Bayangkan, lemari Anda penuh dengan baju yang sudah tidak terpakai. Sekarang, bayangkan ratusan ribu baju seperti itu menumpuk di gudang. Tapi tunggu dulu! Ini bukan cerita horor tentang fast fashion, melainkan kisah inspiratif tentang bagaimana Billie Eilish mengubah gunung sampah tekstil menjadi sesuatu yang baru dan keren.
Ketika Merch Konser Mendapat Kehidupan Kedua: Inisiatif Billie Eilish
Dunia musik dan merchandise seringkali berjalan seiringan, seperti kopi dan gula (atau teh dan madu, tergantung selera Anda). Tapi, apa yang terjadi pada tumpukan kaos konser yang tidak terjual? Biasanya, mereka berakhir di tempat pembuangan akhir, menambah masalah sampah tekstil global. Nah, di sinilah Billie Eilish, bersama ibunya, Maggie Baird, muncul sebagai pahlawan lingkungan. Mereka bekerja sama dengan Universal Music Group (UMG) untuk mencari solusi berkelanjutan bagi ratusan ribu kaos konser yang tidak terjual.
Bravado, divisi merchandise UMG, telah menyimpan gunungan pakaian yang tidak terjual di gudang Nashville mereka selama bertahun-tahun, bahkan mungkin dekade. Jumlahnya? Lebih dari 400.000 kaos! Daripada sekadar menyumbangkannya (yang seringkali hanya memindahkan masalah ke tempat lain), mereka memutuskan untuk mendaur ulang kaos-kaos tersebut menjadi sesuatu yang baru. Ide brilian, bukan?
Inisiatif ini bukan hanya tentang menyelamatkan kaos, tetapi juga tentang mengubah cara industri musik memandang merchandise. Dengan semakin meningkatnya kesadaran lingkungan, terutama di kalangan Gen Z dan Millennials, merchandise berkelanjutan menjadi semakin penting. Kita semua tahu bahwa generasi muda ini lebih peduli tentang jejak karbon mereka daripada siapa yang menang Grammy (maaf, para musisi!).
Dari Gudang Sampah ke Pakaian Baru: Bagaimana Prosesnya?
Bravado bekerja sama dengan Hallotex, sebuah perusahaan manufaktur tekstil dan desainer pakaian Spanyol. Mereka akan mengirimkan lebih dari 400.000 kaos lama ke Maroko. Di sana, kaos-kaos tersebut akan diurai menjadi benang katun, lalu dipintal ulang menjadi lebih dari 280.000 kaos katun 100% baru. Keren, kan? Bayangkan, kaos yang tadinya hanya menumpuk di gudang kini bisa manggung lagi di konser-konser berikutnya!
Tapi, bagaimana dengan kaos-kaos yang tidak bisa didaur ulang? Jangan khawatir, mereka tidak akan berakhir di tempat pembuangan akhir. Kaos-kaos tersebut akan dicacah dan diubah menjadi insulasi rumah. Jadi, selain mendukung musisi favorit Anda, Anda juga membantu menghangatkan rumah seseorang. Ini benar-benar situasi win-win!
Maggie Baird, ibunda Billie Eilish, dengan lantang menyuarakan keprihatinannya tentang tumpukan pakaian di planet ini. Beliau menekankan pentingnya memikirkan dengan matang tentang merchandise yang diproduksi, mulai dari proses pembuatannya hingga apa yang terjadi pada “kehidupan keduanya.” Pertanyaan yang sangat relevan di era konsumsi berlebihan ini.
Mengapa Merchandise Berkelanjutan Itu Penting, Banget?
Merchandise musik telah lama menjadi bagian penting dari pengalaman konser. Dari tur mega Taylor Swift hingga potensi reuni Oasis, merchandise selalu menjadi incaran para penggemar. Industri ini diperkirakan akan mencapai penjualan global sebesar $16,3 miliar dalam lima tahun ke depan. Artinya, potensi dampak lingkungan dari industri ini juga sangat besar.
Billie Eilish sendiri bukan orang baru dalam urusan merchandise berkelanjutan. Dia memiliki bagian khusus di toko merchandise online-nya yang didedikasikan untuk pakaian yang terbuat dari bahan daur ulang. Dia juga bermitra dengan bisnis berkelanjutan lainnya untuk merayakan Hari Bumi. Pada tur “HIT ME HARD AND SOFT” tahun lalu, dia bahkan memutar video sebelum setiap pertunjukan tentang pilihannya untuk menawarkan opsi merchandise berkelanjutan.
Proyek Billie Eilish sangat berdampak karena dia memiliki basis penggemar Gen Z yang besar. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 70% konsumen Gen Z menganggap penting bagi merchandise yang mereka terima untuk ramah lingkungan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya. Jadi, jelas bahwa permintaan untuk merchandise berkelanjutan semakin meningkat.
Masa Depan Merchandise Musik: Hijau atau Bubar?
Presiden Bravado, Matt Young, mengakui bahwa Billie Eilish, Maggie Baird, dan beberapa artis muda lainnya telah mendorong UMG dan Bravado untuk menawarkan opsi merchandise yang lebih berkelanjutan. Program daur ulang ini hanyalah salah satu contohnya. Ini menunjukkan bahwa perubahan positif bisa datang dari mana saja, bahkan dari industri musik yang seringkali dianggap glamor dan boros.
Proyek Billie Eilish adalah indikator lain bahwa keberlanjutan semakin menjadi “keharusan” daripada sekadar “pemanis” bagi perusahaan merchandise dan seterusnya. Ini bukan lagi tren sesaat, tetapi perubahan mendasar dalam cara kita memproduksi dan mengonsumsi barang. Perusahaan-perusahaan yang tidak mengadopsi praktik berkelanjutan berisiko ditinggalkan oleh konsumen yang semakin sadar lingkungan.
Jadi, apa takeaway kita dari kisah ini? Bahwa merchandise musik tidak harus menjadi ancaman bagi lingkungan. Dengan inovasi, kolaborasi, dan kesadaran yang lebih tinggi, kita bisa mengubah tumpukan sampah tekstil menjadi sesuatu yang berharga dan berkelanjutan. Dan siapa tahu, mungkin saja kaos konser lama Anda suatu hari nanti akan menjadi insulasi di rumah tetangga Anda!