Dark Mode Light Mode
Maximum Football: Era Baru Simulasi Sepak Bola dari Komunitas Kini di PC dan Konsol
Berikut adalah satu pilihan judul yang menekankan implikasi: Gaya Busana ‘Not Like Us’ Drake: Tantangan terhadap Norma Hip-Hop
Peraturan Baru Perkuat Perlindungan Anak di Dunia Maya

Berikut adalah satu pilihan judul yang menekankan implikasi: Gaya Busana ‘Not Like Us’ Drake: Tantangan terhadap Norma Hip-Hop

Dunia hip-hop baru saja melewati tahun yang cukup… dramatis. Perseteruan Kendrick Lamar versus Drake, lengkap dengan segala diss track dan sindiran pedas, masih terasa gaungnya hingga kini. Ibarat gempa bumi, lempeng tektonik yang menghubungkan budaya dan industri musik telah bergeser, meninggalkan pertanyaan besar: apakah hip-hop akan pernah sama lagi?

Drama Hip-Hop: Ketika "Bumbu" Berubah Jadi Masalah Serius

Banyak yang menganggap beef antar rapper itu sekadar bumbu penyedap dalam industri musik. Tapi, apa jadinya kalau bumbu ini malah merusak hidangan utama? Bayangkan sebuah film high school, tempat budaya hip-hop menjadi sekolahnya. Kendrick, sang siswa teladan, anak asli daerah yang mencintai sekolahnya. Lalu datang Drake, si murid pindahan yang populer, tapi kurang memahami esensi sebenarnya.

Dari Adu Lirik Hingga Gugatan Hukum: Kok Bisa?

Awalnya, semua tampak seperti persaingan sehat. Kendrick melempar tantangan lewat verse ikonis di lagu "Control" milik Big Sean, menyebut nama-nama besar di dunia hip-hop. Tujuannya? Bukan menyerang pribadi, melainkan menegaskan posisinya sebagai yang terbaik. Kebanyakan rapper memahami itu sebagai bagian dari permainan, tapi tidak dengan Drake. Ia merasa tersinggung dan mengaku tidak mengerti maksud Kendrick. Di sinilah letak masalahnya: Drake tidak sepenuhnya memahami aturan tak tertulis dalam budaya hip-hop.

"Not Like Us," tuduhan pedas Kendrick, semakin memperjelas pandangan tersebut. Drake dianggap sebagai "kolonialis," seseorang yang memanfaatkan budaya hip-hop tanpa benar-benar menjadi bagian di dalamnya. Respon Drake? Gugatan pencemaran nama baik terhadap Universal Music Group (UMG), label rekaman yang menaungi keduanya.

Hip-Hop dan Drama Pengadilan: Kombinasi yang Nggak Banget!

Gugatan ini dianggap sebagai langkah paling un-hip-hop yang pernah ada. Drake menuduh UMG mendukung kesuksesan "Not Like Us" untuk merusak citranya. Ironisnya, Drake juga merupakan salah satu artis terbesar UMG. Beberapa pihak melihat gugatan ini sebagai bentuk kekesalan karena alat yang sama yang membantunya sukses, kini digunakan untuk "menyerangnya."

Gugatan ini berpotensi merusak citra Drake lebih parah daripada kekalahan dalam perseteruan itu sendiri. Kalah dengan terhormat masih lebih baik daripada menjadi sore loser. Bayangkan kembali film high school tadi: Kendrick menang dalam perkelahian di parkiran, lalu Drake mengadu ke kepala sekolah. Begitu pihak berwenang ikut campur, segalanya berubah.

Masa Depan Diss Track: Apakah Akan Ada Lagi?

Gugatan Drake memang masih bergulir, tapi preseden yang bisa ditimbulkannya cukup mengkhawatirkan. Para pengacara korporat biasanya selalu selangkah lebih maju dalam mengantisipasi masalah. Label rekaman bisa jadi enggan mendukung diss track yang menyerang individu. Jika seorang artis bisa sukses menggugat diss track, apakah ini akan mengakhiri era diss track yang didukung label (dan didengar banyak orang)?

Budaya battling adalah elemen inti dari hip-hop. Momen-momen terbaik dalam genre ini lahir dari persaingan sengit antar rapper. Sebut saja "Hit Em Up" (Tupac), "Ether" (Nas), "Takeover" (Jay-Z), atau "No Vaseline" (Ice Cube). Lirik-lirik itu tidak ambigu atau subliminal. Mereka menyebut nama, menghancurkan reputasi lawan, dan hasilnya… luar biasa. Hip-hop berkembang berkat energi semacam itu. Kita ingin melihat rapper "berperang" sesekali.

Mungkin Drake akan menjadi rapper besar terakhir yang "kena diss" dari label besar. Dan mungkin warisan Drake adalah: orang yang kalah dalam perseteruan terbesar dalam sejarah rap, lalu mengakhiri tradisi battling sama sekali. Si sore loser yang menendang bola agar tidak ada orang lain yang bisa bermain. Ya, hip-hop dan litigasi, bukan kombinasi yang cocok.

Intinya: perseteruan Kendrick Lamar vs. Drake bukan sekadar drama selebriti. Ini adalah perdebatan tentang identitas, budaya, dan masa depan hip-hop itu sendiri. Apakah hip-hop akan tetap menjadi arena persaingan bebas, atau akan dijinakkan oleh hukum dan kepentingan korporat? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Maximum Football: Era Baru Simulasi Sepak Bola dari Komunitas Kini di PC dan Konsol

Next Post

Peraturan Baru Perkuat Perlindungan Anak di Dunia Maya