Bosan dengan notifikasi endless scrolling di Instagram? Mungkin inilah saatnya melirik ke belakang, jauh ke era ketika smartphone belum se-pintar sekarang. Percaya atau tidak, BlackBerry sedang comeback, terutama di kalangan Gen Z dan Millennials yang mencari pelarian dari hiruk pikuk dunia digital. Siapa sangka, ponsel jadul ini justru jadi tren kekinian.
BlackBerry: Dari Kantor ke Gaya Hidup Minimalis Digital
BlackBerry, sang legenda ponsel dengan keyboard QWERTY fisik yang ikonik, pernah merajai pasar smartphone di awal tahun 2000-an. Dikenal dengan keamanan pesan dan desainnya yang profesional, BlackBerry menjadi andalan para eksekutif. Namun, seiring dengan munculnya layar sentuh dan app store, BlackBerry mulai tertinggal. Pada tahun 2022, perusahaan Kanada tersebut resmi menghentikan dukungan untuk perangkat klasiknya.
Meskipun begitu, semangat BlackBerry tidak padam begitu saja. Sebaliknya, beberapa model BlackBerry justru mengalami kebangkitan popularitas, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Mereka memeluk BlackBerry sebagai "dumbphone" karena kesederhanaannya dan daya tarik nostalgianya. Ini bukan sekadar tren sesaat, tapi refleksi dari keinginan untuk digital detox dan kembali ke hal-hal yang lebih sederhana.
Di TikTok, platform yang dikenal dengan tren-tren viralnya, tagar seperti #BlackBerry dan #flipphone telah menarik jutaan penonton. Pengguna mengunggah video saat mereka membuka kotak ponsel lama, menghiasnya dengan berlian imitasi dan charms, serta menikmati kepuasan taktil dari keyboard fisik. Ingat sensasi mengetik pesan di keyboard fisik? Jauh berbeda dengan mengetik di layar sentuh, bukan?
Salah satu kreator TikTok, @notchonnie, yang dikenal dengan koleksi teknologi retro-nya, berhasil menarik lebih dari 4 juta penonton dengan video yang memamerkan BlackBerry Classic putih miliknya. "Apakah ini praktis? Tidak. Apakah ini menyenangkan bagiku? Ya," tulisnya. Ungkapan yang jujur dan mewakili banyak orang yang mencari kesenangan dalam kesederhanaan.
Pengguna lain, @shozi_055, menjadi viral dengan klip membuka kotak BlackBerry dan menulis: "Kecanduan ponselku sudah terlalu berlebihan, aku mencoba mengambil kembali hidupku." Pengakuan yang mencerminkan permasalahan adiksi smartphone yang dialami banyak orang. BlackBerry hadir sebagai solusi alternatif, menawarkan pengalaman berkomunikasi tanpa distraksi yang berlebihan.
Seorang kolumnis teknologi di Montreal, Kanada, Pascal Forget, mengatakan kepada CBC News bahwa smartphone bukan lagi sumber kesenangan. Dulu memang menyenangkan, tapi sekarang orang kecanduan, jadi mereka ingin kembali ke masa yang lebih sederhana dengan menggunakan perangkat yang lebih sederhana. Ini adalah pencarian keseimbangan di tengah gempuran teknologi.
Alasan BlackBerry Jadi Tren: Lebih dari Sekadar Nostalgia
Lalu, apa sebenarnya yang membuat BlackBerry kembali digemari? Bukan hanya sekadar nostalgia semata. Ada beberapa faktor yang berperan:
- Digital Detox: Keinginan untuk mengurangi waktu layar dan menjauh dari media sosial menjadi alasan utama. BlackBerry menawarkan fungsi dasar seperti telepon dan SMS, tanpa notifikasi konstan dari aplikasi yang mengganggu.
- Harga Terjangkau: Dibandingkan dengan smartphone modern yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiah, BlackBerry yang diperbaharui relatif lebih terjangkau, hanya beberapa ratus ribu rupiah. Ini adalah alternatif ekonomis bagi mereka yang ingin downsize tanpa menguras dompet.
- Nostalgia: Bagi sebagian orang, memiliki BlackBerry adalah impian masa kecil yang baru terwujud. Sentuhan keyboard QWERTY dan desainnya yang klasik membangkitkan kenangan indah masa lalu.
- Fokus dan Produktivitas: Tanpa distraksi aplikasi dan media sosial, pengguna BlackBerry cenderung lebih fokus dan produktif dalam pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Ini adalah investasi pada produktivitas dan kesehatan mental.
Dumbphone Aesthetics: Estetika Kesederhanaan yang Memikat
Kebangkitan BlackBerry juga erat kaitannya dengan tren "dumbphone aesthetics". Ini adalah gerakan yang mengagungkan kesederhanaan, fungsionalitas, dan desain yang understated. Dibandingkan dengan smartphone yang serba bisa, dumbphone menawarkan pengalaman yang lebih fokus dan minimalis.
Ponsel dengan keyboard fisik menawarkan pengalaman mengetik yang tak tergantikan. Sensasi menekan tombol secara fisik memberikan kepuasan tersendiri, terutama bagi mereka yang sudah lelah dengan layar sentuh. Selain itu, desain BlackBerry yang ikonik memiliki daya tarik estetika yang unik, berbeda dengan smartphone modern yang cenderung seragam.
Generasi Z dan Perlawanan Terhadap Overstimulation
Sebuah survei tahun 2024 oleh think tank More In Common yang berbasis di Inggris menemukan bahwa hampir dua pertiga responden Gen Z Inggris percaya bahwa media sosial menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. Setengahnya mengatakan mereka berharap telah menghabiskan lebih sedikit waktu di ponsel mereka saat tumbuh dewasa. Sementara itu, sebuah studi tahun 2024 oleh Pew Research Center melaporkan bahwa hampir setengah dari remaja AS online "hampir terus-menerus," naik dari 24% satu dekade sebelumnya.
Data ini menunjukkan adanya kesadaran kritis di kalangan generasi muda tentang dampak negatif overstimulation dan adiksi smartphone. BlackBerry, dengan kesederhanaannya, menjadi simbol perlawanan terhadap tren ini. Ini adalah upaya untuk mengambil kendali atas waktu dan perhatian di tengah gempuran informasi yang tak ada habisnya.
Bukan Kembali ke Zaman Batu, Tapi Kembali ke Esensi
Jadi, apakah ini berarti kita harus meninggalkan smartphone dan kembali ke era BlackBerry sepenuhnya? Tentu saja tidak. Ini bukan tentang kembali ke zaman batu, tapi tentang kembali ke esensi dari komunikasi dan koneksi. BlackBerry menawarkan alternatif bagi mereka yang ingin menyeimbangkan kehidupan digital mereka dan menemukan kembali kesenangan dalam kesederhanaan.
BlackBerry bukanlah sekadar ponsel jadul, tapi simbol perlawanan terhadap kecanduan digital dan pencarian keseimbangan dalam hidup. Jadi, jika kamu merasa kewalahan dengan dunia digital, mungkin sudah saatnya melirik BlackBerry. Siapa tahu, kamu akan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaannya.