Jangan panik kalau kamu lihat Boeing 737 MAX terbang, okay? Pesawat ini memang punya cerita panjang, tapi bukan berarti dia untouchable. Mari kita bedah kenapa si MAX ini masih jadi perbincangan hangat, meski udah banyak yang terbang dengan aman.
Mengenal Lebih Dekat Boeing 737 MAX
Boeing 737 MAX ini, guys, adalah generasi keempat dari keluarga 737 yang legendaris itu. Awalnya, Boeing sempat kepikiran bikin desain pesawat baru from scratch. Tapi, karena Airbus A320neo udah duluan meluncur, akhirnya Boeing milih buat “meremajakan” si 737 biar bisa bersaing. MAX ini dibekali mesin CFM LEAP-1B yang kece badai, avionik canggih, dan garnish lainnya kayak winglet dan engine chevrons.
Hasilnya? Lebih hemat bahan bakar 14% dan biaya perawatan lebih murah. Tapi, seperti yang kita tahu, everything comes with a price. Upaya menekan biaya ini, sayangnya, malah berujung pada tragedi beberapa tahun kemudian.
MCAS: Ketika Software Jadi Biang Kerok
Untuk mengatasi perubahan karakteristik pengendalian pesawat, Boeing menambahkan fitur software bernama MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System). Singkatnya, MCAS ini tugasnya “benerin” kecenderungan MAX untuk mendongak ke atas, dengan cara otomatis menyesuaikan horizontal stabilizer biar nggak terjadi stall. Jadi, kalau sensor angle-of-attack (AOA) mendeteksi sudut yang terlalu tinggi, MCAS bakal “maksa” hidung pesawat turun.
Masalahnya, sistem ini punya celah fatal. Data yang salah dari satu sensor AOA aja bisa bikin MCAS aktif dan “nyuruh” hidung pesawat turun, padahal nggak perlu. Dan voila, inilah yang terjadi di dua kecelakaan maut itu.
Parahnya lagi, Boeing nggak ngasih tahu operator dan pilot soal MCAS ini secara gamblang. Bahkan, ke FAA (Federal Aviation Administration), mereka juga meremehkan pentingnya sistem ini. Akibatnya, FAA nganggep ini cuma perubahan software kecil, dan Boeing bisa lolos dari proses sertifikasi yang ribet. Airlines pun percaya aja, jadi pelatihan pilotnya minim banget. Epic fail, kan?
Tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines: Dunia Berduka
Tanggal 29 Oktober 2018, Lion Air Flight 610 dengan 189 penumpang jatuh nggak lama setelah takeoff dari Jakarta. Investigasi nemuin, MCAS salah “baca” data dari sensor AOA yang rusak, makanya hidung pesawat dipaksa turun. Lima bulan kemudian, kejadian serupa terulang di Ethiopian Airlines Flight 302, menewaskan 157 orang. Double whammy!
FAA langsung grounded semua 737 MAX tanpa batas waktu. MAX pun jadi pesawat komersial yang paling diperiksa sedunia. Kongres AS juga ikut turun tangan, dan laporan akhirnya nyimpulin, Boeing lebih mentingin cost-saving daripada keselamatan. FAA juga dikritik karena terlalu “lembut” ke Boeing.
Baru di November 2020, FAA ngasih lampu hijau buat MAX terbang lagi. Tapi, nggak semua negara langsung setuju. China, misalnya, baru ngizinin MAX terbang lagi di Desember 2021. Boeing akhirnya bayar ganti rugi $2.5 miliar di Januari 2021. Total, dua kecelakaan dan buntutnya diperkirakan ngerugiin Boeing lebih dari $20 miliar. Ouch!
Insiden Pintu Alaska Airlines: Trauma Belum Usai
Setelah tiga tahunan MAX terbang tanpa masalah, eh, muncul lagi insiden di Januari 2024. Pintu darurat di Alaska Airlines 737 MAX 9 tiba-tiba copot pas lagi terbang di ketinggian 16,000 kaki. Untungnya, nggak ada korban jiwa. Tapi, banyak yang bilang, kalau kejadiannya di ketinggian jelajah (di atas 30,000 kaki), bisa fatal akibatnya. Kejadian ini bikin orang mikir lagi soal keselamatan MAX, dan kali ini sorotan tertuju ke supplier Boeing, Spirit AeroSystems.
FAA langsung grounded 170 pesawat lebih. Inspeksi cepet-cepetan dilakuin, dan beberapa pesawat ditemuin bautnya longgar atau hilang di sekitar pintu. Investigasi NTSB (National Transportation Safety Board) nemuin ada kelalaian parah dalam manajemen mutu Boeing, dan Spirit AeroSystems ngirim pesawat dengan komponen yang nggak pas. Seriously?
Sertifikasi MAX 7 dan MAX 10: Drama Belum Berakhir
Seri 737 MAX itu ada empat: MAX 7, 8, 9, dan 10. Tapi, yang terbang sekarang cuma MAX 8 dan 9. MAX 7 dan 10 masih ngantri sertifikasi. MAX 7 seharusnya udah terbang dari 2019, dan MAX 10 setahun kemudian.
Kenapa molor? Ya gara-gara kecelakaan MAX 8 itu. FAA jadi lebih ketat soal sertifikasi. Sekarang, masalahnya ada di sistem anti-ice mesin dan sistem Stall Management Yaw Damper (SMYD). Intinya, sistem anti-ice ini berpotensi bikin composites di inlet mesin kepanasan kalau kondisi cuacanya kering.
Dua pesawat ini diperkirakan baru dapat sertifikasi di 2026. MAX 7 duluan, baru MAX 10. Udah ada hampir 1,200 pesanan buat MAX 10, dan 330 buat MAX 7. Southwest Airlines bakal jadi pelanggan terbesar MAX 7, sementara MAX 10 banyak dipesan sama Ryanair dan United Airlines.
Siapa Operator MAX Terbesar Saat Ini?
Walau penuh drama, MAX tetap jadi pilihan narrowbody yang populer. Dari lima operator MAX terbesar, empatnya adalah maskapai AS. Tapi, di luar AS juga ada beberapa fleet MAX yang lumayan gede, terutama Ryanair, flydubai, dan TUI.
MAX 8 adalah varian yang paling populer. Data dari ch-aviation nunjukkin ada 1,644 MAX 8 dan MAX 8-200 yang aktif atau nggak aktif. MAX 9 cuma 271, dan Alaska Airlines sama United Airlines adalah operator terbesarnya.
Kesimpulan: Tetap Terpercaya?
Boeing punya backlog 4,372 pesanan MAX. Maskapai masih percaya sama pesawat ini. Tahun 2025 aja udah ada 343 pesanan MAX. Produksi sekarang 38 pesawat per bulan, dan sampai 31 Juli 2025, udah 200 pesawat MAX lebih yang dikirim. Jadi, walau sejarahnya berliku, Boeing 737 MAX masih punya masa depan cerah, hopefully dengan track record yang lebih baik. Jangan lupa safety first, ya!