Bruce Springsteen, sang legenda yang abadi, sepertinya punya lebih banyak materi yang disimpan daripada utang pinjol mahasiswa akhir bulan. Di tahun 2025 ini saja, kita sudah dibombardir dengan box set, film, reuni, buku, dan entah apa lagi. Apakah ini pertanda kiamat kecil bagi dompet para kolektor? Atau justru surga dunia bagi para penggemar setia?
Mari kita bedah satu per satu amunisi yang disiapkan oleh sang Boss. Pertama, ada Nebraska ’82: Expanded Edition, sebuah kotak pandora yang berisi materi-materi yang selama ini hanya jadi bisikan di kalangan fans. Ada outtakes, versi awal dari lagu-lagu legendaris seperti “Born in the U.S.A.” dan “Downbound Train”, sesi “electric Nebraska” yang melegenda, dan rekaman konser perdana album Nebraska secara utuh. Kurang apa coba?
Konser yang direkam di Count Basie Theatre, New Jersey ini, menampilkan Springsteen dengan dukungan Larry Campbell dan Charlie Giordano. Tujuannya? Mencoba menangkap kembali aura “spooky” dari album aslinya. “Kami beruntung bisa mengajak Larry Campbell dan Charlie Giordano untuk membantu dengan instrumen minimalis di rekaman ini,” kata Springsteen. Salah satu lagu dari konser tersebut, “Open All Night” versi solo, sudah dirilis dan bisa dinikmati.
Selain itu, 50 tahun setelah wajahnya menghiasi sampul majalah Time (bersamaan dengan Newsweek), Springsteen kembali mejeng di majalah yang sama. Sebuah momen yang membuatnya merenung tentang perbedaannya dengan orang-orang yang tumbuh bersamanya. Tapi, bukan Springsteen namanya kalau tidak menyuarakan pendapatnya tentang isu politik. Ia tak ragu mengkritik Donald Trump, tapi juga memberikan sindiran pedas kepada Partai Demokrat. Wah, berani betul!
Ketika Springsteen Jadi Lebih Kontroversial dari Drakor
Springsteen memang bukan tipe selebriti yang cuma bisa nyanyi dan goyang. Ia punya pandangan yang jelas tentang politik dan tak takut untuk menyuarakannya, bahkan jika itu membuatnya dicap “overrated” oleh Trump. Tapi, bagi Springsteen, ada hal yang lebih penting daripada sekadar popularitas. Ia melihat Trump sebagai personifikasi dari amandemen ke-25 dan pemakzulan. “Jika Kongres punya nyali, dia akan dibuang ke tempat sampah sejarah,” ujarnya.
Tapi tenang, artikel ini bukan arena debat politik. Kita kembali ke dunia musik. Dalam wawancara yang sama, Springsteen mengisyaratkan kemungkinan tur dengan E Street Band dan konser solo. Dan yang paling menarik, ia berencana merilis Tracks 3, sebuah box set yang berisi materi-materi yang belum pernah dirilis sebelumnya. Salah satunya adalah versi “I Want You” milik Bob Dylan yang disebut “lambat dan menghipnotis”. Penasaran?
Semua ini tentu saja membuat para penggemar Springsteen menjerit kegirangan. Tapi, di sisi lain, ada juga yang mungkin merasa kewalahan dengan banyaknya materi yang dirilis. Apakah ini strategi untuk terus relevan di era digital? Atau sekadar cara untuk memanfaatkan nostalgia para penggemar?
Nostalgia Springsteen: Antara Berkah dan Kutukan
Nostalgia memang punya daya tarik yang kuat. Ia bisa membawa kita kembali ke masa lalu, ke kenangan indah yang mungkin sudah terlupakan. Tapi, nostalgia juga bisa jadi jebakan. Kita bisa terjebak dalam romantisme masa lalu dan kehilangan kemampuan untuk melihat masa depan.
Dalam kasus Springsteen, nostalgia adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menghidupkan kembali karya-karya klasiknya dan memperkenalkan mereka kepada generasi baru. Di sisi lain, ia bisa membuatnya terjebak dalam formula yang sama dan kehilangan inovasi. Pertanyaannya, apakah Springsteen mampu menyeimbangkan antara nostalgia dan inovasi?
Album Nebraska sendiri adalah contoh yang menarik. Album ini direkam dengan peralatan sederhana dan memiliki aura yang gelap dan intim. Ia sangat berbeda dengan album-album Springsteen sebelumnya yang lebih megah dan anthemic. Album ini adalah bukti bahwa Springsteen berani mengambil risiko dan bereksperimen.
Nebraska ’82: Expanded Edition adalah kesempatan untuk melihat lebih dekat proses kreatif di balik album tersebut. Kita bisa mendengar versi awal dari lagu-lagu yang sudah kita kenal dan melihat bagaimana mereka berkembang menjadi karya yang utuh. Kita juga bisa mendengar sesi “electric Nebraska” yang selama ini hanya jadi legenda. Apakah sesi ini akan mengubah pandangan kita tentang album Nebraska? Atau justru mengukuhkan keunikan album tersebut?
Apakah Springsteen Akan Jadi Kayak Franchise Film yang Didaur Ulang Terus?
Dengan semua materi yang dirilis ini, kita jadi bertanya-tanya: apakah Springsteen akan terus menggali arsipnya sampai kering? Apakah ia akan menjadi seperti franchise film yang terus didaur ulang tanpa henti? Atau apakah ia masih punya kejutan yang bisa membuat kita ternganga?
Jawabannya mungkin ada di Tracks 3. Jika box set ini berisi materi-materi yang benar-benar baru dan segar, maka Springsteen masih punya potensi untuk mengejutkan kita. Tapi, jika ia hanya berisi materi-materi yang sudah kita dengar sebelumnya, maka kita mungkin akan merasa sedikit kecewa.
Tapi, satu hal yang pasti: Springsteen adalah legenda. Ia telah memberikan kontribusi yang besar bagi dunia musik dan telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Ia adalah ikon yang akan terus dikenang sepanjang masa. Jadi, mari kita nikmati saja semua materi yang ia rilis, sambil berharap bahwa ia masih punya kejutan di masa depan.
Pada akhirnya, semua kembali ke selera masing-masing. Ada yang mungkin merasa senang dengan semua materi yang dirilis Springsteen. Ada juga yang mungkin merasa lebih baik mendengarkan album-album klasiknya saja. Tapi, satu hal yang pasti: Bruce Springsteen adalah fenomena yang patut untuk diperhatikan. Ia adalah bukti bahwa musik bisa menjadi lebih dari sekadar hiburan. Ia bisa menjadi cermin dari kehidupan dan refleksi dari zaman.
Jadi, siapkan dompetmu, para penggemar Springsteen! Karena tahun 2025 sepertinya akan menjadi tahun yang sibuk dan mahal. Tapi, siapa tahu, di antara semua materi yang dirilis, ada permata tersembunyi yang akan membuatmu ternganga. Siap berburu?