Popular Now

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Drama Album Cardi B: Reaksi Atas Penantian Panjang & Implikasi Bagi Industri Musik

Tujuh tahun. Ya, tujuh tahun lamanya kita menunggu album kedua Cardi B. Selama itu, dunia sudah berganti presiden dua kali, Taylor Swift bolak-balik studio rekaman, dan Cardi B dari hamil anak pertama sampai mau nambah momongan keempat. Di era serba instan ini, nungguin album Cardi B serasa nungguin buffering Wi-Fi tetangga yang lemotnya minta ampun.

Cardi B: Antara Fashion Week, Whipshots, dan… Album?

Selama masa “hibernasi” album, Cardi B bukannya nganggur. Dia nambah koleksi Hot 100 dengan “Up” dan “WAP” (bareng Megan Thee Stallion), nyoba single yang kurang nendang (masih inget “Hot S—t?” ya sudahlah), dan makin mantap jadi ikon budaya lewat cameo di film (Hustlers), kolaborasi maut (GloRilla, Latto), bisnis minuman (Whipshots), dan yang paling bikin mata melotot: Fashion Week. Pertanyaannya, apakah kesibukan ini bikin albumnya jadi korban?

Invasion of Privacy itu ibarat durian runtuh. Cardi B dan timnya sukses mengolah momentum “Bodak Yellow” jadi album debut yang nampol. Suara baru di dunia rap lahir, dengan humor sarkas, gaya Bronx yang nendang, dan semangat hidup yang membara. Nah, ngelanjutin kesuksesan album klasik itu bukan perkara gampang, apalagi setelah tujuh tahun. Muncul pertanyaan-pertanyaan nakal: Jangan-jangan Cardi B mau “Lauryn Hill Syndrome”? Jangan-jangan dia cuma one-hit wonder? Jangan-jangan album kedua malah ngerusak warisan Invasion?

Am I the Drama?: Jawaban Telak dari Cardi B

Musim gugur tahun ini, Cardi B menjawab semua keraguan dengan album keduanya yang berjudul Am I the Drama?. Dengan 23 track dan durasi lebih dari 70 menit, album ini rilis tanggal 19 September setelah promosi gencar sejak Paris Fashion Week. Dengan dandanan ala burung gagak dan kolaborasi bintang (Selena Gomez, Janet Jackson, Summer Walker), Drama nyoba ngerangkum tujuh tahun pernikahan, perseteruan, dan pendewasaan emosi Cardi B. Daftar lagu yang kepanjangan dan urutan yang kurang rapi bikin album ini nggak maksimal, tapi Cardi B tetap berhasil ngingetin kita kenapa dia pantas dapat mahkota.

“Dead,” yang menampilkan Summer Walker dengan gaya SZA abis, ngebuka Drama dengan cuplikan berita 2Pac ala Makaveli yang langsung diganti verse ganas dari Cardi B. Dengan lirik, “Tell a b—h, ‘You better use your head ‘fore I come there, put a hole in it’/ Like, baow, baow, baow, now she can bowl with it,’” Cardi B ngebawa ambisi Invasion of Privacy ke level yang lebih savage. Dia kayak kesel karena harus ngingetin orang siapa dia sebenarnya. Sayangnya, “Dead” kurang cuplikan berita asli. Kalo mau main drama, ya sekalian aja, biar albumnya langsung berasa nyata.

Dari Sindiran JT Sampai Selena Gomez: Drama yang Bikin Bingung?

Nuansa kelam “Dead” lanjut ke “Hello,” dengan synth Halloween dan hook yang menakutkan. Ini jadi pembuka buat sindiran pedas ke JT di “Magnet,” salah satu lagu yang paling standout di Drama. Anehnya, Cardi B ngasih kita tiga lagu buat masuk ke persona Drama, eh, tiba-tiba nelpon Selena Gomez buat lagu pop yang antara bikin ketagihan atau langsung lupa, tergantung mood. Mungkin, kalo ditaruh deket kolaborasi pop lain (kayak “What’s Going On” bareng Lizzo yang ampun-ampunan dan “Nice Guy” bareng Tyla yang lumayan) di akhir album, hasilnya bakal lebih oke daripada ngerusak momentum tiga lagu pertama.

Kalo dibandingin sama dua lagu tribut buat New York, “Imaginary Playerz” dan “Bodega Baddie,” posisi “Pick It Up” makin bikin bingung. Walaupun “Playerz” dapat respons yang kurang bagus dan debut yang loyo di Hot 100 (No. 70), lagu ini justru lebih enak didenger sebagai track album. Lagu ini kayak jadi penyeimbang buat “Better Than You” bareng Cash Cobain di paruh kedua album. Kalo “Imaginary Playerz” itu Cardi B ngasih hormat ke sejarah hip-hop New York, “Better Than You” itu kedipan mata buat masa kini dan masa depan. Am I the Drama? mungkin bukan album rap New York tradisional, tapi Cardi B mastiin posisinya di sejarah dan ekosistem hip-hop kota itu. Dia juga ngebuktiin itu dengan “Bodega Baddie” yang nyontoh El Prodigio. Walaupun durasinya kurang dari dua menit, remix “Bodega Baddie” pasti bakal ngegebrak di musim apa pun.

Curhat di Balik Gemerlap Panggung: Cardi B yang Lebih Dalam

“Salute” yang diproduseri TM88 ngebawa Drama dari klub-klub Uptown ke buku harian Cardi B. Di lagu ini, dia kayak lagi ngomel-ngomel sendiri, ngingetin kita kalo dia paling bersinar kalo lagi sendirian di track. Seperti yang dia rap di verse pertama, “I am the reference, yeah, I am the vision board/ I put that shit on these bitches, they can’t ignore.” Setelah ngeliat-liat salut semua orang, Cardi B mulai ngebuka empat lagu (“Man of Your Word,” “Safe,” “What’s Going On,” dan “Shower Tears”) yang jadi inti emosional dari Am I the Drama?

Ironisnya, lagu sebagus “Man of Your Word” justru tentang Offset, yang kabarnya udah nyakitin Cardi B. Tapi, ya, itulah namanya ngubah sakit hati jadi kekuatan. Dengan hook yang melankolis dari Dougie F, “Man of Your Word” ngebawa Cardi B buat nginget pernikahannya yang bergejolak, kehancurannya, dan kenyataan pahit yang harus dia hadapi pas bangun hidupnya lagi. “But since I had a ring, I never wanted no Ring cam/ And now I got a ring on every finger but the one on my ring hand,” curhatnya di atas beat Jeff Kleiman yang seram, ngasih kita intipan ke drama yang kita tonton di tabloid.

Drama dan Invasion: Benang Merah yang Terjalin

Dengan gaya yang mirip sama “Be Careful,” “Man of Your Word” jadi momen Drama lain yang ngasih hormat ke Invasion of Privacy. Ini mastiin ada kesinambungan antara dua album itu, walaupun Drama nggak sepadu yang kita harapin. Dua kolaborasi R&B (single baru “Safe” bareng Kehlani dan “Shower Tears” bareng Summer Walker) ngapit “Man of Your Word,” dan dua-duanya ngingetin kita sama momen-momen yang lebih pelan dan introspektif di Invasion of Privacy. Walaupun “Dead” maksa Walker buat keluar dari zona nyamannya, “Tears” justru jadi gabungan energi yang lebih pas dari dua artis itu.

Single utama “Outside” masih terasa kurang nendang, tapi lagu solo kayak “Check Please,” “Trophies,” dan “ErrTime” yang ala Jeezy lumayan ngebantu. Di tiga lagu itu, ada senjata rahasia Cardi B buat album selanjutnya: DJ SwanQo. Dari mulai ngeproduserin “Get Up 10” sampe lagu-lagu standout di Drama, produser-penulis lagu yang menang Grammy ini kayaknya lebih ngerti suara Cardi B daripada kolaborator lain. Dia ngebikin beat yang enak dan menakutkan, yang pas banget sama kemampuan Cardi B buat nge-flip dari punchline lucu ke sindiran pedas dalam satu baris. Paruh kedua Drama juga nampilin “Better Than You” yang udah disebutin tadi, yang sayangnya verse Cash Cobain kayak cuma tempelan, dan “On My Back” bareng Lourdiz, yang kayaknya hasil dari Bardi dan Doja Cat yang nggak bisa nyocokin jadwal buat Drama.

Janet Jackson dan Sindiran Pedas: Bumbu yang Nggak Boleh Ketinggalan

“On My Back” juga nyontoh Janet Jackson era Control, yang mungkin berlebihan kalo nggak dibikin dengan apik. Flip “Funny How Times Flies” di “Back” itu seksi abis, sementara sample “Pleasure Principle” di “Principal” jadi salah satu beat yang paling bikin ketagihan di album ini. (Kenapa Cardi B namain lagunya “Principal” padahal nggak ada lirik yang nyambung sama arti kata itu, mungkin cuma dia dan Tuhan yang tahu!) Pastinya, ada juga diss ala “Not Like Us” yang berjudul “Pretty & Petty,” tempat Cardi B ngebom “Whole Lotta Money” rapper BIA, tapi tetap ngasih hook yang cukup kuat buat hidup di luar konteksnya. Dan, buat yang penasaran, lagu dengan lirik, “I hate when a b—h think she cute ’cause she lightskin,” itu udah pasti menang.

Penutup yang Santai: Cardi B Sudah di Level yang Berbeda

“Killin You Hoes” jadi penutup album yang sebenarnya – walaupun rilis track bonus “Doing Too Much” di tengah minggu bikin bingung – dan lagu ini jadi kesimpulan yang santai buat Drama. Bahkan, lagu ini kedengeran kayak outro Drake era Nothing Was the Same. Cardi B kedengeran udah nyaman sama status dan dirinya sendiri di “Killin”; dia nggak perlu lagi ngeyakinin siapa pun kalo dia pantes sama apa yang udah dia capai. Keyakinan yang tenang inilah yang bikin lagu klasik kayak “Up” dan “WAP” jadi kayak cuplikan highlight di akhir album, bukan cuma trik murahan buat nambah angka.

Am I the Drama? itu album yang bikin capek. Ada album dengan 15-16 track yang keren di dalemnya, tapi, ya, siapa yang mau repot-repot nyari harta karun, apalagi setelah nungguin selama tujuh tahun? Seharusnya, album ini lebih streamline, nggak cuma sekadar kantong-kantong narasi yang berserakan. Tapi, Drama juga seru dan mendidik, kayak pengalaman ngeliat Cardi B naik daun dan ngadepin dunia selebriti, patah hati, dan perseteruan. Sebagai jawaban telak buat sindrom album kedua dan proyek yang beneran nggambarin hidup Cardi B – bukan sekadar kumpulan lagu buat ngejar hitsAm I the Drama? mastiin kalo delapan tahun setelah Invasion pertamanya, Cardi B tetap jadi salah satu rapper yang paling penting di dunia.

Previous Post

Top Esports Vs Invictus Gaming: Siapa Bakal Jadi Raja LoL? Taruhan Dimulai!

Next Post

T>I Kembali dengan ‘Ride the Plane’ di Sofa Sound: Refleksi Solo & Masa Depan Musik Drum & Bass

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *