Oke, siap! Berikut artikelnya:
Bayangkan, band yang musiknya kamu deskripsikan sendiri seperti "tong sampah jatuh dari tangga" ternyata influential banget. Itulah yang dirasakan Ben Weinman dari The Dillinger Escape Plan (TDEP). Seriusan, siapa sangka musik chaos bisa jadi inspirasi?
TDEP memang bukan band yang merajai tangga lagu mainstream. Mereka lebih memilih jalur niche, menciptakan musik yang… unik. Tapi justru keunikan itulah yang membuat mereka dicintai fans setia dari berbagai generasi. Reunian dengan Dimitri Minakakis, vokalis orisinal mereka, juga makin memanaskan panggung-panggung live.
Lantas, apa yang membuat Weinman heran? Bagaimana mungkin musik tanpa dukungan komersial yang masif bisa dicintai banyak orang? Itulah misteri yang coba dipecahkan Weinman sendiri.
The Dillinger Escape Plan: Antara "Sampah" dan Inspirasi?
Weinman merasa aneh dan tersanjung ketika seorang podcaster musik metal mengaku bahwa acara radionya tidak akan eksis tanpa pengaruh TDEP. Rasanya imposible! Padahal, menurutnya, mereka gak pernah mencapai kesuksesan komersial yang nyata. Tapi, setiap hari ada saja yang mengungkapkan betapa mereka menyukai musik TDEP.
Fenomena imposter syndrome menghantui Weinman. Sulit dipercaya ada orang yang menyukai musik mereka. Tapi, di saat yang sama, ia terus menerima reminder keren bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang penting bagi banyak orang. Intinya, musik mereka meaningful!
Mungkin, inilah paradoks dari musik experimental. Tidak semua orang bisa mencerna, tapi bagi yang cocok, dampaknya bisa sangat mendalam. Seperti kopi pahit, awalnya mungkin aneh, tapi setelah terbiasa, malah bikin nagih.
Merayakan 30 Tahun Kekacauan Musikal
Tahun lalu, TDEP merayakan 30 tahun album pertama mereka, Calculating Infinity. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk band yang musiknya seringkali dianggap terlalu kompleks dan abrasive. Tapi, album itu justru menjadi benchmark bagi banyak band mathcore dan experimental metal.
Calculating Infinity adalah statement. Sebuah deklarasi bahwa musik bisa dieksplorasi tanpa batas, tanpa harus mengikuti formula yang sudah ada. Album ini adalah bukti bahwa keberanian untuk berbeda bisa menghasilkan sesuatu yang impactful.
Mungkin, inilah yang membuat TDEP terus relevan hingga kini. Mereka tidak pernah takut untuk bereksperimen dan menciptakan sesuatu yang benar-benar orisinal. Musik mereka adalah soundtrack bagi mereka yang berani melawan arus.
Jangan Jadi Bodoh: Tonton Mereka Live!
Weinman dengan rendah hati mengakui bahwa ia merasa aneh ada orang yang menyukai musik TDEP. Tapi, satu hal yang pasti: TDEP fucking rules! Jika kamu punya kesempatan untuk menonton mereka live, jangan sampai dilewatkan. Don't be stupid!
Penampilan live TDEP adalah pengalaman yang tak terlupakan. Energi mereka di atas panggung sangat menular. Siap-siap untuk headbang, mosh, dan merasakan adrenaline rush yang luar biasa. Ini bukan sekadar konser, ini adalah ritual.
Check tanggal-tanggal tur mereka di bawah ini dan segera amankan tiketnya. Dijamin gak akan nyesel. Siapa tahu, setelah menonton mereka live, kamu jadi ketagihan dan mulai menyukai "sampah" yang jatuh dari tangga.
Jadwal Gigs The Dillinger Escape Plan (Siapa Tahu Dekat Kotamu?)
- 19 Juli: Mansfield, OH – Inkcarceration Music & Tattoo Festival
- 26 Juli: Denver, CO – Unhinged Festival
- 10 Agustus: Fremantle, AUS – Metropolis
- 12 Agustus: Adelaide, AUS – The Governor Hindmarsh
- 13 Agustus: Melbourne, AUS – Northcote Theatre
- 16 Agustus: Sydney, AUS – The Enmore
- 17 Agustus: Brisbane, AUS – The Tivoli
- 21 September: Louisville, KY – Louder Than Life
- 3 Oktober: Sacramento, CA – Aftershock
Mungkin ada kota kamu, kan? Jangan sampai ketinggalan!
Pesan Moral: Jadi Diri Sendiri (Walaupun Aneh)
Kisah The Dillinger Escape Plan adalah pengingat bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari angka penjualan atau popularitas mainstream. Kadang, dampak yang paling besar justru datang dari musik yang tidak mengikuti aturan. Jadi, be yourself, walaupun aneh. Siapa tahu, keanehanmu itulah yang akan menginspirasi orang lain.