Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Death Stranding Gandeng Niantic: Kolaborasi ‘Di Luar Layar’, Masa Depan Game?

Bayangkan, Anda sedang mendaki gunung, bukan untuk mencari ketenangan jiwa atau foto Instagramable, tapi untuk… bermain game? Kedengarannya seperti mimpi buruk para pendaki gunung sejati, atau justru ide brilian dari seorang jenius yang otaknya memang agak nggak beres? Kita akan membahasnya lebih lanjut.

Kojima Productions, studio di balik Death Stranding, baru saja merayakan ulang tahun ke-10 mereka. Perayaan ini bukan sekadar tiup lilin dan potong tumpeng, tapi juga ajang pamer proyek-proyek masa depan. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah kolaborasi mereka dengan Niantic Spatial, perusahaan yang dulunya dikenal dengan Pokemon Go.

Dalam acara livestream bertajuk “Beyond the Strand”, Hideo Kojima, sang maestro di balik Kojima Productions, memperkenalkan konsep “bergerak melampaui layar”. Ia membayangkan kita semua mendaki gunung, bukan cuma buat foto-foto, tapi juga berinteraksi dengan dunia digital yang tumpang tindih dengan dunia nyata. Konsep ini memicu tanda tanya besar: apakah ini akan jadi revolusi gaming, atau sekadar inovasi yang nanggung?

Kojima dan Niantic: Ketika Dua Dunia Bertabrakan

Kolaborasi ini memang agak aneh. Kojima, dengan Death Stranding-nya yang absurd dan penuh filosofi, bertemu dengan Niantic Spatial, yang kini fokus pada pemetaan digital bumi dengan bantuan AI. Apa jadinya jika kedua kekuatan ini bersatu? Sebuah game yang menggabungkan eksplorasi dunia nyata dengan elemen surealis ala Death Stranding?

Trailer yang dirilis memang memberikan sedikit gambaran. Kita melihat orang-orang berinteraksi dengan pohon bonsai virtual, aura keemasan, dan berbagai elemen aneh lainnya. Semuanya terlihat seperti terinspirasi dari jaringan chiral di Death Stranding. Mungkin, kita akan berperan sebagai kurir yang menghubungkan berbagai tempat di dunia nyata melalui smartphone atau kacamata pintar.

Namun, jangan terlalu berharap dulu. Proyek ini masih dalam tahap konsep awal. Bahkan, Niantic Spatial sendiri bukanlah Niantic yang kita kenal dulu. Perusahaan ini telah dipecah menjadi dua divisi: game dan geospasial. Divisi game sendiri sudah dijual ke Scopely, pembuat Monopoly Go, dengan harga fantastis.

Ambisi Niantic Spatial: Memetakan Bumi untuk Robot

Niantic Spatial kini fokus pada visi awal Niantic: menciptakan peta digital bumi. Bedanya, sekarang mereka menggunakan AI geospasial. Mereka baru saja mendapatkan investasi sebesar 250 juta dolar AS, dan proyek kolaborasi dengan Kojima ini adalah proyek pertama mereka yang berhubungan dengan game.

John Hanke, pendiri Niantic, mengatakan bahwa peta yang ada saat ini dibuat untuk manusia. Namun, kita membutuhkan peta baru yang bisa dimengerti oleh mesin, mulai dari kacamata pintar hingga robot humanoid. Peta ini akan membantu mereka memahami dan menavigasi dunia fisik.

Kojima tampaknya ingin memanfaatkan teknologi ini untuk menciptakan pengalaman Death Stranding di dunia nyata. Ia ingin menempelkan dunia surealis Death Stranding ke atas teknologi yang belum teruji di dunia gaming. Apakah ini akan berhasil?

Death Stranding 2: Masih Relevankah?

Di tengah kabar kolaborasi dengan Niantic, Death Stranding 2 juga masih menjadi perbincangan. Game ini mendapatkan sambutan hangat saat dirilis tahun ini. Banyak yang menyebutnya sebagai versi yang lebih ramai, lebih heboh, dan lebih emosional dari simulasi hiking yang unik ini.

Namun, ada juga yang mempertanyakan relevansi Death Stranding di era game yang semakin cepat dan penuh aksi. Apakah konsep berjalan kaki mengantarkan barang masih menarik bagi generasi yang terbiasa dengan game battle royale dan open world yang penuh ledakan?

Selain Death Stranding 2, kita juga akan mendapatkan film animasi dan anime Death Stranding dengan cerita orisinal. Aaron Guzikowski, kreator Raised by Wolves, akan menulis naskah untuk film animasi tersebut. Ini menunjukkan bahwa Kojima belum mau melepaskan dunia Death Stranding begitu saja.

Masa Depan yang Tak Pasti: Antara Inovasi dan Absurditas

Dengan OD dan Physint yang juga sedang dalam pengembangan, Kojima Productions tampaknya tidak kekurangan ide. Namun, kolaborasi dengan Niantic Spatial ini adalah langkah yang paling berani dan paling berpotensi menjadi bumerang. Menggabungkan dunia nyata dengan dunia digital adalah ambisi yang besar, tapi juga penuh risiko.

Apakah kita akan benar-benar mendaki gunung sambil bermain Death Stranding versi dunia nyata? Apakah kita akan berinteraksi dengan pohon bonsai virtual dan aura keemasan di tengah hutan belantara? Atau, apakah ini hanya akan menjadi proyek sampingan yang terlupakan?

Kita hanya bisa menunggu dan melihat. Yang jelas, Hideo Kojima selalu punya cara untuk membuat kita bertanya-tanya dan tercengang. Entah itu karena idenya yang brilian, atau karena absurditasnya yang tanpa batas. Satu hal yang pasti, dunia gaming tidak akan pernah membosankan selama ada Kojima.

Jadi, siapkah Anda mendaki gunung untuk mencari hiburan? Siapkah Anda menjadi kurir virtual di dunia nyata? Atau, Anda lebih memilih duduk manis di rumah sambil memainkan game yang lebih konvensional? Pilihan ada di tangan Anda. Tapi ingat, dunia ini penuh dengan hal-hal aneh dan tak terduga. Siapa tahu, suatu hari nanti, kita benar-benar akan bermain Death Stranding di puncak gunung.

Previous Post

Powerbank Joyroom JR-PR1: Bebaskan Mobilitasmu, Isi Daya Tanpa Ribet!

Next Post

Love Lost: Kisah Sharon & Louie Menginspirasi Semangat Gotong Royong Nasional

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *