Dunia digital memang penuh kejutan, tapi pernahkah kamu membayangkan menjadi kurir Amazon di tengah dunia yang hancur lebur? Di Death Stranding 2, kamu bukan hanya mengantarkan paket, tapi juga menghubungkan kembali peradaban. Aneh? Mungkin. Menarik? Pasti. Bayangkan saja, kurir + insinyur telekomunikasi + sedikit sentuhan horor = formula unik Hideo Kojima.
Antara Paket dan Peradaban: Death Stranding 2 Mengajakmu Berpikir Kritis
Death Stranding 2, sekuel yang sangat dinantikan, membawa kita kembali ke dunia Sam Porter Bridges, diperankan oleh Norman Reedus. Tugas kita? Mengantarkan barang di tengah lanskap post-apokaliptik, menghubungkan masyarakat yang terisolasi, dan membangun kembali jaringan internet (yang dalam dunia ini disebut Chiral Network). Intinya, kamu adalah jembatan antara harapan dan kehancuran. Sebuah pekerjaan yang cukup berat, apalagi kalau paketnya berisi… vitamin dan boneka beruang.
Game ini bukan sekadar tentang mengantarkan paket. Kojima, dengan gaya nyentriknya, menyelipkan pesan mendalam tentang keterasingan modern dan kecemasan terhadap teknologi. Kita semakin terhubung secara digital, tapi apakah kita benar-benar semakin dekat? Pertanyaan inilah yang akan terus menghantuimu sepanjang permainan.
Amazon di Masa Depan: Lebih dari Sekadar Mengantar Paket
Bayangkan, drone pengantar barang sudah ketinggalan zaman. Sekarang, manusia yang harus memanggul tumpukan barang di punggungnya, menaklukkan medan berat, dan menghindari makhluk-makhluk aneh. Serasa kerja double, jadi kurir sekaligus atlet lari halang rintang. Tapi jangan khawatir, ada reward-nya: membangun kembali peradaban.
Awalnya, Bridges harus berjalan kaki, menggunakan tangga untuk menyeberangi sungai, dan tali untuk menuruni gunung. Dia berinteraksi dengan hologram penduduk, mirip ring doorbell masa depan. Begitu sebuah pemukiman terhubung ke network, kamu akan menerima "like" dari penduduk setempat – seolah-olah mengantarkan paket adalah social media challenge.
Namun, semakin lama kamu bermain, semakin banyak teknologi yang kamu buka: kendaraan off-road, zipline, bahkan monorail. Teknologi ini memudahkanmu mengantarkan lebih banyak barang lebih cepat, mirip efisiensi ala Amazon di dunia nyata. Ironisnya, semakin efisien Bridges bekerja, semakin dekat dia dengan hilangnya pekerjaan. Apakah ini sindiran terhadap otomatisasi yang akan menggantikan manusia? Mungkin saja.
Teknologi dan Kemanusiaan: Paradox Digital di Death Stranding 2
Death Stranding 2 menyoroti paradoks digital: teknologi seharusnya menyatukan kita, tapi seringkali malah mengikis kemanusiaan. Game ini mengingatkan kita bahwa berinteraksi melalui hologram bukanlah pengganti sentuhan fisik. "Berkomunikasi dengan seseorang melalui hologram bukanlah pengganti uluran tangan dan sentuhan," kata salah satu karakter dalam game. Deep.
Game ini juga mengingatkan kita bahwa sistem digital dapat dimanfaatkan untuk tujuan politik, dan like di media sosial bisa jadi palsu. Tapi tenang, Bridges masih harus minum dari botol, makan serangga saat lapar, dan buang air kecil. Ada indikator urine di layar! Intinya, Death Stranding 2 mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk fisik yang butuh makan, minum, dan istirahat.
Kojima tidak hanya berbicara tentang teknologi, tapi juga tentang kehilangan. Bridges mengalami trauma emosional yang mengubah realitas. Awalnya mungkin terasa berlebihan, tapi Kojima, yang kehilangan ayahnya saat remaja, memasukkan pengalaman pribadinya ke dalam game.
Jembatan Antara Digital dan Nyata: Pesan Tersembunyi Death Stranding 2
Meskipun Death Stranding 2 menekankan pentingnya koneksi digital, game ini juga menyoroti risiko kehilangan sentuhan fisik. Bridges sering bepergian sendirian, merenungkan apa yang tidak terucapkan, bahkan di antara orang-orang terdekat. Game ini menyiratkan bahwa kita tidak selalu tahu apa yang diinginkan orang lain dari kita, bahkan mereka yang kita cintai.
Pada akhirnya, Death Stranding 2 bukanlah kritik terhadap kehidupan digital, melainkan permohonan untuk keseimbangan. Kojima mengingatkan kita tentang hal-hal nyata yang kita tinggalkan: menenangkan anak yang menangis, memikul beban fisik, dan hadir di momen saat ini, tanpa terpaku pada layar ponsel.
Death Stranding 2 mengingatkan kita bahwa ikatan fisik kita satu sama lain mudah dikaburkan oleh ilusi koneksi digital. Namun, ikatan fisik itulah yang menjadi perlindungan paling berarti di dunia yang sementara.
Death Stranding 2 bukan sekadar game, tapi refleksi atas kehidupan modern dan masa depan kita. Jadi, siapkah kamu menjadi kurir penyelamat peradaban? Mungkin setelah baca artikel ini, kamu jadi berpikir dua kali sebelum memesan barang online.