Bayangkan lulus kuliah dengan gelar yang super spesifik, seperti ahli energi nuklir, hanya untuk menyadari bahwa negara tempat tinggalmu belum memiliki satu pun pembangkit listrik tenaga nuklir. Tentu saja, itu seperti menyiapkan resep masakan bintang Michelin tapi tidak punya kompor. Situasi ini mungkin terdengar seperti lelucon satir dari sebuah sitkom, namun bagi sebagian orang, inilah realita yang harus dihadapi di awal karier. Cerita seorang wanita bernama Bouchra ini bukan hanya tentang menavigasi labirin dunia profesional yang unik, tetapi juga tentang bagaimana kegigihan dan sedikit keberuntungan bisa mengubah rintangan menjadi “level up” epik dalam dunia keamanan nuklir.
## Lulusan Nuklir Tanpa Nuklir: Misi Mustahil?
Pada tahun 1993, setelah menamatkan pendidikan dari Ecole Mohammadia des Ingénieurs, Bouchra dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar dari tesis kelulusannya: mencari pekerjaan. Ironisnya, ia harus menemukan peluang karier di Maroko, sebuah negara yang saat itu belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini bukan sekadar mencari jarum dalam tumpukan jerami, melainkan mencari jarum yang belum pernah dibuat di tumpukan jerami yang entah bagaimana juga belum ada.
Awal perjalanannya dimulai di Kementerian Perindustrian, sebuah langkah yang mungkin terasa sedikit melenceng dari gelar nuklirnya. Namun, bagi seorang visioner, setiap pintu adalah kesempatan untuk melihat koridor baru. Perhentian pertamanya ini adalah pondasi tak terduga yang membentuk bagaimana ia akan berkontribusi di masa depan.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1995, Bouchra bergabung dengan Pusat Nasional untuk Perlindungan Radiasi. Di sinilah ia mulai menyelaraskan keahliannya dengan kebutuhan yang ada, fokus pada pemantauan lingkungan radiologi dan fungsi regulasi. Pekerjaan ini mungkin terdengar teknis dan serius, namun setiap deteksi radiasi yang sukses adalah seperti seorang detektif yang berhasil memecahkan kasus tanpa harus berhadapan dengan ledakan dramatis.
Peran tersebut secara tidak langsung menanamkan benih pemahaman tentang pentingnya keselamatan dan pengawasan. Ini adalah fase di mana ia mulai membangun fondasi yang kokoh, meskipun mungkin belum menyadari bahwa “panggung” besarnya masih menunggu di balik tirai. Setiap regulasi yang disusun adalah seperti kode etik awal untuk arena keamanan yang lebih besar di masa depan.
Perjalanan Bouchra menjadi lebih menarik pada tahun 2006, ketika ia menghadiri kursus pelatihan tentang perlindungan fisik di Libya. Di sinilah, di tengah padang pasir pengetahuan, ia pertama kali bersinggungan dengan konsep keamanan nuklir. Ini adalah momen “A-ha!” yang mengubah segalanya, seolah sebuah peta harta karun baru tiba-tiba muncul di hadapannya.
## Otak Anti-Nuklir Jadi Pahlawan Nuklir
“Saya menemukan bidang baru, dan saya sangat terpesona,” ungkapnya. Pernyataan ini menunjukkan betapa sebuah pertemuan tak terduga bisa menyalakan api gairah yang terpendam. Dari situlah, misi hidupnya tidak hanya menemukan pekerjaan, melainkan membangun sebuah karier yang punya dampak signifikan, bahkan jika itu berarti terjun ke area yang baru.
Gairah baru ini mendorongnya untuk mencari pelatihan lebih lanjut dengan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) dan Departemen Energi AS. Ini bukan hanya sekadar mengambil kursus tambahan, melainkan sebuah investasi serius dalam pengembangan diri. Langkah ini mirip dengan seorang gamer yang terus berlatih dan mengumpulkan _skill_ baru untuk misi yang lebih sulit.
Dedikasi Bouchra membuahkan hasil, dan ia kemudian menjadi perwakilan Maroko dalam Global Threat Reduction Initiative. Peran ini menempatkannya di garis depan upaya global untuk mengurangi ancaman nuklir, sebuah lompatan besar dari pemantauan radiasi menjadi arsitek keamanan internasional. Ini adalah bukti bahwa peluang akan selalu ada bagi mereka yang berani mencarinya.
Tentu saja, perjalanan ini tidak mulus tanpa hambatan. Sebagai seorang ibu muda, Bouchra harus belajar menyeimbangkan ambisi karier dengan tanggung jawab keluarga. Ini adalah tantangan universal yang banyak dialami, seolah mencoba menjadi seorang _superhero_ sekaligus mengelola taman kanak-kanak.
“Saya menunda karier saya selama tujuh atau delapan tahun ketika anak-anak saya masih kecil,” ujarnya. Keputusan ini menunjukkan prioritas yang kuat dan pemahaman akan pentingnya _work-life balance_, bahkan jika itu berarti harus menekan tombol _pause_ pada progres profesionalnya. Penundaan ini bukan kemunduran, melainkan investasi jangka panjang pada kebahagiaan pribadinya.
## Dari Mode Diam ke Mode Pimpinan
Namun, penantian itu tidak sia-sia. Ketika kesempatan muncul pada tahun 2016 untuk memimpin Departemen Keamanan dan Pengamanan Nuklir di Badan Keselamatan dan Keamanan Nuklir dan Radiologi Maroko yang baru didirikan, ia tidak ragu untuk mengambilnya. Ini seperti seorang pemain yang sudah lama menyimpan _ultimate skill_ dan akhirnya mendapat kesempatan untuk menggunakannya di saat yang paling tepat.
Dalam peran barunya ini, Bouchra tidak hanya memimpin, tetapi juga menjadi arsitek fondasi keamanan nuklir Maroko. Ia merancang berbagai regulasi, membangun sistem lisensi, dan berkontribusi pada implementasi pengamanan komprehensif IAEA serta protokol tambahan di Maroko. Setiap dokumen dan sistem yang ia ciptakan adalah benteng pertahanan digital dan fisik yang baru.
Tindakan-tindakannya ini bukan hanya sekadar pekerjaan administrasi, melainkan upaya visioner untuk memastikan Maroko memiliki kerangka kerja keamanan nuklir yang kuat dan sesuai standar internasional. Ini menunjukkan bahwa bahkan di balik layar, ada pahlawan tanpa jubah yang membangun sistem pertahanan untuk masa depan.
Kisah Bouchra menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju karier impian bisa jadi berliku, penuh dengan tantangan yang tak terduga, dan terkadang mengharuskan kita untuk menunda beberapa hal. Namun, dengan kegigihan, kemampuan untuk beradaptasi, dan keberanian untuk meraih kesempatan, siapa pun bisa mengukir jejaknya sendiri, bahkan di bidang yang paling unik dan krusial seperti keamanan nuklir. Dari ahli tanpa reaktor hingga pimpinan garda terdepan, ia membuktikan bahwa batas hanyalah persepsi.