Dark Mode Light Mode

BMKG: Enam Faktor Atmosfer Penyebab Hujan Tak Lazim di Musim Kemarau Indonesia

Indonesia, kok hujannya belum berhenti juga? Ini penjelasan ilmiahnya!

Kita semua pasti bertanya-tanya, kan? Sudah pertengahan tahun, katanya musim kemarau, tapi kok masih sering hujan? Jangan panik dulu, ini bukan kiamat part time, tapi ada penjelasan ilmiahnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) punya jawabannya, dan untungnya, bukan salah zodiak kita.

Beberapa faktor atmosfer ternyata menjadi biang keladi dari fenomena kemarau basah ini. Bukan cuma satu penyebab, tapi kombinasi beberapa elemen yang bekerja sama seperti tim Avengers (tapi versi cuaca). Kita akan bahas satu per satu supaya lebih jelas.

Mengapa Musim Kemarau Kok Malah Hujan? Ini Biang Keladinya!

Salah satu penyebab utama adalah tertundanya angin Monsun Australia. Angin ini seharusnya sudah mulai bertiup dari Australia menuju Asia, membawa udara kering dan menyebabkan musim kemarau. Tapi, entah kenapa, angin ini masih malu-malu untuk datang.

Selain itu, suhu permukaan laut di sekitar perairan Indonesia juga lebih hangat dari biasanya. Air hangat ini menguap lebih banyak, meningkatkan kelembapan udara, dan memicu pembentukan awan hujan. Jadi, lautnya baper, kita yang kena imbas hujannya.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa kedua faktor ini meningkatkan kelembapan udara dan mendukung pembentukan awan konvektif. Singkatnya, udara jadi lebih lembap dan awan jadi lebih produktif menghasilkan hujan.

Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) juga ikut nimbrung memperparah situasi. Ketiganya, seperti tamu undangan yang tak diundang di pesta, semakin memperkuat curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya dari Jawa hingga Nusa Tenggara. Kombinasi yang kurang mbois untuk musim kemarau.

Efek Domino: Curah Hujan di Atas Normal

BMKG juga memprediksi bahwa musim kemarau 2025 ini masih berpotensi membawa curah hujan di atas normal di banyak wilayah. Jadi, jangan kaget kalau pas lagi sunbathing tiba-tiba hujan deras. Ini bukan salah karma, tapi memang cuacanya lagi random.

Data menunjukkan bahwa curah hujan di sebagian besar Sumatra bagian selatan dan Jawa masih di atas 50 milimeter selama tiga dasarian berturut-turut hingga pertengahan Mei 2025. Ini menandakan bahwa musim hujan masih belum sepenuhnya reda. Bisa dibilang, musimnya lagi galau antara hujan dan kemarau.

Waspada! Ada Gangguan Tropis Dekat Bengkulu

BMKG juga sedang memantau gangguan tropis di barat daya Bengkulu sejak 15 Mei. Sistem ini menunjukkan tanda-tanda sirkulasi siklonik dan tekanan udara rendah dari permukaan hingga lapisan 500 hPa. Namun, sejauh ini belum ada indikasi pembentukan siklon tropis atau aktivitas konvektif intens. Sistem ini masih belum diklasifikasikan sebagai bibit siklon tropis.

Untungnya, dampak gangguan tropis ini pada cuaca Indonesia tidak signifikan dan tidak dianggap sebagai penyebab utama peningkatan curah hujan. Jadi, kita bisa sedikit lega, tapi tetap waspada, ya! Anggap saja ini side quest dalam game cuaca kita.

Wilayah Mana Saja yang Sudah Masuk Musim Kemarau?

Meskipun sebagian besar wilayah masih merasakan vibes musim hujan, beberapa Zona Musim (ZOM) di Indonesia sudah memasuki fase awal musim kemarau. Wilayah tersebut meliputi sebagian Aceh dan Sumatra Utara. Selain itu, 23 ZOM di wilayah selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur juga sudah beralih ke iklim yang lebih kering.

Musim kemarau di sebagian besar Sumatra bagian selatan dan Jawa diperkirakan akan dimulai antara Mei dan Juni 2025. Jadi, buat yang sudah booking liburan musim panas, semoga hujannya tidak mengganggu rencana kalian, ya!

Erma Yulihastin, seorang peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebelumnya menjelaskan bahwa kondisi basah selama musim kemarau ini dipengaruhi oleh dinamika bibit vorteks di Samudra Hindia. Fenomena ini terus membawa curah hujan ke Sumatra bagian selatan dan Jawa. Thanks, vorteks!

Intinya: Musim kemarau yang masih basah ini adalah kombinasi dari beberapa faktor alamiah, termasuk tertundanya angin Monsun Australia, suhu permukaan laut yang hangat, dan fenomena atmosfer lainnya. Tetap waspada, jaga kesehatan, dan selalu update informasi cuaca dari BMKG. Siapa tahu besok tiba-tiba ada flash sale cuaca cerah!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Justin Bieber Diduga Berutang Jutaan Dolar ke Manajer

Next Post

Ocarina of Time Versi Indonesia: Remake Unreal Engine 5.5.4 Hadirkan Zora's Domain