Eh, lagi-lagi drama selebriti. Kali ini, Tom Morello, gitaris legendaris Rage Against The Machine, memberikan komentar pedasnya terhadap mantan Presiden Donald Trump. Apa lagi nih?
Pertarungan Gitar dan Politik: Morello Membela Springsteen
Ceritanya begini, saat tampil di Boston Calling 2025, Morello nggak cuma menyajikan musik keras, tapi juga pesan politik yang blak-blakan. Di layar belakang panggung, terpampang tulisan "F— Trump." Lebih lanjut, gitar Morello juga ditempeli pesan serupa untuk I.C.E. (Immigration and Customs Enforcement). Lumayan frontal, ya?
Menurut Morello, Bruce Springsteen berani mengkritik Trump karena Springsteen selalu menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, demokrasi, dan kesetaraan. Dan, tampaknya Trump merasa tersaingi karena konser Springsteen selalu lebih ramai. Wah, ini sudah kayak persaingan views di YouTube aja.
Harvard vs. Trump: Kelas Anti-Kediktatoran Gratis
Perseteruan ini semakin menarik karena melibatkan Harvard University. Trump belakangan ini menyerang Harvard dan mengancam akan memotong dana federal serta melarang mahasiswa internasional. Morello, dengan santainya, malah mempromosikan kursus online gratis dari Harvard yang mengajarkan cara mendeteksi kediktatoran. Touché!
Konflik ini sebenarnya adalah kelanjutan dari perseteruan antara Springsteen dan Trump. Springsteen sebelumnya mengkritik pemerintahan Trump sebagai "korup, tidak kompeten, dan berkhianat." Trump, tentu saja, nggak tinggal diam.
Reaksi Trump: "Springsteen Dungu!"
Trump langsung menyerang balik melalui platform media sosialnya. Ia menyebut Springsteen "terlalu dilebih-lebihkan" dan mengatakan bahwa ia "tidak pernah menyukai musiknya atau politik Radikal Kiri-nya." Bahkan, Trump menyebut Springsteen "bodoh seperti batu." Wow, kata-katanya pedas juga, ya?
Trump bahkan mengungkit dukungan Springsteen kepada Joe Biden dan mengisyaratkan kemungkinan penyelidikan terhadap Springsteen dan selebriti lain yang mendukung Kamala Harris. Politik emang panas, tapi masak sampe ke konser-konser juga?
Musik Sebagai Alat Perlawanan: Bukan Hal Baru
Sebenarnya, penggunaan musik sebagai alat perlawanan bukanlah hal baru. Banyak musisi dari berbagai genre telah lama menggunakan karya mereka untuk menyampaikan pesan politik dan sosial. Musik bisa menjadi cara yang kuat untuk menyatukan orang dan menginspirasi perubahan.
Musik adalah bahasa universal yang bisa menembus batasan geografis dan budaya. Pesan yang disampaikan melalui lirik dan melodi bisa lebih mudah diterima dan dipahami daripada pidato politik yang kaku.
Tapi, tentu saja, penggunaan musik sebagai alat perlawanan juga memiliki risiko. Musisi yang vokal secara politik sering kali menjadi target kritik dan bahkan ancaman. Namun, banyak dari mereka yang tetap teguh pada pendiriannya dan terus menggunakan platform mereka untuk menyuarakan pendapat.
Dalam kasus Morello dan Springsteen, mereka berdua adalah musisi yang dikenal karena pandangan politik progresif mereka. Mereka telah lama menggunakan musik mereka untuk mengkritik ketidakadilan sosial dan politik.
Konflik mereka dengan Trump hanyalah salah satu contoh dari bagaimana musik bisa menjadi kekuatan pendorong perubahan dan cara untuk menantang status quo.
Meskipun pandangan politik mereka mungkin berbeda dengan beberapa orang, keberanian mereka untuk berbicara dan menggunakan platform mereka untuk mengadvokasi apa yang mereka yakini patut diacungi jempol. Siapa tahu, mungkin kritik mereka malah menginspirasi orang lain untuk lebih peduli dan terlibat dalam politik.
Pada akhirnya, pertarungan gitar dan politik ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya sekadar hiburan. Musik juga bisa menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan dan menginspirasi perubahan. Dan kadang, sedikit drama selebriti bikin obrolan jadi lebih seru, kan?
Intinya, jangan takut untuk menyuarakan pendapatmu, gaes! Asalkan tetap santun dan menghargai perbedaan, ya. Siapa tahu, suara kita bisa membuat perubahan, sekecil apapun itu.