Dunia musik memang penuh kejutan, kan? Bayangkan saja, Nick Cave, sang prince of darkness, baru-baru ini didekati oleh Morrissey, the sultan of sulk, untuk berkolaborasi. Bukannya nyanyi bareng atau bikin harmoni yang bikin merinding, Morrissey malah minta Cave buat ngasih intro berupa orasi anti-"woke". Nah, loh!
Morrissey dan Ajakan ‘Anti-Woke' yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
Singkat cerita, Morrissey menghubungi Cave tahun lalu via email tentang lagu barunya. Cave sendiri mengakui kalau lagunya "cukup indah". Tapi, ada tapinya nih. Lagu itu dimulai dengan intro bouzouki ala Yunani yang panjang dan, menurut Cave, "sama sekali tidak relevan". Bouzouki, buat yang belum tahu, adalah alat musik petik leher panjang. Bayangkan aja sitar versi Yunani.
Nah, di atas intro instrumental itu, Morrissey pengen Cave ngasih semacam pidato anti-"woke" yang sedikit konyol. Cave nggak nyebutin detailnya apa aja isi pidatonya, tapi dia mengakui, "Aku rasa aku setuju dengan sentimennya di beberapa tingkatan." Tapi, ya namanya juga Nick Cave, dia merasa itu "bukan gayaku" dan akhirnya "menolak dengan sopan". Bisa dibayangkan betapa awkwardnya situasi itu.
Cave beralasan bahwa dia berusaha untuk menjauhkan politik, baik budaya maupun lainnya, dari musik yang ia kerjakan. Menurutnya, hal itu justru mengurangi efek dan bertentangan dengan apa yang ingin dia capai. Prinsip yang kuat, bukan?
Mengapa Nick Cave Menolak Morrissey?
Sebenarnya, nggak terlalu sulit membayangkan apa yang mungkin ditulis Morrissey untuk Cave. Dalam beberapa tahun terakhir, Morrissey memang seringkali menuai kontroversi dengan pandangannya yang condong ke kanan, terutama soal imigrasi. Mungkin ini salah satu alasan kuat mengapa Cave memutuskan untuk menolak tawaran tersebut. Reputasi itu penting, guys!
Meskipun belum merilis album baru sejak I Am Not a Dog on a Chain (2020), Morrissey tetap aktif manggung. Dia baru saja menyelesaikan serangkaian pertunjukan di Amerika Utara awal musim semi ini, dan sekarang sedang tur Eropa yang akan berlangsung hingga Agustus. Jadwal konser di Amerika Utara juga sudah menantinya di bulan September dan Oktober. Sibuk juga ya, si Morrissey ini.
‘Woke' Itu Apa Sih? Kok Kayaknya Bikin Ribut Mulu?
Istilah "woke" sendiri semakin populer (atau mungkin kontroversial?) belakangan ini. Secara sederhana, "woke" merujuk pada kesadaran akan isu-isu sosial dan politik, terutama yang berkaitan dengan ketidakadilan dan diskriminasi. Tapi, definisi ini seringkali jadi perdebatan dan bahkan bahan jokes di internet.
Banyak yang mengkritik "woke" sebagai sesuatu yang berlebihan dan oversensitive, sementara yang lain menganggapnya sebagai hal yang penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil. Intinya, "woke" itu kompleks dan interpretasinya bisa beda-beda tergantung sudut pandang masing-masing.
Musik vs. Politik: Batasan yang Makin Kabur?
Kasus Nick Cave dan Morrissey ini memunculkan pertanyaan menarik: seberapa jauh seorang musisi seharusnya terlibat dalam isu-isu politik? Apakah musik dan politik bisa dipisahkan sama sekali? Jawabannya tentu saja nggak sesederhana membalikkan telapak tangan.
Ada musisi yang terang-terangan menggunakan musik mereka sebagai alat untuk menyampaikan pesan politik, sementara ada juga yang lebih memilih untuk fokus pada seni dan estetika. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Setiap musisi punya hak untuk menentukan sikapnya sendiri.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Ini?
Intinya, kisah Nick Cave dan Morrissey ini adalah pengingat bahwa bahkan para musisi legendaris pun punya prinsip dan batasan masing-masing. Selain itu, ini juga menunjukkan betapa kompleksnya isu-isu sosial dan politik di era digital ini. Mungkin, daripada ikut-ikutan ribut soal "woke", lebih baik kita fokus untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih open-minded, setuju?