Dark Mode Light Mode

Beberapa hewan tampak menikmati musik Apa implikasinya bagi evolusi manusia

Apakah Hewan Punya Selera Musik? Lebih Dalam dari Sekadar "Boogie Wonderland"

Ronan, si singa laut, punya groove. Bukan cuma joget-joget biasa, tapi beneran sinkron dengan irama. Ini bukan trik sulap, tapi hasil penelitian yang bikin kita bertanya-tanya: jangan-jangan, hewan juga punya selera musik? Kalau iya, apa artinya buat kita, manusia?

Menggali Akar Musikalitas: Darwin dan Teori Evolusi

Charles Darwin pernah bilang, "Persepsi, atau bahkan kenikmatan, terhadap irama dan melodi mungkin dimiliki semua hewan." Intinya, kalau musik bikin kita senang, pasti ada alasan evolusionernya. Tapi, membuktikan ini nggak semudah memutar lagu di Spotify. Musik kan nggak bisa jadi fosil!

Henkjan Honing, profesor Music Cognition dari University of Amsterdam, menambahkan bahwa studi lintas spesies bisa jadi kunci. Kalau kita punya kesamaan dengan spesies lain, kemungkinan besar nenek moyang kita juga punya kemampuan itu. Bayangkan, dulu kakek moyang kita joget di pohon sambil makan pisang!

Definisi Musik itu Tricky: Lebih dari Sekadar Ritme?

Semua hewan bikin ritme, dari kunang-kunang yang berkelip sampai harimau yang mondar-mandir. Jalan, berenang, detak jantung – semuanya ritmis. Tapi, apa itu musik? Definisi ini subjektif banget. Kita juga nggak tahu apakah hewan merasakan musik seperti kita, atau cuma proyeksi dari pengalaman manusia. Apakah Ronan benar-benar menikmati "Boogie Wonderland", atau hanya mendapat reward ikan?

Chimpanzee Drummer: Antara Komunikasi dan Ekspresi

Studi terbaru menunjukkan bahwa simpanse punya pola drumming yang berbeda-beda. Pola ini terstruktur dan ritmis, tapi lebih untuk komunikasi daripada ekspresi seni. Artinya, mereka belum bisa bikin beat yang bikin kita pengen joget di club.

Sinkronisasi Irama: Manusia Bukan Satu-satunya?

Dulu, kita pikir cuma manusia yang bisa mengenali beat dan bergerak sinkron. Tapi, Snowball si kakatua dan Ronan si singa laut membuktikan sebaliknya. Mereka joget dengan irama yang lumayan catchy. Pertanyaannya, kenapa?

"Groove" dan Motivasi: Lebih dari Sekadar Hadiah?

Ronan si singa laut ternyata lebih jago dari manusia dewasa dalam sinkronisasi dengan beat. Meskipun dapat ikan setiap kali latihan, Cook mengatakan bahwa Ronan tetap mendapatkan ikan meskipun ia tidak bergerak mengikuti musik. Apakah dia suka tantangan kognitif? Mungkin dia merasa puas bisa menguasai sesuatu. Siapa tahu, Ronan diam-diam bercita-cita jadi DJ.

Primata dan Akar Vokal: Teori yang Menarik

Yuko Hattori dari Kyoto University’s Primate Research Institute menemukan bahwa simpanse bisa menyinkronkan gerakan mereka dengan berbagai ritme. Teori yang menarik adalah kemampuan kita bergerak mengikuti beat berasal dari kemampuan belajar vokal. Jadi, semakin jago kita bersuara, semakin jago kita joget.

Otak Hewan dan Musik: Misteri yang Belum Terpecahkan

Sayangnya, kita jarang bisa memindai otak simpanse atau singa laut karena alasan etika. Jadi, kita nggak tahu apa yang terjadi di otak mereka saat mendengar musik. Tapi, penelitian pada burung zebra finch memberi sedikit pencerahan. Burung jantan rela "bayar" untuk mendengar lagu apapun, sementara burung betina cuma tertarik pada lagu pasangannya. Ternyata, selera musik juga dipengaruhi oleh cinta.

Dopamin dan Musik: Kebahagiaan yang Menular

Penelitian menunjukkan bahwa sistem dopamin di otak kita juga aktif saat kita mendengarkan musik. Saat kita menantikan momen itu, sistem dopamin sudah siap meledak. Nggak heran, konser musik selalu bikin happy! Selain itu, pelatihan musik di usia remaja meningkatkan empati dan perilaku prososial. Musik menyatukan kita, seperti saat kita bertepuk tangan mengikuti irama atau bernyanyi bersama.

Kesimpulan: Musik sebagai Perekat Sosial?

Salah satu teori penting tentang asal-usul musikalitas adalah bahwa musik bisa menjadi cara untuk menjalin ikatan sosial. Sama seperti Snowball yang suka joget bareng pemiliknya. Intinya, kalau kita senang, berarti ada manfaat biologisnya. Jadi, jangan ragu untuk berdendang di kamar mandi atau joget-joget di depan cermin. Siapa tahu, itu adalah insting evolusioner kita yang sedang bekerja.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

<p><strong>Implikasi Mode Mirror di Mario Kart World bagi Kompetisi Esports</strong></p>

Next Post

Menteri Indonesia Sidak Tambang Nikel di Raja Ampat Pasca-Protes