Siapa bilang rocker nggak punya sisi melankolis? Bruce Dickinson, sang vokalis Iron Maiden, membuktikan sebaliknya. Selain dikenal dengan teriakan mautnya dan aksi panggungnya yang energik, ternyata doi juga punya album solo yang, well, agak underrated. Tapi tenang, sejarah akan segera ditebus!
Nostalgia Rock ‘n' Roll: "Balls To Picasso" Lahir Kembali
Tahun 1994, setelah rehat sejenak dari Iron Maiden (tenang, doi balik lagi kok tahun 1999), Bruce Dickinson merilis album solo keduanya, "Balls To Picasso." Judulnya memang agak nyeleneh, terinspirasi dari seniman kubisme Picasso yang karyanya menampilkan objek bulat dalam bentuk kotak (agak maksa ya?). Tapi jangan salah, album ini justru mengukuhkan reputasi Dickinson sebagai solois yang serius.
Album ini merupakan kolaborasi pertamanya dengan Roy "Z" Ramirez, direkam bersama bandnya, Tribe of Gypsies, dan diproduseri oleh Shay Baby. "Balls To Picasso" awalnya berisi lagu-lagu klasik yang sering dibawakan live, termasuk single "Tears Of The Dragon" dan "Shoot All The Clowns," serta "Laughing In The Hiding Bush," yang tadinya jadi judul albumnya. Bisa dibilang, tracklist yang cukup solid.
Meskipun mendapat sambutan positif, Dickinson merasa album tersebut belum sepenuhnya mencerminkan visinya. Nah, sekarang, dengan kebebasan untuk meninjau kembali katalog solonya (dan kesuksesan album terbarunya, "The Mandrake Project"), Dickinson memutuskan untuk memberikan makeover total pada "Balls To Picasso." Hasilnya? "More Balls To Picasso"!
"More Balls To Picasso": Lebih Gahar, Lebih Ambisius!
"More Balls To Picasso" bukan sekadar remaster, tapi reimagining. Album ini direkam ulang sebagian, di-remix, dan di-master ulang, menjadikannya terasa segar dan kontemporer. Ini adalah koleksi lagu yang diracik dan dieksekusi dengan sangat matang. Anggap saja ini versi director's cut dari album yang sudah kita kenal.
Menurut Dickinson, ide ini muncul saat mem-mix seluruh katalognya ke dalam format Dolby Atmos. Timbul keinginan untuk mengunjungi kembali dan menginvent album tersebut. "Jadi, memasukkan more balls ke dalam ‘Balls…' adalah sebuah labor of love," ujarnya. Tentunya, gitar dipermak habis-habisan oleh shredder asal Swedia, Philip Näslund.
Sentuhan magis juga ditambahkan oleh Adassi Addasi pada "Tears…", serta aransemen orkestra yang memukau dari komposer Brasil, Antonio Teoli. Bahkan, Antonio menambahkan instrumen tradisional Amazon (yang direkam sendiri saat tinggal di sana!) di awal lagu "Gods Of War". Unik banget, kan?
Apa Saja Perbedaan yang Bikin Penasaran?
Lagu "Shoot All The Clowns" kini diperkaya dengan horn section dari Berklee College Of Music. Seluruh album juga mendapatkan sentuhan mix dari Brendan Duffey (yang juga bekerja di "The Mandrake Project"), dengan masukan dari Shay Baby, father dari album aslinya. Bisa dibilang, ini kolaborasi lintas generasi!
Selain itu, "More Balls To Picasso" menyertakan dua track yang belum pernah dirilis sebelumnya, direkam live in the studio: "Gods Of War" dan "Shoot All The Clowns." Cocok banget buat para kolektor dan penggemar berat Dickinson. Album ini tersedia dalam format splatter vinyl ganda dan CD digisleeve tiga panel. Jadi, siap-siap merogoh kocek ya!
Berikut track listing lengkap dari "More Balls To Picasso":
- Cyclops
- Hell No
- Gods Of War
- 1000 Points Of Light
- Laughing In The Hiding Bush
- Change Of Heart
- Shoot All The Clowns
- Fire
- Sacred Cowboys
- Tears Of The Dragon
- Gods Of War (live in the studio)*
- Shoot All The Clowns (live in the studio)*
Previously unreleased
"The Mandrake Project Live 2025": Tur Amerika Utara yang Dinanti-Nanti
Musim panas ini, Dickinson akan menggelar tur solo ekstensif pertamanya di Amerika Utara dalam hampir 30 tahun, untuk mendukung album terbarunya, "The Mandrake Project." Setlist-nya akan mencakup seluruh perjalanan karir solonya. Bayangkan, lagu-lagu dari album lama dan baru digabung jadi satu!
"The Mandrake Project Live 2025" akan dimulai di Anaheim, California pada 22 Agustus, dan membawa bandnya melintasi Amerika Utara, termasuk pertunjukan di New York, Los Angeles, Texas, Florida, dan Kanada. Ada juga penampilan di festival Rocklahoma (Oklahoma) dan Louder Than Life (Kentucky). Tur ini juga akan mampir ke Brasil untuk festival bergengsi The Town di São Paulo. Global banget!
Dickinson akan ditemani oleh band yang sama seperti di tahun 2024: Dave Moreno (drums), Mistheria (keyboards), dan Tanya O'Callaghan (bass), serta tambahan baru, Philip Näslund (gitar) dan Chris Declercq (gitar). Sayangnya, Roy Z tidak ikut tur kali ini. Tapi, jangan sedih, guys!
Roy sendiri memiliki peran penting dalam "Balls To Picasso" dan memproduseri, menulis bersama, serta memainkan berbagai instrumen di empat album solo Dickinson berikutnya. Salah satunya adalah "The Mandrake Project" (2024), yang juga mendapatkan sentuhan magisnya.
"The Mandrake Project", yang dirilis pada 1 Maret 2024 melalui BMG, direkam di Doom Room Los Angeles, dengan Roy Z berperan ganda sebagai gitaris dan bassist. Selain Roy Z, Mistheria dan Moreno juga terlibat dalam rekaman album ini, sama seperti di "Tyranny Of Souls" (2005).
Dari "The Number Of The Beast" hingga "More Balls To Picasso," perjalanan musik Bruce Dickinson memang penuh kejutan. Tapi yang pasti, semangat rock ‘n' roll-nya nggak pernah pudar. "More Balls To Picasso" adalah bukti bahwa bahkan album yang sudah lama pun bisa diberi nyawa baru. Jadi, siap-siap gebrak-gebrak meja!