Dark Mode Light Mode

Dragon Age: The Veilguard: Bintang Hancur karena Reaksi Negatif, Tuduhan Kegagalan BioWare Jadi Sorotan

Siapa bilang video game itu cuma buat gamer garis keras? Ternyata, di balik layar ada drama seru, lho! Bayangin aja, aktor/aktris yang sudah mencurahkan hati dan jiwanya ke dalam karakter, eh, gamenya malah dapat reaksi kurang menyenangkan. Itulah yang dirasakan Alix Wilton Regan, pengisi suara Female Inquisitor di Dragon Age: The Veilguard.

Dragon Age sendiri bukan nama baru di dunia gaming. Seri ini sudah menemani kita sejak lama, dengan dunia fantasi yang kaya dan karakter-karakter yang memorable. Nah, The Veilguard ini adalah iterasi terbaru yang sayangnya, mendapat sambutan yang kurang meriah. Kenapa, ya?

Mungkin kita perlu sedikit flashback. Dragon Age: Inquisition, pendahulunya, sukses besar dan dicintai banyak gamer. Ekspektasi untuk The Veilguard pun otomatis melambung tinggi. Bayangkan tekanan yang dirasakan developer, Bioware!

Namun, dunia gaming itu keras. Sekali saja ada celah, kritikan pedas siap menghantam. The Veilguard tidak luput dari serangan ini. Lalu, apa saja sebenarnya masalahnya? Apakah gamenya jelek? Apakah ceritanya membosankan? Atau ada faktor lain yang lebih kompleks?

Salah satu isu yang mencuat adalah inklusi karakter non-binary dan opsi untuk menjadi transgender dalam game. Hal ini ternyata memicu kontroversi di kalangan gamer, dengan sebagian menganggapnya sebagai "woke" dan berlebihan. Padahal, diversity itu kan keren, ya?

Reaksi negatif ini bahkan sudah terasa sebelum game dirilis. Wilton Regan menyayangkan sikap gamer yang menghakimi sebelum mencoba. "Bagaimana bisa menilai sebuah buku, film, atau game sebelum dirilis?" ujarnya. Pertanyaan yang menohok, bukan?

Tentu saja, tidak semua kritikan itu toxic. Ada juga feedback konstruktif yang seharusnya bisa menjadi masukan bagi Bioware. Tapi, sayangnya, suara-suara negatif lebih mendominasi. Lalu, bagaimana dampaknya bagi Bioware?

Drama Dragon Age: The Veilguard: Salahkah Bioware?

Alix Wilton Regan merasa sangat sedih melihat reaksi negatif terhadap Dragon Age: The Veilguard. Ia merasa bahwa Bioware sudah memberikan yang terbaik, dan gamenya sebenarnya cukup kuat. Namun, ia juga mengakui bahwa ada orang-orang yang memang ingin melihat Bioware gagal. Waduh!

EA, sebagai publisher, mengakui bahwa penjualan Dragon Age: The Veilguard underperformed dari ekspektasi. Bahkan, sang direktur game, Corinne Busche, dikabarkan meninggalkan Bioware. Kondisi ini semakin memperburuk suasana. It's a tough world out there.

Selain itu, beberapa staf Bioware yang terlibat dalam pengembangan The Veilguard juga terkena layoff. Hal ini tentu saja menambah beban bagi studio yang sedang berjuang. Apakah ini akhir dari era Dragon Age? Jangan sampai, deh!

Terlepas dari semua kontroversi, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa video game dibuat oleh manusia. Ada kerja keras, kreativitas, dan passion yang dicurahkan di dalamnya. Memberikan kritikan itu boleh, tapi jangan sampai menjatuhkan atau menghancurkan semangat developer, ya.

Review Bombing dan Budaya Cancel Culture: Mengancam Industri Game?

Fenomena review bombing dan cancel culture semakin marak di era digital ini. Segala sesuatu bisa menjadi pemicu kemarahan netizen, mulai dari isu sosial hingga selera humor. Industri game pun tidak luput dari sasaran.

Review bombing, yaitu memberikan ulasan negatif secara massal, sering kali dilakukan sebagai bentuk protes terhadap keputusan developer. Sementara itu, cancel culture berusaha "membatalkan" atau memboikot suatu produk atau individu karena dianggap melakukan kesalahan.

Meskipun tujuannya mungkin baik, yaitu memberikan feedback dan menuntut pertanggungjawaban, dampak dari review bombing dan cancel culture bisa sangat merusak. Hal ini bisa membuat developer takut untuk mengambil risiko dan berinovasi, serta menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi industri game.

Masa Depan Bioware: Mass Effect 5 Jadi Penyelamat?

Setelah drama Dragon Age: The Veilguard, Bioware kini fokus pada pengembangan Mass Effect 5. Seri Mass Effect sendiri memiliki basis penggemar yang sangat besar dan loyal. Diharapkan, Mass Effect 5 bisa menjadi comeback yang manis bagi Bioware.

Alix Wilton Regan pun memberikan dukungan penuh kepada Bioware. Ia yakin bahwa para developer di Bioware memiliki talenta yang luar biasa, dan karya-karya mereka akan terus dihargai di masa depan. Semoga saja, ya!

Mass Effect 5 sendiri masih dalam tahap pengembangan dan belum memiliki tanggal rilis yang pasti. Namun, para penggemar sudah tidak sabar untuk kembali menjelajahi galaksi dan bertemu dengan karakter-karakter ikonik dari seri Mass Effect. Fingers crossed!

Takeaway: Mari Bermain dengan Bijak!

Intinya, yuk, kita bermain game dengan bijak! Berikan feedback yang konstruktif, hargai kerja keras developer, dan jangan mudah terprovokasi oleh hate speech di internet. Game itu seharusnya menjadi sumber hiburan dan kebahagiaan, bukan sumber permusuhan dan kebencian. Setuju?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Indonesia dan China Perkuat Hubungan Jelang KTT ASEAN: Sinyal Pengaruh di Kawasan

Next Post

Onimusha 2: Samurai’s Destiny Versi Remaster Sudah Rilis di PC dan Konsol, Takdir Baru Dimulai