Dulu, kita kenal Bruce Springsteen dari lagu-lagu hits yang bikin semangat ngebut di jalan tol. Tapi, pernah gak sih kita mikir, ada lagu-lagu lain dari The Boss yang mungkin lebih jujur, lebih dalam, tapi gak seberuntung "Born to Run" atau "Dancing in the Dark"? Ternyata, ada harta karun yang terpendam, sebuah dunia tersembunyi yang baru-baru ini mulai diungkap ke publik. Kita kayak nemu harta karun di loteng nenek, isinya bukan cuma kenangan tapi juga vibe yang beda banget.
Musik itu kayak bawang bombay, lapis demi lapisnya punya cerita sendiri. Album-album yang dirilis itu kayak lapisan paling luar, yang kita lihat di supermarket. Tapi, di baliknya, ada lapisan-lapisan lain, ide-ide mentah, eksperimen yang gak jadi, dan kadang, justru di situlah keajaiban sebenarnya berada. Itulah yang ditawarkan oleh koleksi lagu-lagu yang gak sempat dirilis ini.
Koleksi "lagu-lagu yang hilang" ini kayak behind the scenes dari sebuah film blockbuster. Kita bisa lihat proses kreatifnya, keraguan senimannya, dan ide-ide yang akhirnya diputuskan untuk gak dipakai. Kenapa gak dipakai? Mungkin gak cukup komersil, mungkin terlalu pribadi, atau mungkin…belum waktunya.
Nah, di sinilah paradoksnya muncul. Seringkali, musik yang paling essential itu bukan yang paling familiar. Bayangin aroma rumah masa kecil temanmu yang tercium samar di antara angin sepoi-sepoi. Nostalgik, kan? Sama kayak sensasi dengerin lagu "Under a Big Sky," yang membuka album Somewhere North of Nashville (1995). Bikin kangen tapi juga penasaran.
Kenapa Somewhere North of Nashville disimpan rapat-rapat? Padahal di dalamnya ada cover song Johnny Rivers "Poor Side of Town", versi country dari B-sides Born in the U.S.A, dan lagu rockabilly "Repo Man," "Detail Man," dan "Delivery Man". Mungkin karena saat itu bukan waktu yang tepat untuk bereksperimen. Kita tahu kan, industri musik itu kadang kayak pacar yang moody.
Album Perfect World, kumpulan lagu rock mid-tempo juga bernasib sama. Lagu-lagunya oke, tapi kurang distinctive dibanding materi Springsteen di era itu. Mungkin nasibnya mirip kita pas lagi milih outfit buat kondangan: banyak yang bagus, tapi yang bener-bener bikin statement cuma sedikit.
Koleksi lagu-lagu ini bukan cuma soal musik, tapi juga soal emosi. Kadang, seorang seniman harus menulis dirinya sendiri keluar dari kebuntuan. Kayak lagi stuck di traffic jam dan harus nyari jalan tikus.
Menelusuri "Streets of Philadelphia Sessions"
Ini dia momen penting. Streets of Philadelphia Sessions itu kayak terapi musik buat Springsteen. Setelah masa sulit di awal 90-an, dia mencoba memanfaatkan momentum lagu Oscar-nya untuk film Philadelphia. Dia bikin studi karakter lebih dalam, menggali kisah cinta tragis yang penuh pengabdian dan kehancuran.
Lagu "One Beautiful Morning" jadi bukti. Liriknya sederhana tapi ngena: "We give our hearts to mystery." Di lagu lain, dia ngeksplorasi perbandingan cinta dengan penyakit, mimpi terbang tapi malah merangkak, mencari bagian yang hilang dari diri sendiri di mata orang lain, dan akhirnya merasa semakin hancur. Duh, dalem banget!
Mungkin Springsteen khawatir materi ini bakal diinterpretasi gimana sama penggemar atau keluarganya. Mungkin dia ngerasa terlalu personal. Makanya, lagu-lagu ini disimpan dan diganti dengan album Greatest Hits yang lebih mainstream. Kadang, jadi seniman itu kayak influencer: harus mikirin image.
Tapi, justru album Greatest Hits itulah yang jadi pintu masuk buat banyak fans baru, termasuk saya, di akhir 90-an. Kalo waktu itu yang dirilis malah lagu-lagu dark ini, mungkin ceritanya bakal beda. Untungnya, timing itu penting banget, kayak milih timing yang pas buat ngajak gebetan nge-date.
Lagu-Lagu yang Menghantam Jiwa: "The Farewell Party" & "Maybe I Don't Know You"
Dua lagu yang paling bikin saya merinding adalah "The Farewell Party" dan "Maybe I Don't Know You." "The Farewell Party" itu balada menyentuh tentang mimpi transfigurasi dan kehidupan tanpa kegagalan. Sementara "Maybe I Don't Know You" itu creeping rocker dengan drum loop yang mengingatkan saya pada Godflesh. Beda banget, kan?
"Maybe I Don't Know You" nyeritain drama noir tentang asmara yang kandas, dibayangi perubahan yang gak bisa dijelasin. Liriknya ngena banget: "Is it something new? Or just something you always hid?" Sebelum akhirnya nyampe ke chorus: "Maybe I don't know you like I thought I did." Kayak lagi ngalamin quarter life crisis dan sadar ternyata orang yang kita kenal selama ini beda banget.
Harta Karun Musik: Lebih dari Sekadar Lagu
Begitu kebaruan dari koleksi lagu-lagu ini mulai memudar, baru deh kita sadar: ini bukan cuma soal lagu, tapi juga soal proses pencarian jati diri. Kayak lagi baca buku self-help, tapi versinya Bruce Springsteen.
Jadi, Apa yang Bisa Kita Pelajari dari "Lagu-Lagu yang Hilang"?
Mungkin, setelah sekian lama, kita baru mulai saling mengenal. Kayak hubungan pertemanan yang udah lama tapi baru mulai deep talk. Ini juga berlaku buat hubungan kita dengan musik. Jangan cuma dengerin lagu yang hits, tapi coba gali lebih dalam. Siapa tahu, di balik lagu yang gak terkenal, ada pesan yang lebih bermakna buat kita.
Musik itu kayak cermin. Dia bisa merefleksikan diri kita, membantu kita memahami perasaan kita, dan memberi kita perspektif baru. "Lagu-lagu yang hilang" ini adalah bukti bahwa seorang seniman juga manusia biasa, dengan keraguan, ketakutan, dan keinginan untuk terus berkembang.
Jadi, lain kali kalo kamu lagi dengerin lagu favoritmu, coba deh cari tahu lebih banyak tentang senimannya. Siapa tahu, kamu bakal nemuin harta karun tersembunyi yang bisa mengubah hidupmu. Siapa tahu, lagu yang hilang itu justru yang paling kamu butuhkan.