Siap-siap, generasi Z dan Millenial! Pernah nungguin album baru System of a Down sambil gigit jari? Sementara harapan itu masih menggantung, ada kabar baik nih: Daron Malakian, otak kreatif di balik riff gitar ikonik itu, nggak berdiam diri. Proyek sampingannya, Scars on Broadway, baru saja merilis album baru yang bikin adrenalin naik, Addicted to Violence. Jangan kaget, album ini bisa jadi obat rindu buat penggemar SOAD, tapi dengan sentuhan yang lebih… Malakian.
Album ini bukan sekadar pengisi waktu. Bayangkan, Malakian memegang kendali penuh: dia produseri, mainin hampir semua gitar dan bass, nulis semua lagu, bahkan nyanyi! Bisa dibilang, ini adalah karya solo yang dibantu oleh beberapa musisi sesi. Memang, vokal Malakian mungkin nggak sekuat Serj Tankian, tapi justru itu yang bikin Addicted to Violence punya karakter unik.
Scars on Broadway: Masih Bikin Ketagihan?
Scars on Broadway, bagi sebagian orang, adalah guilty pleasure. Kita semua tahu System of a Down itu legendaris, tapi Scars on Broadway menawarkan sesuatu yang berbeda. Lebih personal, lebih eksperimental, dan tentu saja, lebih Daron Malakian. Album Addicted to Violence ini adalah bukti nyata.
Bisa dibilang, Addicted to Violence adalah sebuah perpaduan yang unik. Bayangkan rock and roll klasik berpadu dengan elemen metal, punk, pop, dan bahkan musik etnis Armenia. Hasilnya? Sebuah album yang sulit dikategorikan, tapi justru itu yang bikin menarik. Album ini menunjukkan kedewasaan Malakian sebagai seorang musisi dan komposer.
Kecanduan Kekerasan, Atau Kecanduan Musik Malakian?
Judulnya memang Addicted to Violence, tapi jangan salah sangka. Album ini nggak serta merta berisi lagu-lagu thrash metal brutal dari awal sampai akhir. Justru, ada banyak momen yang surprisingly accessible. Lagu seperti “The Same Game” contohnya, adalah lagu rock mid-tempo yang solid dengan melodi yang kuat dan sentuhan gitar yang crunchy. Bahkan, lagu berjudul sama, “Addicted to Violence,” menggunakan dinamika loud/soft yang dipopulerkan oleh band-band seperti Pixies dan Nirvana.
Tapi, jangan salah, Scars on Broadway tetaplah Scars on Broadway. Mereka bersinar ketika sedikit “gila.” Tempo yang berubah-ubah dan ritme yang heboh di lagu “Satan Hussein” sangat cocok dengan lirik non-sequitur yang mencakup agama, narkoba, pemerintah, pornografi, dan banyak lagi. Ini adalah contoh sempurna dari gaya penulisan lirik Malakian yang khas: absurd, provokatif, dan seringkali lucu.
Politik, Media, dan Kegelisahan Malakian
Lagu “Your Lives Burn” adalah contoh lain dari kecerdasan Malakian. Lagu ini mengkritik polarisasi media dan tribalisme dalam politik dengan cara yang sangat energik dan frenetic. Ritme thrash metal yang menggelegar berbenturan dengan groove yang catchy, menciptakan lagu yang terdengar seperti seorang pria frustrasi yang berteriak kepada siapa saja yang mau mendengarkan. “The politicians and the media conspire while your lives burn in the fire,” teriak Malakian. “They brand all the victims, and they conquer us all. United we stand, divided we fall.” Ini adalah lagu yang relatable di era informasi ini.
Musik Armenia dalam Balutan Distorsi Gitar
Salah satu elemen yang paling menarik dari musik Scars on Broadway adalah penggunaan unsur-unsur musik tradisional Armenia. Di lagu “Done Me Wrong,” misalnya, kita bisa mendengar perpaduan antara verse metal yang “berderap” dengan chorus pop yang sing-along. Bagian chorus ini menampilkan lapisan musik dansa tradisional Armenia pada organ dan keyboard, di bawah distorsi gitar yang kasar. Kombinasi ini terdengar absurd, tapi juga sangat catchy.
Lagu “Killing Spree,” sebuah komentar dari Malakian tentang kekerasan di kalangan anak muda, melaju antara metal yang menggeram dalam verse dan punk dengan tembakan cepat di bagian chorus. “Wish I could feel your hate and brutalize; wish I could feel your love and victimize,” Malakian bernyanyi, berempati dengan generasi yang menurutnya telah menjadi terlepas dan tidak peka.
Lebih dari Sekadar Album, Sebuah Pernyataan
Dengan Addicted to Violence, Daron Malakian dan Scars on Broadway melepaskan musik yang memanfaatkan gaya eksentrik dan berbagai pengaruh Malakian, sembari tetap mudah dinikmati. Meskipun ada momen-momen heavy, album ini nggak seberisik atau seagresif System of a Down. Ini adalah album rock melodis yang menghaluskan pengaruh-pengaruh yang berbeda menjadi struktur yang mudah dicerna, tetapi memberikan momen-momen yang mengejutkan dan berbeda untuk menjaga semuanya tetap menarik.
Album ini adalah bukti bahwa Malakian masih punya banyak hal untuk ditawarkan. Dia nggak hanya sekadar mengulang formula SOAD, tapi terus bereksperimen dan mencari suara baru. Addicted to Violence adalah album yang akan memuaskan penggemar lama Scars on Broadway, sekaligus berpotensi menarik penggemar baru.
Haruskah Anda Mendengarkan Addicted to Violence?
Jika Anda penggemar System of a Down dan mencari sesuatu yang serupa, tapi dengan sentuhan yang berbeda, jawabannya adalah YA. Jika Anda menyukai musik yang unik, eksperimental, dan nggak takut untuk menantang status quo, jawabannya adalah YA. Jika Anda hanya ingin mendengarkan musik yang bagus dan bikin kepala manggut-manggut, jawabannya… mungkin YA. Intinya, Addicted to Violence layak untuk dicoba. Siapa tahu, Anda malah ketagihan!
Daron Malakian dan Scars on Broadway: Comeback yang Menjanjikan
Setelah penantian yang cukup lama, Daron Malakian dan Scars on Broadway kembali dengan album yang solid dan menjanjikan. Addicted to Violence adalah album yang nggak akan mengecewakan penggemar lama, sekaligus berpotensi menarik penggemar baru. Dengan gaya penulisan lirik yang cerdas, musik yang eksperimental, dan performance yang energik, Scars on Broadway membuktikan bahwa mereka masih relevan dan punya banyak hal untuk ditawarkan.
Jadi, tunggu apa lagi? Lepaskan earphone atau nyalakan speaker, dan nikmati Addicted to Violence. Siapa tahu, Anda malah menemukan soundtrack baru untuk kehidupan Anda yang absurd ini.
Addicted to Violence: Kecanduan yang Bikin Nagih!
Intinya? Addicted to Violence bukan hanya sekadar album baru Scars on Broadway. Ini adalah pernyataan dari Daron Malakian bahwa dia masih punya semangat untuk berkarya, bereksperimen, dan nggak takut untuk menjadi dirinya sendiri. Dan bagi kita sebagai pendengar, ini adalah kesempatan untuk menikmati musik yang cerdas, provocative, dan yang pasti, bikin nagih.