Apakah kamu pernah merasa sedikit bersalah guilty pleasure mendengarkan lagu favoritmu di Spotify, sambil tahu bahwa royalti yang diterima artisnya mungkin hanya cukup untuk sebungkus nasi padang? Nah, ternyata ada musisi yang merasa lebih dari sekadar bersalah, mereka merasa… morally conflicted.
Dunia streaming musik memang penuh intrik. Di satu sisi, memudahkan kita mengakses jutaan lagu dari seluruh dunia. Di sisi lain, muncul pertanyaan etis tentang bagaimana platform-platform ini, khususnya Spotify, memperlakukan para musisi dan nilai-nilai yang mereka anut. Jadi, mari kita selami lebih dalam drama indie rock vs. tech giant ini.
Musisi Angkat Bicara: Spotify dan Dilema Etika
Beberapa waktu lalu, band indie-rock kawakan, Deerhoof, mengumumkan bahwa mereka akan menarik musik mereka dari Spotify. Alasan mereka? Bukan karena playlist algorithm Spotify yang aneh (walaupun itu juga bisa jadi alasan yang valid), tapi karena investasi CEO Spotify, Daniel Ek, di perusahaan teknologi pertahanan yang menggunakan artificial intelligence (AI).
Daniel Ek, selain menjadi co-founder dan CEO Spotify, juga mendirikan investment fund bernama Prima Materia. Kabarnya, Prima Materia memimpin putaran investasi baru di Helsing, perusahaan pertahanan yang menjual software yang menggunakan AI untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan militer.
Deerhoof merasa tidak nyaman jika karya mereka, sebuah ekspresi seni yang seharusnya membawa kegembiraan, justru terhubung dengan sesuatu yang berpotensi membawa malapetaka. Ini bukan sekadar soal uang, tapi soal values. "Kami tidak ingin musik kami membunuh orang. Kami tidak ingin kesuksesan kami terikat pada AI battle tech," ujar mereka dalam pernyataan resminya.
Bukan Cuma Soal AI: Keluhan Klasik Soal Royalti dan Discoverability
Selain masalah investasi Daniel Ek, Deerhoof juga menyoroti masalah klasik yang sering dikeluhkan para musisi tentang Spotify: royalty yang kecil dan klaim tentang discoverability yang seringkali tidak sesuai kenyataan. Mereka menyebut Spotify sebagai "penipuan data-mining yang dibenci secara luas yang menyamar sebagai ‘perusahaan musik'." Wow, harsh!
Mereka berpendapat bahwa klaim Spotify tentang discoverability hanyalah omong kosong belaka. Hanya karena seseorang tinggal jauh dari pusat hipness Barat, tidak berarti mereka kekurangan budaya atau perlu mendengarkan Deerhoof. Self-awareness is key, guys!
Royalti yang kecil menjadi masalah krusial bagi musisi independen. Bagi band sebesar Deerhoof, mungkin mereka masih bisa bertahan. Tapi, bagaimana dengan musisi-musisi bedroom pop yang mengandalkan streaming sebagai salah satu sumber pendapatan utama? Ini adalah pertanyaan penting yang perlu kita diskusikan.
Efek Domino? Jejak Neil Young dan Joni Mitchell
Keputusan Deerhoof ini mengingatkan kita pada aksi serupa yang pernah dilakukan oleh Neil Young dan Joni Mitchell beberapa tahun lalu. Mereka menarik musik mereka dari Spotify sebagai bentuk protes terhadap misinformation yang disebarkan oleh podcast Joe Rogan (yang saat itu eksklusif di Spotify).
Meskipun Neil Young dan Joni Mitchell akhirnya kembali ke Spotify setelah kontrak eksklusif Joe Rogan berakhir dan podcast-nya tersedia di platform lain, aksi mereka sempat memicu perdebatan besar tentang tanggung jawab platform streaming dalam menyaring konten dan melindungi musisi. Apakah keputusan Deerhoof akan memicu efek domino serupa? Waktu yang akan menjawab.
Dampak Nyata: Lebih dari Sekadar Drama Musisi
Langkah Deerhoof ini bukan sekadar drama antar musisi dan perusahaan tech. Ini adalah refleksi dari keresahan yang lebih besar tentang etika dalam dunia digital. Bagaimana kita, sebagai konsumen, bisa mendukung musisi favorit kita secara adil? Bagaimana platform streaming bisa lebih bertanggung jawab dalam mengelola konten dan mendistribusikan keuntungan?
Apakah kita akan terus menelan mentah-mentah apa yang disuguhkan oleh algorithm? Atau kita akan lebih selektif dalam memilih platform yang kita gunakan dan mendukung musisi yang kita kagumi? Pilihan ada di tangan kita.
Penting untuk diingat, musik bukan hanya sekadar hiburan. Musik adalah ekspresi seni, identitas, dan nilai-nilai yang kita yakini. Jadi, mari kita dengarkan musik dengan mindful, dan mendukung musisi dengan cara yang sustainable dan etis. Keep rocking!