Siapa bilang selera itu mutlak? Sama kayak kopi, ada yang suka pahit, ada yang lebih milih latte dengan foam artistik. Dalam dunia gaming pun begitu. Bayangkan, seorang novelis fantasi sekelas Brandon Sanderson ternyata punya guilty pleasure yang cukup kontroversial di kalangan gamer. Dark Souls 2, game yang seringkali jadi bahan perdebatan sengit, ternyata punya tempat spesial di hatinya.
Dark Souls sendiri sudah jadi franchise yang mendefinisikan ulang genre action RPG. Tingkat kesulitannya yang sadis, desain level yang rumit, dan atmosfer yang kelam bikin ketagihan (sekaligus frustrasi). Tapi, Dark Souls 2 beda cerita. Dengan director yang berbeda, banyak gamer merasa ada sesuatu yang hilang dari formula yang sudah mapan.
Brandon Sanderson: Bukan Cuma Penulis Fantasi Biasa
Brandon Sanderson, bagi yang belum kenal, adalah dewa-nya fantasi modern. Karyanya seperti Mistborn dan Stormlight Archive dikenal karena world-building yang detail, sistem sihir yang unik, dan karakter-karakter yang kompleks. Tapi, siapa sangka, di balik kesibukannya menciptakan dunia fantasi yang luas, dia juga seorang gamer sejati.
Sanderson nggak cuma main game buat hiburan semata. Dia mengaku bahwa game, terutama video game RPG, sering jadi inspirasi dalam proses kreatifnya. Dia belajar banyak tentang storytelling, character development, dan world-building dari game-game yang dia mainkan. Bahkan, beberapa karyanya terinspirasi langsung dari pengalaman bermain game. Ini bukti bahwa gaming dan literasi bisa berjalan beriringan.
Mengapa Dark Souls 2 Begitu Kontroversial?
Dark Souls 2 sering disebut sebagai “anak tiri” dari keluarga Dark Souls. Alasannya beragam. Mulai dari perubahan mekanik yang dianggap aneh, desain level yang kurang memuaskan, hingga lore yang kurang koheren dibandingkan dengan seri lainnya. Beberapa gamer bahkan menyebutnya sebagai soulslike yang disguise sebagai Dark Souls.
- Adaptasi yang Lebih Lambat: Dibandingkan game Soulsborne lainnya, Dark Souls 2 memaksa pemain untuk lebih sabar dan taktis. Agresi berlebihan seringkali berujung pada kematian.
- Desain Level yang Bervariasi: Level di Dark Souls 2 sering dikritik karena kurangnya interconnectedness dan desain yang kurang menantang.
- Sistem Adaptability (ADP): Status ini memengaruhi i-frames saat rolling, sehingga pemain harus grinding untuk menaikkannya agar bisa dodge serangan dengan efektif.
Meskipun begitu, Dark Souls 2 juga punya fans setia yang membela game ini habis-habisan. Mereka berpendapat bahwa game ini punya keunikan tersendiri yang membuatnya berbeda dari seri lainnya. Dark Souls 2 menawarkan gameplay yang lebih strategis dan eksplorasi yang lebih bebas.
Pembelaan Sang Novelis: Apa yang Sanderson Lihat di Dark Souls 2?
Sanderson sendiri mengakui bahwa Dark Souls 2 punya reputasi yang buruk di kalangan fans. Tapi, dia nggak peduli. Baginya, game ini tetap punya daya tarik tersendiri. Dia bahkan menyebutkan Dark Souls 2 sebagai salah satu game Soulsborne favoritnya, selain Bloodborne.
“Saya memilih Bloodborne, meskipun sebenarnya bisa saja game Soulsborne mana pun, bahkan Dark Souls 2, yang saya sangat suka, meskipun reputasinya di kalangan fandom begitu,” kata Sanderson. Pengakuan ini tentu saja mengejutkan banyak gamer. Tapi, apa sebenarnya yang Sanderson lihat di Dark Souls 2?
Fleksibilitas dalam Character Building: Dark Souls 2 menawarkan opsi character building yang lebih beragam. Pemain bisa bereksperimen dengan berbagai macam build dan playstyle.
Konten yang Melimpah: Dark Souls 2 punya konten yang sangat banyak, termasuk DLC yang berkualitas tinggi. Ini memberikan replayability yang tinggi bagi para pemain.
Komunitas yang Solid: Meskipun kontroversial, Dark Souls 2 punya komunitas online yang solid dan suportif. Para pemain saling membantu dan berbagi tips untuk menaklukkan game ini.
Bukan Soal Bagus atau Jelek, Tapi Soal Selera
Pada akhirnya, preferensi terhadap sebuah game itu subjektif. Apa yang dianggap bagus oleh seseorang, bisa jadi dianggap jelek oleh orang lain. Dark Souls 2 mungkin bukan game yang sempurna, tapi dia punya tempat spesial di hati sebagian gamer, termasuk Brandon Sanderson.
Jangan heran kalau suatu saat nanti, kamu menemukan referensi dari Dark Souls 2 di salah satu novelnya. Siapa tahu, sistem sihir di dunia Cosmere terinspirasi dari build aneh yang pernah dia coba di Dark Souls 2.
Memeluk Kontroversi: Pelajaran dari Dark Souls 2
Kisah Dark Souls 2 mengajarkan kita untuk tidak takut berbeda. Jangan biarkan opini mayoritas memengaruhi selera kita. Kalau kita suka sesuatu, nikmati saja. Toh, yang main game kan kita, bukan orang lain.
Bahkan, kontroversi bisa jadi hal yang positif. Tanpa kontroversi, tidak akan ada diskusi, tidak akan ada inovasi. Dark Souls 2, dengan segala kekurangannya, telah memicu perdebatan yang panjang dan sengit di kalangan gamer. Ini membuktikan bahwa game ini punya dampak yang signifikan, meskipun tidak selalu positif.
Jadi, lain kali kalau ada teman yang mengejek kamu karena suka Dark Souls 2, jangan minder. Angkat dagumu tinggi-tinggi dan katakan, “Brandon Sanderson aja suka, masa gue nggak boleh?” Siapa tahu, dia jadi penasaran dan akhirnya ikut jatuh cinta sama game ini. Dan kalaupun dia tetap nggak suka, ya sudah, nggak masalah. Yang penting, kamu tetap menikmati gaming dengan caramu sendiri.
Ingat, dunia gaming itu luas dan penuh dengan kejutan. Jangan terpaku pada satu genre atau satu franchise saja. Cobalah game-game baru, jelajahi dunia-dunia yang belum pernah kamu lihat sebelumnya. Siapa tahu, kamu menemukan guilty pleasure baru yang lebih kontroversial dari Dark Souls 2.
Intinya, gaming itu tentang having fun. Jadi, jangan terlalu serius. Nikmati saja permainannya. Dan kalau ada yang bilang kamu noob, abaikan saja. Toh, semua orang pernah jadi noob pada awalnya. Yang penting, kamu terus belajar dan berkembang. Siapa tahu, suatu saat nanti kamu bisa jadi pro gamer yang dibayar untuk main game.
Akhir kata, jangan malu dengan selera gaming kamu. Kalau kamu suka Dark Souls 2, ya sudah, suka saja. Nggak ada yang salah dengan itu. Bahkan, Brandon Sanderson pun mendukungmu. Dan ingat, dalam dunia gaming, yang penting adalah fun. Jadi, mainkan game yang kamu suka dan jangan biarkan orang lain merusak kesenanganmu. Selamat gaming!