Dunia League of Legends (LoL) memang penuh kejutan, sama seperti skripsi yang tiba-tiba direvisi dosen. Terkadang, tim yang kita jagokan malah bikin kita garuk-garuk kepala, bertanya-tanya, “Ini gameplay dari dimensi mana?” Nah, baru-baru ini, “Inspired” dari tim FlyQuest curhat sedikit tentang suka duka bertarung di kancah internasional. Kita intip yuk, apa aja yang dia omongin. Siapa tahu, ada ilmu elo boosting gratis!
Mengapa Tim Barat Kesulitan di Panggung Internasional?
Kenapa ya, tim-tim dari Barat, termasuk Amerika Utara (NA) dan Eropa (EU), seringkali kesulitan di turnamen internasional? Apa karena internet mereka lebih lemot? Eits, jangan salah sangka dulu. Ternyata, menurut Inspired, masalahnya lebih kompleks dari sekadar ping tinggi.
Salah satu isu yang disinggung adalah laning phase. Seringkali, pemain Barat kelewat agresif di awal game, dan akibatnya, malah jadi bumerang. Inspired berpendapat, memaksakan draft dengan komposisi early game yang harus menang di lane justru ide buruk. Lebih baik, pick champion yang scaling dan berguna di late game, meskipun tidak mendominasi di awal.
Scrim vs. Panggung: Dua Dunia Berbeda
Pernah nggak sih, kamu jago banget main ranked di rumah, tapi pas mabar sama teman-teman, langsung jadi beban? Nah, begitulah kira-kira perbedaan antara scrim dan pertandingan resmi, terutama di level internasional.
Inspired menjelaskan bahwa tim-tim Asia, khususnya dari liga LPL dan LCK, jauh lebih agresif dan terstruktur di scrim. Namun, di atas panggung, mereka cenderung bermain lebih hati-hati, mengamankan lane secara perlahan, dan mengubah keunggulan kecil menjadi bola salju yang mematikan. Di scrim, mereka bisa langsung snowball dan bikin kita nggak berkutik. Ini menjelaskan kenapa scrim itu penting dalam dunia esports, bahkan bisa dibilang scrim adalah jantungnya esports.
NA LCS: Latihan atau Hiburan Semata?
Inspired secara blak-blakan mengakui bahwa bermain di NA LCS (League Championship Series) kadang terasa kurang menantang. Di sana, punishment atas kesalahan seringkali tidak seberat di liga lain. Bahkan, dalam teamfight, kemenangan bisa diraih hanya karena lawan kurang mahir mengendalikan champion.
Akibatnya, sulit untuk berkembang sebagai pemain. Inspired bahkan merasa bingung saat bermain di final NA LCS, tidak tahu strategi apa yang seharusnya diambil. Ia merasa seperti menyerahkan kendali pada tim dan berharap keberuntungan berpihak. Wah, jleb banget ya!
Solusi Radikal: Bootcamp di Korea?
Inspired punya ide out of the box nih. Dia menyarankan agar tim utama dikirim bootcamp ke Korea selama musim reguler, sementara tim akademi yang bermain di pertandingan resmi. Tujuannya? Tentu saja, untuk berlatih melawan tim-tim terbaik dan belajar lebih banyak dari mereka.
Dia mengakui bahwa bootcamp bukan solusi instan, tapi pasti akan memberikan insight dan pengalaman berharga. Berlatih melawan tim-tim top akan jauh lebih bermanfaat daripada bermain di lingkungan yang kurang kompetitif. Ini seperti belajar masak di restoran bintang lima dibandingkan di warung pinggir jalan, meskipun sama-sama belajar masak.
Drafting dan Mentalitas Kemenangan: PR Besar Tim Barat
Selain masalah skill individu dan kurangnya kompetisi, Inspired juga menyoroti masalah drafting dan mentalitas kemenangan. Ia mengakui bahwa draft timnya tidak selalu ideal, dan kadang kala, mereka kurang percaya diri dengan champion yang mereka pick.
Dia juga mengkritik mentalitas sebagian tim Barat yang terlalu cepat puas dengan kemenangan satu game dalam format best-of-five. Seharusnya, fokusnya adalah memenangkan seluruh seri, bukan hanya satu game. Mengingat hal ini, para tim esports patut mempertimbangkannya.
Tantangan Fearless Draft dan Ambisi GOAT NA
Mengenai Fearless Draft, sistem draft yang melarang champion yang sudah dimainkan untuk dipilih lagi di game selanjutnya, Inspired berpendapat bahwa sistem ini sebenarnya lebih menguntungkan tim yang lebih lemah. Alasannya, Fearless Draft membuat drafting jadi lebih random, dan tim yang lebih lemah lebih mungkin melakukan kesalahan dalam draft.
Terakhir, Inspired menegaskan ambisinya untuk menjadi GOAT (Greatest of All Time) di NA. Ia merasa sudah berada di jalur yang benar, dan hanya membutuhkan sedikit keberuntungan untuk mencapai tujuannya. Meskipun belum meraih kesuksesan besar di panggung internasional, ia tetap optimis dan bertekad untuk terus berkembang.
Kunci Sukses di League of Legends: Adaptasi dan Mentalitas!
Dari curhatan Inspired, kita bisa belajar bahwa sukses di League of Legends bukan hanya soal skill individu. Adaptasi terhadap meta, kemampuan drafting yang cerdas, dan mentalitas kemenangan yang kuat juga sangat penting. Jadi, buat kamu yang pengen jadi pro player, jangan cuma latihan last hitting ya!