Dark Mode Light Mode

Bono Bicara ‘Stories of Surrender’, U2 Sentuh Masa Depan Musik

Pernah merasa ingin mengupas habis diri sendiri di depan publik? Bono, sang vokalis U2, tampaknya sedang melalui fase itu. Dengan film terbarunya, "Bono: Stories of Surrender," ia membawa kita menyelami lebih dalam kehidupannya, masa lalunya, dan hubungannya yang kompleks dengan sang ayah. Siap-siap terkejut, tertawa, dan mungkin sedikit terharu.

Bono, yang dikenal dengan aksi panggungnya yang megah bersama U2, kini memilih pendekatan yang lebih intim. Film ini, yang diadaptasi dari memoarnya, "Surrender: 40 Songs, One Story," menawarkan pandangan yang jujur dan tanpa basa-basi tentang perjalanan hidupnya. Mulai dari masa kecilnya di Dublin hingga menjadi ikon musik dunia, semuanya dikupas tuntas.

Film ini bukan hanya sekadar biografi musisi. Lebih dari itu, "Bono: Stories of Surrender" adalah eksplorasi mendalam tentang identitas, keluarga, dan penerimaan diri. Bono membuka diri tentang kerentanan dan ketidakamanannya, menunjukkan bahwa di balik sosok rock star, ada manusia biasa dengan pergumulan yang sama seperti kita semua.

Mengenal Lebih Dekat: Hubungan Bono dan Ayahnya

Salah satu fokus utama film ini adalah hubungan Bono dengan ayahnya, Bob Hewson. Hubungan mereka tidak selalu harmonis, dan Bono mengakui bahwa jarak emosional sang ayah memiliki dampak besar pada dirinya. Namun, melalui refleksi dan pemahaman, Bono akhirnya mampu menerima dan bahkan menyukai ayahnya.

"Saya akhirnya, selain mencintai ayah saya, saya akhirnya menyukainya," kata Bono. "Itu adalah hal yang indah, untuk akhirnya lebih dekat dengannya." Proses ini menjadi inti dari "Surrender," yang mengeksplorasi tema pengampunan dan rekonsiliasi.

Melalui film ini, Bono tidak hanya berbagi cerita pribadinya, tetapi juga memberikan inspirasi bagi kita semua untuk merenungkan hubungan kita dengan orang tua dan keluarga. Apakah kita benar-benar mengenal mereka? Apakah ada hal-hal yang belum terselesaikan?

Musik yang Bercerita: Lagu-Lagu U2 dalam Perspektif Baru

"Bono: Stories of Surrender" tidak akan lengkap tanpa musik. Film ini menampilkan versi-versi baru yang reimagined dari lagu-lagu ikonik U2, seperti "Vertigo," "City of Blinding Lights," "Sunday Bloody Sunday," dan "Where The Streets Have No Name." Aransemen yang lebih intim dan akustik memberikan dimensi baru pada lagu-lagu ini, memungkinkan kita untuk mendengarkan lirik-liriknya dengan cara yang lebih mendalam.

Produser Jacknife Lee, bersama dengan pemain cello Kate Ellis dan pemain harpa Gemma Doherty, menciptakan latar musik yang kaya dan emosional yang melengkapi cerita Bono. Kursi-kursi kosong di atas panggung menjadi simbol dari rekan-rekan band U2-nya, Larry Mullen Jr., Adam Clayton, dan The Edge.

Lagu-lagu U2, yang selama ini kita kenal dengan aransemen anthemic dan megah, kini disajikan dalam format yang lebih personal dan reflektif. Ini adalah kesempatan untuk menghargai kejeniusan lirik Bono dan kekuatan musik U2 dari sudut pandang yang berbeda.

Masa Depan U2: Melangkah Maju dengan Semangat Baru

Setelah menyelesaikan "Stories of Surrender," Bono kini menatap masa depan U2 dengan semangat baru. Larry Mullen Jr., yang sempat absen karena operasi leher, kini telah kembali dengan kondisi yang lebih baik. Bono mengungkapkan bahwa Mullen bermain dengan lebih inovatif dari sebelumnya.

The Edge, gitaris U2, juga bertekad untuk membawa gitar ke masa depan, sementara Adam Clayton, bassis U2, kabarnya sedang sibuk berkebun. Bono berkelakar bahwa U2 harus membuat album baru agar Adam tidak terus-terusan muncul di acara berkebun BBC. U2, seperti yang kita tahu, selalu punya kejutan di balik lengan bajunya.

Bono mengatakan bahwa lagu-lagu baru U2 terdengar seperti masa depan. Apakah ini berarti U2 akan bereksperimen dengan genre musik baru? Atau apakah mereka akan tetap setia pada akar rock mereka sambil terus berinovasi? Yang pasti, para penggemar U2 di seluruh dunia sangat antusias untuk mendengar karya-karya baru mereka.

Lebih dari Sekadar Film: Sebuah Refleksi Diri

"Bono: Stories of Surrender" lebih dari sekadar film atau memoar. Ini adalah undangan untuk merenungkan diri sendiri, hubungan kita dengan orang lain, dan perjalanan hidup kita. Bono, dengan kejujuran dan humornya, mengajak kita untuk menghadapi masa lalu, menerima masa kini, dan menatap masa depan dengan optimisme.

Film ini juga mengingatkan kita bahwa di balik kesuksesan dan ketenaran, ada manusia biasa dengan ketidaksempurnaan dan kerentanannya. Dengan berbagi ceritanya, Bono memberikan kita keberanian untuk membuka diri, jujur pada diri sendiri, dan merangkul semua aspek dari diri kita.

Jadi, siapkan camilan favoritmu, atur streaming di Apple TV+, dan bersiaplah untuk perjalanan emosional bersama Bono. Siapa tahu, kamu akan menemukan sesuatu yang baru tentang dirimu sendiri dalam prosesnya. Mungkin, kita semua perlu sedikit "Surrender" dalam hidup kita.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

AU Deals: Diskon Gila Game-Game Mantap: Death Stranding 2, GT7, Final Fantasy, COD, Helldivers, dan Lainnya!

Next Post

Parkir Nontunai Pramono: Berantas Pungli Jakarta