakal muncul di hampir setiap deck yang pakai warnanya. Orcish Bowmasters, Fierce Guardianship, Jeska’s Will: ini adalah super-staples yang bisa ditemukan di sebagian besar deck Commander.
Power Creep: Antara Cuan dan Kegelisahan Komunitas
Dari sudut pandang WotC, meningkatkan power level dengan kartu seperti ini itu penting. Ini cara paling langsung untuk bikin pemain tertarik sama sebuah set. Sayangnya, efeknya pada Commander sebagai format sebagian besar negatif. Homogenitas deck sudah jadi ciri khas format constructed seperti Standard, tapi Commander selama ini jadi tempat berlindung dari optimasi semacam itu.
Tarik Napas Dalam-Dalam
Dengan kondisi sekarang, budaya kartu auto-include seperti The Soul Stone ini tampak kurang berkelanjutan. Pemain bisa tersingkir dari playgroup mereka karena kesulitan mengikuti, dan Commander akan kehilangan keunikannya karena deck jadi makin mirip satu sama lain. Sepertinya kita butuh solusi.
Salah satu solusinya adalah beralih ke cEDH (competitive EDH) dan menerima power creep sepenuhnya. Ironisnya, deck cEDH justru butuh maintenance yang lebih sedikit daripada casual decks, karena nggak banyak kartu baru yang cukup bagus untuk dimainkan di sana.
Solusi lainnya adalah lebih santai dalam bermain Commander. Ini dimulai dan berakhir di tingkat playgroup. Kalau kalian sepakat soal power level yang lebih rendah, tekanan untuk beli staples baru akan hilang. Sistem Bracket bisa dipakai untuk memfasilitasi diskusi semacam ini. Jaga power level di angka 2, dan kalian bisa menikmati permainan tanpa bikin kantong bolong.
Tentu saja, ini bukan solusi sempurna. Daya tarik kartu baru yang kuat itu besar, dan satu pemain saja yang “terpeleset” bisa memicu “perang senjata” sampai ke Bracket empat. Meski begitu, WotC sepertinya nggak akan berhenti mendorong batas kekuatan kartu saat ini. Jadi, kita sebagai pemain yang harus mengatasi masalah yang ditimbulkan.
Jadi, Intinya?
Munculnya The Soul Stone dan kartu-kartu powerful lainnya memang bikin gelisah. Tapi, jangan panik dulu! Commander itu tentang bersenang-senang, bukan cuma menang. Jadi, diskusikan dengan playgroup kalian, tentukan power level yang cocok, dan nikmati permainannya! Jangan biarkan power creep merusak keseruan bermain MTG. Ingat, kartu auto-include itu cuma alat, bukan tujuan. Yang penting, happy gaming!