Pernahkah terbayang bahwa sebuah bangunan tua di jantung kota London bisa menyimpan rahasia sebesar ini? Bukan, bukan tentang harta karun bajak laut atau artefak kuno, melainkan janji masa depan yang berkilau bagi salah satu jalan paling ikonis di dunia. Bayangkan, sebuah situs yang dulu menjadi saksi bisu kejayaan dan keruntuhan ritel, kini bersiap untuk kembali ke panggung dengan _glow-up_ yang lebih dramatis dari para peserta reality show. Ini bukan sekadar renovasi, melainkan sebuah misi penyelamatan yang ambisius untuk menghidupkan kembali denyut nadi Oxford Street yang legendaris, membuktikan bahwa bahkan ikon pun butuh _makeover_ total dari waktu ke waktu.
Sebelumnya, di alamat 33 Cavendish Square, berdirilah toko BHS yang berjaya sejak 1961 hingga akhirnya gulung tikar pada 2016. Setelahnya, sebagian lokasi tersebut sempat menjadi rumah bagi UAL College of Fashion sebelum mereka pindah ke fasilitas baru yang lebih megah di Olympic Park. Bangunan ini, dengan sejarah yang kaya namun belakangan terasa senyap, kini seolah menunggu kesempatan kedua untuk kembali bersinar di kancah urban London yang dinamis.
Kini, situs strategis ini telah menjadi fokus perhatian Berkeley Estate Asset Management (BEAM) dan Kohn Pedersen Fox (KPF) yang ambisius. Mereka melihat potensi luar biasa, bukan sekadar mengisi kekosongan, melainkan menyuntikkan energi baru yang transformatif. Ini bukan hanya tentang membangun kembali; ini tentang merencanakan kebangkitan yang akan mengubah lanskap perkotaan. Proyek ini diharapkan menjadi katalisator bagi revitalisasi Oxford Street secara keseluruhan, menunjukkan bahwa kota tua pun bisa terus berevolusi.
Rencananya terbilang komprehensif, jauh melampaui sekadar pusat perbelanjaan biasa yang mungkin sudah usang. Proposal yang diajukan mencakup pembangunan ruang perkantoran modern, area ritel terbaru yang siap menampung merek-merek papan atas, serta sebuah auditorium dan area acara yang berfungsi sebagai pusat budaya. Konsep gabungan ini dirancang untuk menciptakan ekosistem yang mandiri dan bersemangat, menarik pengunjung dan talenta dari berbagai segmen.
John Bushell dari KPF, sang arsitek di balik visi ini, menyatakan bahwa proposal tersebut merupakan “langkah penting dalam peremajaan Oxford Street.” Pernyataannya bukan sekadar retorika; ini adalah pengakuan atas kebutuhan mendesak untuk memperbarui dan mengadaptasi salah satu jalan perbelanjaan paling terkenal di dunia agar tetap relevan di era digital. Tujuan utamanya adalah memastikan Oxford Street tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.
## Antara Nostalgia BHS dan Masa Depan Oxford Street
Transformasi ini tidak main-main. Di atas lahan bekas BHS yang ikonik itu, akan dibangun ruang kantor seluas 807.293 kaki persegi (sekitar 75.000 meter persegi). Ini bukan sekadar ruang kerja biasa, melainkan tempat yang dirancang untuk menjadi inkubator ide dan inovasi, menarik perusahaan-perusahaan terkemuka yang ingin menancapkan bisnis di jantung London. Dengan demikian, kawasan ini akan menjadi magnet bagi para profesional modern, mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Tidak hanya itu, bagian paling menarik dari rencana ini adalah penciptaan pusat budaya seluas 37.673 kaki persegi (sekitar 3.500 meter persegi). Pusat budaya ini akan dilengkapi auditorium canggih yang siap menampung berbagai acara, mulai dari TED Talks yang menginspirasi, peluncuran produk inovatif, hingga peragaan busana yang memukau. Konsep ini menunjukkan pergeseran paradigma dari hanya sekadar tempat berbelanja menjadi destinasi pengalaman.
Pusat budaya ini diharapkan menjadi magnet utama, bukan hanya untuk para _shopaholic_ tetapi juga bagi mereka yang mencari inspirasi dan hiburan. Bayangkan saja, Anda bisa menghadiri _talk show_ seru, melihat peluncuran gawai terbaru, atau menikmati peragaan busana kelas dunia, semua di satu lokasi yang sama. Ini adalah strategi cerdas untuk menarik audiens Gen Z dan Milenial yang mendambakan lebih dari sekadar transaksi jual beli.
## Ketika Angka Bicara: Jutaan Pound dan Ribuan Peluang
Proyek ini diharapkan memberikan dampak ekonomi yang fantastis, jauh melampaui harapan. Menurut Local Democracy Reporting Service, situs ini diprediksi mampu menghasilkan lebih dari £550 juta setiap tahunnya setelah selesai. Angka ini sungguh fantastis, seolah-olah Oxford Street akan menemukan mesin ATM raksasa baru yang terus-menerus memproduksi keuntungan.
Dampak positifnya tidak berhenti di situ. Dengan skala proyek yang masif, pembangunan kembali ini juga diperkirakan akan menyediakan hampir 4.500 lapangan kerja baru. Ini merupakan kabar gembira bagi perekonomian London, seolah kota ini sedang mengumumkan ‘lowongan besar-besaran’ untuk semua talenta. Mulai dari pekerjaan konstruksi hingga operasional harian, peluang akan terbuka lebar, memberikan dorongan signifikan bagi tenaga kerja lokal.
Mr. Bushell juga menyoroti bagaimana bangunan baru ini akan menyediakan “ruang ritel yang jauh lebih baik untuk membantu menarik merek-merek terkemuka dunia ke jalan raya nasional.” Ini bukan sekadar mempercantik tampilan, tapi juga menciptakan panggung yang layak bagi _brand_ kelas kakap. Dengan infrastruktur yang modern dan daya tarik yang diperbaharui, Oxford Street akan kembali menjadi _catwalk_ bagi inovasi ritel global.
## Dari _Blueprint_ ke Landmark: Sebuah Maraton Pembangunan
Tentu saja, mewujudkan visi sebesar ini membutuhkan waktu dan persetujuan. Jika proposal ini disetujui oleh Westminster City Council, pekerjaan konstruksi diperkirakan akan dimulai pada tahun 2029 dan berlanjut hingga tahun 2033. Ini adalah _timeline_ yang cukup panjang, seolah sedang menunggu _update_ besar-besaran untuk sebuah game yang sangat dinanti, namun hasilnya pasti sepadan dengan penantian.
Proyek 33 Cavendish Square ini lebih dari sekadar konstruksi; ini adalah deklarasi bahwa Oxford Street siap menghadapi masa depan. Dari abu kejayaan masa lalu, bangkitlah sebuah pusat yang menjanjikan inovasi, budaya, dan tentu saja, peluang. Transformasi ini menunjukkan bagaimana kota-kota besar terus beradaptasi, mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk menciptakan ruang-ruang yang lebih hidup, dinamis, dan relevan bagi generasi mendatang.