Dark Mode Light Mode

Deliver at All Costs: Kekacauan Mengemudi Tanpa Arah yang Jelas

Siapa bilang pekerjaan kurir itu membosankan? Deliver at All Costs, game yang satu ini, membuktikan sebaliknya. Bayangkan, mengendarai truk di era 50-an, menghancurkan apa saja yang ada di jalan demi mengantarkan paket. Kedengarannya seru, kan? Sayangnya, ada sedikit "lubang" di tengah kesenangan ini. Mari kita bedah lebih dalam.

Kesenangan Sesaat, Lalu… Apa?

Premisnya memang menarik: menjadi seorang kurir di era 50-an dengan kebebasan menghancurkan hampir semua yang ada di peta. Mobil-mobil bisa hancur, kursi pantai bisa dilindas, bahkan restoran bisa diratakan dengan tanah. Awalnya, kesenangan ini memang terasa instan dan memuaskan. Kita merasa menjadi "raja jalanan" yang tak terkalahkan.

Sayangnya, kesenangan ini tidak bertahan lama. Ada semacam kekosongan di inti permainan ini, sesuatu yang seharusnya menjadi daya tarik utama justru terasa kurang digali. Padahal, potensi untuk menciptakan pengalaman bermain yang adiktif sangat besar.

Momen terbaik dalam Deliver at All Costs adalah ketika kita harus mengejar truk pengiriman rival. Tujuannya adalah mencuri paket mereka dengan crane yang ada di truk kita. Sambil menghindari tabrakan dari truk-truk lain, kita harus mengamankan paket dan mengantarkannya ke tujuan. Adegan-adegan komedi muncul ketika pemilik hotel berterima kasih atas pengiriman, padahal hotelnya baru saja hancur lebur akibat aksi pengiriman yang brutal. Absurdity at its finest!

Misi pengejaran ini seharusnya menjadi fondasi dari keseluruhan permainan. Bayangkan jika Deliver at All Costs seperti Crazy Taxi, tetapi dengan aksi penghancuran yang lebih dahsyat. Sayangnya, misi-misi lain dalam game ini sangat bervariasi dalam hal kualitas dan konten. Ada yang cukup menghibur, seperti mengambil foto UFO sambil menghindari laser. Tetapi, ada juga yang membosankan, seperti mengantarkan balon yang membuat truk kita terbang-terbang tidak jelas. Zany ≠ Fun.

Alur Cerita? Lebih Mirip Sinetron Tengah Malam

Seandainya misi-misi sampingan yang aneh ini hanya menjadi pelengkap dari gameplay utama, mungkin Deliver at All Costs bisa lebih baik. Namun, kita justru terjebak dalam berbagai misi yang tidak konsisten, bahkan konsep pengiriman barang ditinggalkan sama sekali di sepertiga akhir permainan.

Alih-alih fokus pada aksi pengiriman yang seru, Deliver at All Costs malah menyajikan alur cerita yang membosankan melalui cutscene yang panjang dan tidak menarik. Penulisannya pun kurang memuaskan, dan akting karakternya pun begitu-begitu saja.

Protagonis kita, Winston Green, adalah karakter yang menyebalkan. Dia memiliki masa lalu yang kelam dan berselisih dengan bosnya, Donovan. Kemudian, cerita melompat begitu saja ke dalam ranah fiksi ilmiah yang tidak masuk akal. Seriously?

Dunia Terbuka yang… Sepi?

Seperti dalam Grand Theft Auto, kita bisa keluar dari kendaraan dan menjelajahi dunia sekitar. Namun, di Deliver at All Costs, tidak banyak hal yang bisa ditemukan selain pemandangan (yang hanya itu-itu saja) dan beberapa misi sampingan. Misi-misi sampingan ini pun bervariasi, mulai dari balapan dengan penerjun payung (cukup seru) hingga mencari orang yang mirip walikota (sangat membosankan).

Meskipun ada beberapa mobil unik yang bisa ditemukan, keberadaan mereka tidak terlalu berguna karena kita harus menggunakan truk pengiriman untuk sebagian besar misi. Lagipula, daya tarik mengendarai mobil hot dog hanya bertahan beberapa detik saja. Ada juga peti-peti berisi uang tunai, tetapi tidak banyak barang menarik yang bisa dibeli. Toko menjual suku cadang untuk membuat gadget untuk truk kita, tetapi selain mesin jet yang memberikan dorongan ekstra, sebagian besar gadget tersebut tidak terlalu berguna.

Potensi yang Terbuang Percuma

Deliver at All Costs menawarkan dunia yang indah dan dapat dihancurkan, tetapi tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Sebaliknya, game ini malah berfokus pada cerita aneh yang berakhir di pengadilan. Ibaratnya, kita diundang ke pesta mewah dengan sampanye, tetapi malah dicegat oleh seorang conspiracy theorist yang menceritakan plot novel fiksi ilmiahnya yang tidak jelas selama delapan jam.

Intinya, Deliver at All Costs punya potensi besar, tetapi gagal memanfaatkannya dengan baik. Game ini menawarkan kesenangan sesaat, tetapi kurang memiliki substansi dan kedalaman. Sayang sekali, ya? Ingat, menghancurkan itu seru, tetapi cerita yang solid juga penting! Jadi, sebelum memutuskan untuk membeli, pikirkan baik-baik apakah Anda benar-benar siap untuk petualangan pengiriman yang penuh kehancuran ini. Siapa tahu, Anda justru menemukan sesuatu yang menarik di tengah kekacauan tersebut. Jangan lupa untuk selalu membaca ulasan game sebelum membeli!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Koalisi Sipil Menilai Proyek Sejarah Pemerintah Berpotensi Pecah Belah

Next Post

<p><strong>Tregs Andalkan Protein RNA untuk Cegah Peradangan: Implikasi bagi Pengobatan</strong></p>