Dark Mode Light Mode

Dani Filth Cradle Of Filth Kenang Tur Co-Headline Legendaris Bersama Emperor di Indonesia

Dulu konser black metal itu… hmm, mari kita sebut saja intimate. Bayangkan, kamu dan 59 orang lainnya (mungkin termasuk seekor anjing) menyaksikan band-band legendaris lahir. Itu bukan lelucon, lho!

Dari Edinburgh ke Album Debut: Perjalanan Gelap Cradle of Filth

Cradle of Filth, salah satu band extreme metal paling ikonik dari Inggris, memiliki sejarah yang unik dan menarik. Mereka tidak langsung menjadi raja kegelapan seperti sekarang. Perjalanan mereka diawali dari panggung-panggung kecil yang mungkin hanya dihadiri oleh segelintir penggemar setia.

Pada tahun 1993, Cradle of Filth melakukan tur di Inggris bersama Emperor, band black metal asal Norwegia yang juga sedang merintis karir. Tur ini sekarang menjadi bagian penting dari sejarah black metal, mengingat kesuksesan yang diraih kedua band tersebut di kemudian hari. Namun, Dani Filth, vokalis Cradle of Filth, mengungkapkan bahwa konser-konser tersebut jauh dari kata glamor. Bahkan, jumlah penontonnya sangat sedikit.

Bayangkan saja, di Edinburgh, mereka bermain untuk empat orang saja! Jumlah anggota band bahkan lebih banyak daripada penonton. Bisa dibilang, suasana intimate tersebut menjadi saksi bisu bagaimana dua band ini berjuang untuk menaklukkan dunia metal.

Tur tersebut merupakan pengalaman pertama Emperor di Inggris, setahun sebelum mereka merilis album debut mereka, In The Nightside Eclipse. Album ini mendapat pujian kritis dan memberikan band tersebut pengikut internasional. Sementara itu, Cradle of Filth juga merilis album debut mereka, The Principle Of Evil Made Flesh, pada tahun 1994. Kedua album ini menjadi tonggak penting dalam sejarah black metal dan melambungkan nama kedua band tersebut.

Meskipun konser-konser awal mereka kurang ramai, pengalaman tersebut jelas membentuk Cradle of Filth dan Emperor. Mereka belajar bagaimana berinteraksi dengan penonton, mengembangkan stage presence, dan memperkuat mentalitas sebagai band yang siap menghadapi tantangan apa pun.

Perjuangan mereka dari panggung kecil hingga menjadi headliner festival-festival besar adalah bukti dedikasi, kerja keras, dan keyakinan pada visi musik mereka. Ini adalah pelajaran penting bagi setiap band, apa pun genrenya.

Black Metal Backstage: Fakta Kocak di Balik Panggung

Dani Filth mengenang momen-momen lucu selama tur tersebut. “Sungguh menakjubkan betapa banyak orang yang datang kepada saya dan berkata, ‘Hei, saya ada di konser Bradford!'” kata Filth, “dan saya berpikir, ‘Kamu dan semua orang!’ Hanya ada sekitar 60 orang di sana.”

Dia melanjutkan: “Percaya atau tidak, di Edinburgh, kami bermain untuk empat orang. Ada lebih banyak orang di band daripada di penonton, dan saya pikir salah satunya adalah anjing. Berita yang sangat buruk.” Sebuah pengalaman yang mungkin membuat beberapa band menyerah, tetapi tidak bagi Cradle of Filth. Mereka menjadikan pengalaman tersebut sebagai bahan bakar untuk terus berkarya.

Cradle of Filth Sekarang: Lebih dari Sekadar Nostalgia

Cradle of Filth telah merilis album ke-14 mereka, The Screaming of The Valkyries. Album ini mendapat ulasan positif, dengan kritikus memuji perpaduan unik antara melodi Iron Maiden-esque, riff thrash Jerman era 80-an, bombastis ala soundtrack film horor, dan daya tarik gothic yang seksi. Bisa dibilang, ini adalah peak Cradle of Filth yang mengkristal.

Band ini baru-baru ini melakukan tur di sirkuit festival Eropa untuk mempromosikan rilis album mereka. Lebih menarik lagi, Filth bertunangan dengan pacarnya, Sofiya, di atas panggung selama penampilan mereka di Download Festival pada bulan Juni lalu. So sweet!

Selain merilis album baru dan bertunangan di panggung, Cradle of Filth juga terus aktif melakukan tur. Ini membuktikan bahwa semangat mereka untuk bermusik tidak pernah padam. Mereka terus menghibur penggemar mereka di seluruh dunia dengan musik dan penampilan panggung yang khas.

Pelajaran dari Panggung Kecil: Konsistensi adalah Kunci

Kisah Cradle of Filth dan Emperor mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak datang dalam semalam. Dibutuhkan dedikasi, kerja keras, dan keyakinan pada diri sendiri untuk mencapai puncak. Bahkan band-band legendaris pun pernah merasakan bermain di hadapan sedikit penonton.

Ingatlah, setiap band besar pernah menjadi band kecil. Perjalanan mereka adalah inspirasi bagi semua musisi muda yang bermimpi untuk menaklukkan dunia. Teruslah berkarya, teruslah bermimpi, dan jangan pernah menyerah pada passion-mu. Siapa tahu, suatu hari nanti, kamu yang akan mengisi stadion dan memukau jutaan penggemar.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Lewis Hamilton Pamer Jam Tangan Rp23 Miliar Terinspirasi Ferrari

Next Post

Tingkat Kemiskinan Terendah dalam 20 Tahun, Kesenjangan Desa Jadi Tantangan Reformasi