Dark Mode Light Mode

Ca7riel dan Paco Amoroso: Duo Argentina Mendobrak Machismo dalam Musik Pop yang Terlalu Takut Menyinggung

Siapa bilang musik Argentina itu cuma tango dan dulce de leche? Siapkan telinga kalian karena ada duo absurd yang siap mengguncang dunia permusikan: Ca7riel dan Paco Amoroso. Setelah penampilan Tiny Desk Concert mereka viral, kini mereka keliling dunia, dari London sampai Jepang, bikin banyak orang bertanya-tanya, "Ini musik apa, sih?!"

Ca7riel & Paco Amoroso: Duo "Degenerados" dari Argentina

Ca7riel (Catriel Guerreiro) dan Paco Amoroso (Ulises Guerriero) bukan teman baru kemarin sore. Mereka sudah kenal sejak SD! Awalnya, Ca7riel bermimpi jadi guitar hero ala Steve Vai, sementara Paco pengen jadi rock star dengan gebukan drumnya. Mereka sempat membentuk band funk-rock bernama Astor, tapi sayangnya kurang laku. Lalu, trap music datang menyelamatkan mereka (dan dunia).

Mereka melihat YouTube sebagai lahan subur untuk menunjukkan eksistensi. "Kami melihat peluang untuk dilihat oleh semua orang," kata Amoroso. Mereka mulai merilis lagu sebagai duo, sempat bubar di tahun 2020, lalu reuni di tahun 2023. Untungnya, mereka merasa lebih "berani" saat berduet.

Genre? Kami Tidak Kenal Genre!

Musik mereka itu seperti playlist yang diacak: ada funk-pop, nu-metal, electro-house ala Charli XCX, bahkan sentuhan dubstep dan EDM. Di tengah dominasi reggaeton di Amerika Selatan, Ca7riel dan Paco Amoroso dengan bangga (dan sedikit nakal) menolak untuk diklasifikasikan. Mereka menyebut diri mereka "degenerados", bukan cuma berarti "orang-orang bejat", tapi juga "tidak memiliki genre" dan "tidak memiliki gender".

Album debut mereka, Baño María (2024), bahkan lebih electronic dari yang diperkirakan. Ini membuktikan bahwa mereka tidak takut bereksperimen dan selalu berusaha memberikan kejutan. Jadi, jangan harap kalian bisa menebak apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Lebih dari Sekadar Lirik "Nakal"

Lirik mereka memang seringkali crude, lucu, dan kadang bikin geleng-geleng kepala. Tapi, di balik itu, ada pesan yang ingin mereka sampaikan. Mereka suka bermain dengan "kejujuran, keabsurdan, dan kontradiksi". "Kami selalu bersenang-senang dan mencoba membingungkan orang," kata Amoroso.

Banyak penggemar baru yang terkejut ketika mengetahui bahwa musik mereka jauh lebih kompleks daripada yang mereka kira. Mereka tidak hanya sekadar merilis lagu-lagu catchy dengan lirik yang provokatif. Mereka juga ingin mengkritik industri musik dan ekspektasi masyarakat.

Menantang Ekspektasi: Maskulinitas dan Lainnya

EP terbaru mereka, Papota, yang merupakan bahasa gaul Argentina untuk "terpompa steroid", menyindir industri musik dan citra diri. Lagu "#Tetas" menceritakan tentang produser musik fiktif di Miami yang menyuruh mereka untuk berotot, bernyanyi dalam bahasa Inggris, dan viral di TikTok agar bisa menang Latin Grammy.

Mereka merasa tekanan itu, tapi mereka mengincar lebih dari sekadar dunia Latin pop. Mereka bahkan berkolaborasi dengan produser elektronik Inggris, Fred Again. Mereka mengenakan muscle suit dalam penampilan mereka di Tonight Show with Jimmy Fallon sebagai bentuk sindiran terhadap tekanan pada pria Latin untuk tampil sempurna.

"Ada tekanan bagi pria Latin, terutama seniman, untuk terlihat seperti action figure. Perut six-pack, garis rahang sempurna, penuh dengan machismo," kata mereka. Mereka menggunakan filter "chad" di visual mereka, tampil telanjang di hot tub di sampul Baño María, dan kadang-kadang berciuman di akhir pertunjukan mereka. "Kami tidak anti-tubuh, kami anti-kotak," tambah mereka.

Bukan Soal Grammy, Tapi Soal Kebebasan Berekspresi

"Musik pop bisa sangat dipoles, sangat takut untuk menyinggung, tapi kami ingin menyentuh ekspektasi: tentang maskulinitas, tentang genre, tentang bagaimana seorang seniman Latin seharusnya terlihat atau terdengar," jelas mereka. Bagi mereka, musik adalah tentang kebebasan berekspresi dan menantang norma-norma yang ada.

Mereka tidak malu untuk membuat lagu-lagu yang "norak" seperti "#Tetas" dengan chorus yang mengingatkan kita pada Backstreet Boys. "Ketika chord-nya tepat dan liriknya menyenangkan, semuanya mungkin," kata Amoroso. Mereka menganggap diri mereka seperti avatar video game yang bisa mengganti skin kapan saja.

Ca7riel dan Paco Amoroso adalah angin segar di dunia musik. Mereka tidak takut untuk menjadi diri sendiri, bereksperimen dengan genre yang berbeda, dan menyampaikan pesan yang kuat melalui lirik-lirik mereka. Jadi, kalau kalian mencari musik yang out of the box dan bikin otak kalian bekerja, jangan lewatkan duo "degenerados" ini. Siapa tahu, kalian jadi ikutan "degenerados" juga!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

VIDEO: Whitelock Ungkap Transisi Besar Jelang Laga Kontra Afrika Selatan

Next Post

Razia Pesta Gay: 75 Ditangkap, 30 Positif HIV/Sifilis, Ancaman Kesehatan Masyarakat